Posts

Showing posts from August, 2021

Bajakan : Prestise vs Persepsi

Image
"Ma, lihat! Made in Indonesia!" Butet mendatangi saya yang sedang memasak dengan mata berbinar. Dia membawa tas barunya yang baru tiba. Kami membeli online dengan memanfaatkan soldes d'été , diskon besar-besaran musim panas. Hanya 50% dari harga aslinya. Lumayan untuk mengganti tasnya yang sudah berumur 3 tahun dan sudah butut... Ditunjukkannya labelnya, Made in Indonesia... Anak yang lahir dan besar di Prancis itu memang sensitif dengan unsur-unsur Indonesia. Tidak hanya saat di sekolah dia berusaha membela bangsanya --halah-- saat diskusi tentang negara maju, berkembang, atau terbelakang. Tapi juga sangat senang jika sekedar menemukan tulisan Made in Indonesia di pakaian ataupun mainannya... Prestise Saya jadi teringat cerita lama seorang teman yang mengantarkan ibu-ibu pejabat Indonesia berbelanja mode saat sedang perjalanan dinas di Prancis. Mereka menolak membeli barang-barang Made in Indonesia, kabarnya! Saya jadi bertanya-tanya; lalu, beli apa mereka?... Seperti ta

Swedia 2021 H8 : Pulang!

Image
Usai sudah delapan hari berlibur di Swedia. Biasanya saya merasa rugi jika pulang pagi. Tapi kali ini tidak!... Pasalnya, kami membayar hotel 4 malam lebih murah ketimbang jika menginap 3 malam saja. Memang sedang ada promosi waktu itu. Karena tak banyak tamu selama pandemi, mungkin... Jam setengah 10 pagi kami sudah siap. Hari hujan. Sembari suami mengurus check out, saya ajak Butet menyempatkan mencari suvenir untuk teman-temannya. Kebetulan ada toko suvenir tak jauh dari hotel yang sudah buka pagi-pagi begitu. Rata-rata toko di Stockholm baru buka jam 10. Seperti di Prancis saja... Kami jalan cepat. Sempat salah belok dan hampir putus asa melihat semua masih tutup. Saat berbalik, baru kami lihat tokonya... Kami hanya membeli gantungan kunci untuk teman-teman Butet. Saya sendiri tak membeli apa-apa. Memang tak bisa membawa oleh-oleh juga karena entah kapan ke Indonesia. Hanya Butet saja yang sudah memesan untuk membeli suvenir karena dia juga biasa menerima oleh-oleh dari teman-teman

Swedia 2021 H7 : Uppsala

Kami memutuskan untuk tetap ke Uppsala. Tak ada ide kunjungan juga di Stockholm. Dan memang kami ingin melihat kota utama perguruan tinggi-nya Ucok itu... Kami kontak sepupu. Menangabarkan rencana itu. Menanyakan cara menuju ke tempat tinggalnya. Tak akan lama-lama. Sekedar ingin tahu saja daerah mereka tinggal dan laporan ke keluarga besar kalau kami sudah menyempatkan berkunjung . Sekedar menyampaikan boneka landak, simbol pulau Gotland yang sudah kami beli sebelumnya untuk keponakan kecil kami, agar tak diakuisisi Butet... Kami naik kereta dari stasiun central. Membeli tiket langsung di mesin sebelum berangkat. Dari papan pengumuman jadwal, kami lihat ada kereta yang melewati Uppsala per setengah jam. Lumayan banyak juga... Tempat duduk kami bernomor. Jadi tak bingung-bingung mencari. Saat berangkat, kereta tak penuh. Banyak penumpang yang naik di pertengahan perjalanan, di stasiun Arlanda yang merupakan kota airport utama Swedia. Dan memang terlihat kebanyakan dari mereka membawa k

Swedia 2021 H6 : Stockholm

Pagi itu suami saya keluar lagi mencari sarapan. Sudah lebih berpengalaman, dia langsung menuju tempatnya membeli kopi sehari sebelumnya. Pulang membawa muffin yang dia pikir vanilla dan coklat. Tanpa kayu manis. Yang coklat. Karena yang dia pikir vanila ternyata adalah carrot cake. Tentu saja ada kayu manisnya! Setelah menimbang-nimbang museum mana yang ingin dikunjungi, kami memilih ke museum nasional. Kami berangkat pagi. Ya, sesudah jam 10 😁 Berencana makan siang sesudah ke museum saja, dan pulang cepat agar bisa lekas beristirahat. Persiapan ke Uppsala esoknya... Oh ya. Saat kami tiba di Stockholm, sepupu mengabari bahwa dia sekeluarga sakit. Gejalanya mirip Covid 19. Mereka sedang menunggu hasil tes swab. Tapi kalaupun negatif --dan memang begitu dan alhamduliLlaah saat ini mereka sudah jauh membaik--, lebih baik tidak bertemu saja dulu karena mereka perlu istirahat... Rencana kami ke Uppsala adalah hari Sabtu. Tapi karena ada kabar itu, kami urung. Tadinya kami memutuskan batal

Swedia 2021 H5 : Stockholm

Kami malas beranjak dari tempat tidur. Begitulah kalau jalan-jalan tanpa targetan. Hanya suami saya yang keluar pagi-pagi mencari sarapan. Harus ngopi, dia... Pulang membawa roti cardamom (kapulaga?) yang aneh rasanya... Menghindari kue kayu manis, katanya! Karena kami lihat orang Swedia suka sekali memasukkan kayu manis dalam segala masakannya. Dan suami saya tahu kalau saya tak terlalu suka kayu manis. Eh ternyata malah dapat yang aneh juga! Kami baru keluar saat menjelang jam makan siang. Butet meminta ke Max yang terletak tak jauh dari stasiun. Tempatnya luas. Tapi sayang ada perbaikan jalan di sebelahnya. Dan mesin pembeliannya semua hang saat kami coba memesan dengan menggunakan bahsa Inggris... Dengan kentang goreng yang terlalu banyak garam, Butet bilang tak mau lagi ke Max!... Tapi perjalanan belum selesai, kan!?... Sesudah makan siang, kami menuju ke Gamla Stan, kota tua Stockholm. Mampir dulu ke hotel yang memang di jalur perjalanan, untuk ke toilet. Tanpa peta, kami jalan a

Swedia 2021 H4 : Visby - Stockholm

Tak terasa sudah hari terakhir di Visby. Ferry kami dijadwalkan jam 4 sore. Tapi kami sudah harus check out paling lambat jam 11... Kami memutuskan check out sesudah sarapan dan jalan-jalan, makan siang, kemudian langsung ke pelabuhan saja. Kami titipkan bagasi di hotel untuk diambil sebelum ke pelabuhan... Lagipula hotel memang berada dalam jalur perjalanan dari kota ke pelabuhan. Dan kami sudah menjanjikan membeli boneka kambing khas Gotland yang dijual di hotel... Kami janjian dengan Ucok di pusat perbelanjaan di Osterport. Dia minta dibelikan blender-mixer saat saya tawari mau dibelikan apa sebagai pertanda kepindahannya... Dulu sih impian saya, kalau anak-anak pindah untuk tinggal pisah rumah, saya ingin mengantarkannya dengan membawakan bantal dan selimut. Impian gagal karena pandemi. Ucok beli bantal dan selimut sendiri. Piring, gelas, dan perlengkapan memasak pun sudah dibelinya... Katanya, dia belum punya teko buat memasak air. Tapi dia tak mau saya belikan itu. Katanya untuk

Swedia 2021 H3 : Visby

Hari ke tiga masih diramalkan ada hujan. Kali ini kami sudah bersiap. Butet dan papanya dengan jaket baru mereka, saya dengan payung bunga-bunga barunya Butet. Ya, payung baru itu sudah dijadikan hak milik Butet!... Karena tak ada yang beride mau ke mana, saya mengusulkan untuk ke museum saja. Museum baru buka jam 10. Bertepatan dengan prakiraan turunnya hujan!... Kami sarapan cepat saja. Butet tidak tertarik dengan menunya. Dia hanya minum coklat panas saja. Saya yang sudah tak biasa sarapan berat hanya tertarik pada telur orak-arik dan mentimun, lalu minum coklat panas juga. Hanya suami saya yang bisa benar-benar memanfaatkan buffet... Kami kembali menyusuri jalan yang relatif sama dengan hari sebelumnya. Hanya kali ini, saya penasaran memasuki jalan di sebelah gedung Universitas Uppsala yang sehari sebelumnya tak kami lewati karena memilih menyusuri pantai... Untuk berganti pemandangan, kami memilih jalan di seberangnya, tidak di pinggir laut... Kami melewati beberapa toko suvenir.

Swedia 2021 H2 : Visby

Image
Kami bangun pagi untuk sarapan. Pagi. Jam 9, begitu. Pagi versi kami!... Memanfaatkan jadwal   makan pagi yang berakhir cukup lambat, jam 10.30...  Tempat sarapan tak terlalu rame. Sengaja kami tak mengambil awal-awal juga karena kami sempat melihat rombongan turis check in sepulang kami dari supermarket Ica malam sebelumnya... Sarapan buffet sudah termasuk dalam tarif hotel yang mahal. Ya, memang Visby merupakan daerah wisata musim panas untuk orang Swedia. Seperti Bali, mungkin ya!?... Apalagi saat itu ada Medieval Week... Kami langsung keluar jalan-jalan sesudah sarapan. Tujuannya keliling browsing. Tidak berkunjung memasuki suatu objek... Pit stop pertama : Universitas Uppsala Campus Gotland, dong!... Eh tapi kami tak melihat papan namanya! Hanya ada tulisan di tembok tinggi di bawah atap. Dan kok gedungnya kecil saja ya? Tetap ambil foto seadanya untuk kemudian berencana menanyakannya pada Ucok... Kami lanjut menuju tepi laut. Niatnya menyusuri pantai. Terlihat awan hitam mulai da

Swedia 2021 H1 : Visby

Senin pagi, kami memulai perjalanan. Entah mengapa, saya tak banyak melihat jam. Mungkin karena memang niat jalan santai. Tanpa target. Jadilah dari berangkatnya pun ikutan santai... Kami memanggil Uber sekitar jam 7 pagi. Sesuai yang kami rencanakan. Tak melihat jam berapa kami berangkat, tapi sempat melihat jam bahwa belum jam 8, kami sudah sampai airport... Loket check in bagasi masih belum buka. Kami putuskan untuk mencari tempat duduk. Airport penuh. Banyak orang pergi berlibur. Atau kembali ke tempat tinggal mereka. Jelas sulit menjaga jarak. Tapi semua tertib bermasker. Dan terdengar pengumuman yang berulang kali mengingatkan pengunjung untuk tetap mengenakan masker... Sekitar setengah 9, kami melihat bahwa loket check in untuk penerbangan kami sudah dibuka. Kali sudah check in online. Tapi ada bagasi Ucok yang harus dimasukkan ke pesawat. Ucok dan papanya pun mengantri selama saya dan Butet tetap duduk santai... Ternyata antrian panjang dan lambat sekali pergerakannya. Jam 9an,

Liburan Musim Panas 2021 di Swedia

Perjalanan ke Swedia kemarin merupakan perjalanan pertama kami sesudah terjangkitnya pandemi Covid 19. Jalan-jalan terakhir kami adalah ke Paris, bulan Februari 2020 . Kalau itu bisa dianggap jalan-jalan pariwisata, ya... 😅 Internal Uni Eropa Tidak ada pembatasan untuk perjalanan internal Uni Eropa. Tidak perlu ada alasan penting atau mendesak, seperti yang sempat diterapkan sebelumnya. Tidak perlu karantina, seperti yang masih diwajibkan untuk yang datang dari luar Uni Eropa. Penduduk Uni Eropa yang ingin melakukan perjalanan internal EU hanya disyaratkan untuk memiliki EU Covid Certificate... Untuk memiliki sertifikat ini, ada tiga cara: Sudah melakukan vaksinasi lengkap sejak minimal dua minggu Menunjukkan hasil negatif untuk tes PCR 72 jam sebelumnya, atau tes antigen 48 jam sebelumnya Dinyatakan sehat dari Covid, minimal 11 hari sesudah tes positif dan belum lewat 6 bulan Sertifikat bisa ditunjukkan dalam bentuk digital dengan barcode, ataupun dalam bentuk kertas fisik... Karena

Bangga Indonesia

Lebih dari dua puluh tahun merantau di negeri Napoleon, saya masih berkewarganegaraan Indonesia. Banyak yang heran. Terutama orang Prancis lokal. Kok bisa? Memang tak akan ada masalah untuk kami memiliki kewarganegaan Prancis. Sudah cukup lama tinggal secara legal, pendapatan jelas, taat pajak, tak ada masalah --selain tilang parkir--, dan siap kalau diminta menyanyikan lagu kebangsaan La marseillaise , meski saya tak suka syairnya... Cinta Indonesia Tak banyak yang  tahu bahwa  meski Prancis menerima kami dengan tangan terbuka, Indonesia mengharuskan untuk memilih; tetap WNI atau lepas WNI? Tak bisa mengambil dua kewarganegaraan. Apalagi lebih!... Boleh dibilang ini adalah alasan mendasar mengapa kami tak memiliki kewarganegaraan Prancis. Dan ini yang menjadi jawaban paling pas untuk pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang memiliki kewarganegaraan Prancis... Jika pertanyaan berlanjut mengapa tak ganti saja? Nah, itu perlu pembahasan yang lebih lanjut... Beberapa orang yang saya kena

Tes Antigen Sekeluarga

Sabtu sore kemarin, kami tes antigen berempat. Bukaaan... Bukan karena kami dicurigai kena Covid. AlhamduliLllah kami sehat-sehat saja, dan sudah seminggu praktis menghindar ke mana-mana... Kami tes untuk persiapan ke Swedia. Yang menurut standar Uni Eropa meski sudah vaksin lengkap, tapi masih belum dianggap aman jika belum 2 minggu sesudahnya!... Ini adalah tes yang pertama kalinya untuk saya dan suami, yang ke dua untuk Butet, yang ke EMPAT untuk Ucok! Ya, sudah empat kali dia tes antigen. Pertama, saat sebelum berangkat ke Swedia, ke dua saat hendak kembali ke Prancis, dan ke tiga saat transit di Oslo dan tes antigennya dianggap kadaluwarsa karena suwah lewat 48 jam!... Memang Ucok terlalu cepat tes antigen. Ceritanya di Swedia dia membuat janji temu untuk tes PCR, 72 jam sebelum keberangkatannya, seperti yang tertera dalam aturan Prancis. Namun saat sampai di tempat tes, petugas memberitahu bahwa dia tak harus PCR, cukup antigen saja... Mengingat bahwa tes Covid-19 di Swedia berba