Man Proposes God Disposes

Sudah lama tidak menulis?

Banyak yang terjadi sejak bulan Juni. Banyak rencana-rencana, usaha-usaha, dan do'a-doa, yang pada akhirnya membuahkan hasil-hasil tak terduga. Banyak catatan penting yang harus diingat. Yang utama adalah bahwa bagaimanapun kita berusaha, Allah-lah yang menentukan hasil akhirnya...

Kejadian-kejadian dalam dua minggu ini saja sudah cukup bisa menjadikan pengingat...

Dimulai dari Sabtu 17 Agustus. Bertepatan Hari Kemerdekaan, si sulung kehilangan tasnya saat berenang di pantai bersama teman-temannya! Bukan pertama kalinya mereka ke pantai berame-rame. Malah seminggu sebelum rencana keberangkatannya merantau untuk kuliah dia kehilangan smartphone, kaca mata, dompet berisi kartu-kartu pentingnya!

Secara logika, pembuatan kartu identitas membutuhkan waktu 2 minggu. Kartu kredit membutuhkan 5 hari kerja. Sedangkan saat itu hari Sabtu. Dan bank tempat dia memiliki rekening tutup hari Senin!

Baiklah... Dia masih bisa ke luar kota dengan surat pernyataan kehilangan dari kantor Polisi. Tapi bagaimana mungkin saya melepaskannya tanpa kartu kredit, 900 km dari rumah, selama 2 bulan? Mengingat kegiatan sebagai mahasiswa baru yang mungkin padat di awal tahun ajaran dan liburan terdekat adalah di akhir Oktober...

Kenyataan berkata lain. Sabtu itu si sulung melakukan pra-pelaporan kehilangan via online, karena saat dia ke kantor polisi, petugas jaga menolaknya melakukan laporan. Entah kenapa... Singkatnya, Senin dia ke kantor polisi untuk melakukan laporan resmi... Tentunya setelah memblok kartu kredit dan teleponnya, juga mengganti semua password-password-nya...

Hari Senin di kantor polisi, si sulung diterima petugas yang jauh lebih kooperatif. Disarankannya untuk mengecek ke bagian Objet Trouvé (barang temuan). Saat ke sana, awalnya tidak ditemukan barang-barangnya. Namun, saat hendak keluar ruangan, si sulug bertemu dengan petugas yang membawa masuk tasnya!...

AlhamduliLlaah...

Semua barangnya utuh kecuali smartphone, headphone yang sebenarnya sudah diselotip sana-sini, dan 20 euros dari dompetnya. Selain itu semua kembali. Termasuk kaca matanya yang sebenarnya lebih mahal dari smartphone-nya!...

Dia pun kembali ke ruang pelaporan untuk mencabut pra-laporan online-nya...

Urusan selesai? Tentu belum! Karena masih ada kartu kredit yang sudah terlanjur diblok! Dan untuk mengurusnya, mau tak mau harus menunggu keesokan harinya...

Kami sudah memikirkan berbagai alternatif. Termasuk meminta bank untuk mengirim kartunya ke cabang kota tujuan kuliahnya. Namun ternyata hari Selasa bank menyanggupi untuk menyiapkannya hari Sabtu! Legaaa, rasanya...

Keberangkatan si sulung bisa diundur sampai hari Rabu. Lumayan, menghemat biaya hotel karena dia baru bisa masuk asrama mulai tanggal 1 September...

Perjalanan Cannes-Tours cukup repot juga. Meski jaraknya sebenarnya sama dengan jarak ke Paris, namun perjalanan lebih panjangan karena tak ada kereta yang langsung ke Tours. Semua harus lewat Paris. Naik pesawatpun! Jadi perlu ditambah 2 jam untuk jarak yang kurang lebih sama...

Cannes-Marseille-Tours ditempuh dalam 7 jam ditemani papanya. Hari pertama, saatnya istirahat. Rendez-vous untuk asrama dan daftar ulang dijadwalkan hari Kamis pagi...

Mereka bertemu dengan petugas yang sangat baik untuk pengurusan asrama. Dipilihkannya kamar yang nyaman dan enak. Semua deal, mereka bersiap membayar...

Di antrian, hanya satu pengantri di depan mereka. Dan saat itulah, datang e-mail panggilan, bahwa si sulung diterima di Polytech Nice, tiga besar pilihan utamanya!...

Batallah mereka membayar. Batal juga mendaftar ulang di Polytech Tours. Langsung pulang? Hotel sudah dibayar sampai hari Minggu. Tidak bisa direimburse. Lagi pula, siapa tahu masih ada panggilan dari Rennes? Rennes kan sudah dekat dari Tours...

Tapi sepertinya memang rejekinya di Nice. Di Nice yang dekat dari rumah sendiri. Tak perlu ribet mencari kos-kosan lagi...

Semoga semua selalu diberi kemudahan, kelancaran, dan kesuksesan ke depannya. Dan tentunya, semoga barokah. Aamiin...

Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi