Posts

Showing posts from September, 2022

Minggu Terakhir September

Tak terasa sudah masuk minggu terakhir bulan September. Musim sudah berganti. Ada perasaan bahwa waktu berjalan lambat, namun juga kadang seakan cepat sekali berlalu... Hari ini dimulai dengan kesal. Kesal karena Butet ternyata lupa memasukkan piring kotor ke mesin. Rasanya pengin marah-marah. Tapi saya tahan. Tak mau berusak mood seharian. Lagipula marah-marah itu melelahkan... Sebenarnya mudah saja, kalau hanya untuk memasukkan piring ke mesin, kan!? Bukan karena saya tak bisa melakukannya. Tapi ini masalah prinsip. Memasukkan piring ke mesin adalah tugas Butet selain menata meja sebelum makan. Bahkan piringnya sudah siap cuci karena sudah saya beersihkan dari sisa-sisa makanan yang menempel... Tadi pagi, saya hanya menghukumnya dengan tidak memanggang sandwich salmonnya sesuai yang saya rencanakan kemarin. Tapi sepertinya anaknya pun tak menyadarinya sebagai hukuman, dan memakan sarapannya dengan kalem seperti biasa. Saya harus memikirkan hukuman lain!...  Suami sudah kembali berang

Musim Gugur Tiba

Musim panas sudah berlalu. Musim gugur resmi datang, ditandai dengan equinoxe tanggal 23 September 2022 kemarin. Matahari tepat di atas khatulistiwa. Saatnya menyeberang dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan... Langsung terasa perbedaan cuacanya. Suhu turun nyaris tiba-tiba. Masih belasan, sih, di daerah kami. Tapi kalau dilihat dari data, menurun 10°C dalam seminggu, lumayan juga... Banyak yang kaget, tak terbiasa. Apalagi musim panas kemarin, suhu udara lumayan tinggi dari biasanya. Meski siang masih bisa berlengan pendek atau berkemeja tipis. Tapi pagi dan malam, harus sudah mengeluarkan cardigan... Mengantar Butet ke halte sudah harus bersweater. Sepatu tertutup, tak boleh bersandal jepit, meski itu yang ternyaman dengan kaki beperban. Meski malas, Butet pun demikian. Saat pulang tak terlalu larut, tas jadi lebih berat saat pulang sekolah, karena beban bertambah dengan sweaternya... Di rumah, yang paling gagap. Jendela kaca masih terbuka lebar. Masih terbiasa membiarkan r

Dilema Alas Kaki

Sejak Kamis kemarin, saya sudah mencoba mulai keluar rumah lagi. Kebetulan suami ada meeting pagi-pagi, saya manfaatkan keluar mengantar Butet ke halte. Sambil mencari alas kaki yang tepat.  Alas kaki saat jari kaki beperban memang suatu masalah tersendiri... Saat periksa ke dokter, saya mengenakan sandal jepit. Merek Swallow. Ya! Swallow dari Indonesia. Produk fashion yang saya beli di Alfamart dekat rumah mertua untuk diri sendiri. Selain dua kemeja Nevada --yang bonus gratis satu-nya untuk si Butet...  Bu dokter mengingatkan untuk berhati-hati. Karena sandal jepit riskan tersangkut. Bahaya kalau sampai terinjak orang. Tidak cuma bagian belakang, tapi lebih-lebih bagian jari yang retak. Atau kena roda troli saat berbelanja. Mendengarnya, saya jadi nyeri juga... Bu dokter menyarankan untuk mencari alas kaki yang terbuka, tapi ada pengamannya. Heu... bagaimana mendeskripsikannya ya!?... Sepatu-sandal lah! Lebih aman dan mantap melindungi kaki dari sandal saja, tapi jari tetap leluasa..

Koleksi "Jabatan" Editor

Kemarin saya resmi mendapatkan tugas sebagai editor. Editor lagi. Tugas editorial ke tiga setelah editor podcast dan video. Kali ini editor e-book. Beda lah yaaaa... Tapi jadi lengkap kan, koleksi "jabatan" editornya!?... Hehehe... Editor e-book? Keren?... Heu, e-book MGN saja kok. Komunitas Mamah Gajah Ngeblog. Rencananya, kami mau mengumpulkan artikel-artikel dari tantangan bulanan. Seperti podcast KBK dan youtube MPP, niat utamanya adalah mengarsipkan dan membuat agar bisa dinikmati lebih banyak orang... Sama juga seperti podcast KBK dan youtube MPP, e-book MGN juga dikerjakan secara sukarela. Bedanya, di MGN ini saya tak sendiri.  Dari 83 anggota MGN yang saya lihat di telegrup, ada 12 yang mengajukan diri untuk terlibat dalam penyusunan e-book ini.  Dari 12 orang, ada 7 orang yang mengajukan diri menjadi editor. Termasuk saya... Sukarelawati lain ada yang masuk ke bagian layout, dan ada juga sementara yang di tim hore . Mengerti kan, kenapa saya memilih bagian editor!? L

Retak Tulang

"Bonjour, madame. Comment-allez vous?" sapa Bu Dokter ramah. "Euh, comment dire..." Saya bingung menjawabnya. Tapi tak perlu. "Encore le genou?" potong Bu Dokter melihat bagaimana saya terpincang memasuki ruang periksa. Ha! Akhirnya Bu Dokter ingat siapa saya. Sudah belasan tahun menjadi medecin traitant (dokter perawat, yang jadi referensi), beliau belum juga hafal siapa saya. Beberapa kali masih memanggil monsieur --gubraks dah!--. Tapi tahun ini memang sudah entah berapa kali saya konsultasi untuk masalah lutut kiri. "Ouh la! Kenapa itu?" lanjutnya saat melihat kaki kiri saya. Saya jadi geli sekaligus ngeri, kok sampai dokter kagum dengan lebam di kaki saya. Memang segitunya kah? Ya, akhirnya saya ke dokter! Setelah diyakinkan seorang teman, sambil berbincang di telepon dengannya, saya mengecek platform janji temu daring. Kalau saya tak membuat janji temu, selain karena memang malas sekali ke dokter, juga karena kemarin saya lihat tak ada sat

Belanjaan Sang Perantau

Image
Di era yang sudah mengglobal ini, nyaris apa pun bisa ditemukan di mana pun. Yang namanya barang khas suatu daerah, rasanya sudah tak ada lagi. Ini sangat saya rasakan sebagai perantau dengan lebih dari 20 tahun pengalaman... Kalau dulu, saat mudik ke Indonesia, rasanya banyak sekali yang harus dibeli untuk bekal diri di perantauan. Terutama makanan Bukan cuma kering tempe atau peuyeum bolen. Tapi bahkan sampai mie instan dan kecap manis segala!... Lambat laun, produk Indonesia mendunia. Mulai dari Belanda yang memiliki ikatan sejarah kuat dengan Indonesia, kemudian melebar ke segala penjuru Eropa. Mie instan dan kecap manis bukan lagi barang langka. Tapi bukan berarti dari mudik saya tak membawa apa-apa... Abon Pedas Makanan yang boleh dibilang wajib saya bawa adalah abon pedas! Abon pedas Solo, tentu saja! Dan produk industri rumah tangga. Bukan produk pabrik besar yang masa kedaluarsanya sangat panjang itu!... Abon sapi atau ayam dengan irisan cabe merah, dibungkus dengan kertas min

KDrama Grid

Image
Saat iseng browsing di Disney+, saya menemukan drama Korea baru; Grid. Wah, apa ini? Belum pernah dengar, rasanya... Sebagai penduduk Prancis dengan akses ke kdrama yang lambat, saya selalu mendapatkan informasi dari teman-teman Indonesia mengenai rilis terbaru. Dari sekedar jadwal hingga sinopsis. Ya! Seterlambat itu rilis kdrama di Prancis! Mungkin proses penambahan subtitle-nya menunggu subtitle Inggris dulu? Entahlah... Yang jelas, di Disney+ selama ini hanya ada kdrama Snowdrop --yang baru awal episode 1 sudah saya drop--. Karenanya, senang juga menemukan Grid ini... Penangkal Badai Matahari Kdrama Grid menceritakan suatu versi dunia di masa kini di mana Bumi dilingkupi oleh Grid, sebuah teknologi yang melindungi Bumi dari badai matahari yang ganas. Sesuai namanya, teknologi ini berbentuk jala. Jala virtual, tak kasat mata. Menangkal saat badai menerpa... Grid ini dibangun pada tahun 1997 oleh seorang perempuan tak dikenal. Tak diketahui identitasnya. Mengaktifkan Grid, lalu mengh

Sabtu (Tak Begitu) Klasik

Hari ini saya di rumah saja. Butet keluar sesudah makan siang. Janjian dengan teman-temannya di kota. Ada salah satunya yang ulang tahun. Tapi tidak ada traktiran! Saat jajan, mereka bayar masing-masing. Memang begitu kebiasaan standar orang Prancis. Meski kadang ada juga yang saling membayari... Tapi kalau ada yang mengajak makan bersama, jangan lupa siapkan dana. Dan harus ada kelapangan dada di sini. Karena kadang perhitungan pembayaran sesuai yang dikonsumsi, kadang ditotal lalu dibagi rata sesuai peserta. Wajarnya sih semua konsumsi setara ya. Cuma kadang harga wine kan bukannya tak seberapa... Butet sendiri tidak memberi kado pada temannya. Tidak hari ini! Karena sebenarnya dia sudah membeli 2 buku sebelumnya. Patungan dengan salah satu sahabatnya yang juga datang bergabung di kota hari ini... Mereka berdua tak mau hanya memberi kado buku begitu saja. Mereka ingin memberi sentuhan istimewa. Mereka akan membaca bukunya terlebih dahulu, dan memberi catatan-catatan di bukunya? Jadi

La totale ... et encore plus !

Nggak nulis kemarin? Kehilangan semangat? Heu... Antara ya dan tidak. Pasalnya, kemarin saya kena pilek berat!  Sepertinya masih ada kaitan dengan kaki yang lebam? Eits! Bukan karena kesandung trus jadi bikin pilek ya! Hahaha... Ceritanya kemarin saya tetap mengantar Butet ke halte. Karena kaki masih terasa bengkak, saya tidak pede untuk mengenakan sepatu. Jadilah saya keluar bersandal jepit saja. Meski sebenarnya sih tali sandalnya yang menggesek kaki juga bikin sakit tuh... Pulang dari antar Butet, saya ketemu dengan seorang tetangga yang menegur kok jalan saya terpincang. Dia langsung menebak kelingking ya? saat saya bilang bukan kesleo. Katanya istirahat aja, nggak usah diapa-apain nanti hilang sendiri... Saya masih sempat menuntaskan publikasi podcast KBK sebelum kemudian saya merasakan kelelahan. Saya siapkan makan siang, lalu tiduran dengan tak lupa menempelkan kompres dingin di kaki... Entah karena kompres dingin itu, entah karena saya keluar tak bersepatu, atau entah karena sa

La totale!

Sudah beberapa hari ini rasanya gusar. Ya! Karena masalah paket buku itu. Keluhan sudah tertulis di website, tapi Selasa tak ada perkembangan. Mandeg begitu saja. Sementara tentu saja bu guru sudah menagih-nagih. Apalagi katanya tinggal Butet yang belum punya bukunya! Bu guru bilang kalau beliau sudah memesan buku itu di sebuah toko di luar kota. Yang benar saja!!! Kenapa juga harus pesan ke toko sejauh itu sementara di kota ada toko buku yang berjarak kurang dari 1,5 km dari sekolah. Ada dua, pula! Satu jaringan besar, satu lagi toko independen. Kenapa harus jauh-jauh?... Masalahnya lagi, saat saya cek di website toko di luar kota itu, buku yang diperlukan disebutkan tidak tersedia. Terus terang saya malas jauh-jauh ke sana untuk mendapati bahwa bukunya tak ada. Karenanya, bukan pertama kalinya saya memesan dulu secara daring untuk kemudian tinggal mengambilnya ke toko... Tapi bukan hanya karena malas pergi jauh ke pusat komersial di akhir pekan kalau saya memilih membeli di toko buk

Paket yang Hilang

Naaah kaaan... Sudah ada rasa meluntur semangat nulisnya kan!? Sudah mulai beralasan tak tau mau nulis apa. Mulai berpikir ah ya sudah lah kalau tak nulis hari ini, toh sama saja 28 atau 29 setoran bakal dapat badge excellent juga... Hadeuh... Waktu itu bilang apa Fi, ke downline yang kemepetan setoran dan nggak bisa meraih badge? Tetep nulis ya? Biar otot nulisnya terjaga? Biar nambah statistik total di akhir tahun?... Ayo semangat, semangaaat... Jangan omdo. Terapin pada diri sendiri yuk!... Hahaha... Terbukti kalau ngomong doang itu gampang. Prakteknya tidak semudah itu... Tapi ayo, mari kita coba. Menulis apa saja yang ada di kepala. Semoga bisa mencapai 500 kata... Hari ini sudah Senin lagi. Tak terasa sudah seminggu, plus dua hari, Butet kembali ke sekolah. Hawa-hawa la rentrée masih lekat... Sabtu kemarin, saat mau mengambil pesanan buku, toko baru mengirim email untuk samah satu paket dari dua paket pesanan. Masih belum mengirim email untuk satu paket berisi dua buku. Mumpung k

Lupa Setoran

Kemarin saya lupa setor! Tepat di hitungan setoran yang ke sepuluh! Duh, sakitnya tu sampai di sini. Sini nih! Kelihatan nggak?... Hehehe... Apa? Baru satu? Bukan! Sudah satu!...  Jika saya hanya menargetkan badge good atau excellent, tentu tak apa. Baru satu. Masih banyak kesempatan. Tapi kali ini saya sudah membayangkan untuk meraih badge outstanding, setelah dua bulan kemarin tidak bisa meraihnya, susah menulis karena sedang liburan. Tentu saja saya kecewa melakukan kesalahan bodoh begini... Kesalahan bodoh? Betul!... Pasalnya, kemarin sebenarnya saya sudah menulis. Bulan ini saya sengaja mulai menulis di pagi hari, lalu posting dan setor agak sore, tapi tetap di hari yang sama dengan Waktu Indonesia Barat. Tidak curi start dan memanfaatkan perbedaan waktu, seperti yang sering saya lakukan sebelumnya... Sabtu kemarin memang saya keluar rumah. Tak lama, sebenarnya. Hanya ke kota mengambil pesanan buku dan membeli perlengkapan sekolah untuk Butet. Sempat window shopping e beberapa tok

Rumah Penuh Kisah

Ada sesuatu yang spesial dari pertemuan keluarga yang ceritanya saya tuliskan dan saya ikutkan pada tantangan blogging MGN bulan Agustus lalu; tempat pertemuannya! Pertemuan keluarga waktu itu berlokasi di Karangnongko. Sebuah desa dengan kecamatan yang bernama sama di kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Karangnongko adalah daerah asli bapak saya. Asal kedua orang tuanya. Eyang-eyang saya... Pertemuan bertempat di rumah ... milik adik saya! Nanti detilnya menyusul. Yang jelas rumah ini adalah rumah bersejarah yang menyimpan banyak sekali kisah... Rumah itu adalah milik eyang saya. Empat kakak-beradik eyang putri saya memiliki rumah di sekitaran itu. Saat kedua eyang meninggal dunia, rumah itu diwariskan ke om saya, adik ayah yang paling muda.  Om saya itu tinggal di Jakarta. Beliau kemudian meninggal dunia. Sudah cukup lama juga... Tadinya tante dan putra-putrinya masih ada waktu untuk menengok dan mengurus rumah di Karangnongko. Tapi lama-lama repot juga. Dan awal tahun ini, tante memutus

Teman Mendengarkan

Waktu saya menulis tentang hobi mendengarkan , saya mendapatkan banyak komentar dari sana-sini yang menyatakan hebat, keren, dan sebagainya --aheu--. Susah lho, mendengarkan, begitu katanya. Saya tanggapi dengan ah, biasa aja lah. Dan itu sepenuh hati. Karena saya rasa mendengarkan itu normal-normal saja... Sampai saat kemarin saya mendapatkan banyak cobaan... Saya banyak mengulang cerita yang sama ke kanan-kiri. Kadang saya sampai bertanya-tanya pada diri sendiri, ragu apakah saya belum bercerita pada orang itu. Mungkin tak secara langsung. Tapi bisa jadi saya sudah menceritakanya secara tertulis. Entah itu saat bertukar pesan pribadi, atau mungkin di sebuah grup yang sama-sama kami ikuti. Saya tak mau membuat orang bosan juga... Kebanyakan menyimak cerita saya dengan sabar. Menunjukkan kepeduliannya dengan mendengarkan sampai saya selesai berbicara. Memberi komentar ala kadarnya untuk menaikkan moral saya. Tapi tidak untuk beberapa orang... Ada yang memotong menceritakan keribetan pe

Film Hujan Bulan Juni

Image
Saat liburan, akses konten Netflix pun berubah menjadi konten lokal Indonesia. Buat saya yang lebih banyak memilih tontonan Asia, tentu ini kesempatan yang menyenangkan. Sayangnya, tak ada waktu dan hati untuk menonton drakor ataupun film Indonesia yang berlimpah banyaknya... Bukannya jadi nggak nonton Netflix juga sih. Saya lebih menonton anime, yang kebetulan juga merupakan kegemaran Butet. Sekalian gitu, ceritanya... Kami menonton serial Spy X Family, Kakushigoto: My Dad's Secret Ambition, film 5cm per second, dan menuntaskan serial A Place Further Than The Universe di Senin malam sebelum Selasanya berangkat kembali ke Prancis... Saya sendiri menyempatkan menngunduh drakor Secret Inspector and Joyi dan My Roomate is a Gumiho, serta film Hujan Bulan Juni di tablet... Tablet saya biarkan dalam airplane mode. Tanpa koneksi. Niatnya, sampai bisa menyelesaikan menontonton dulu. Tapi ternyata untuk Gumiho saya tidak mengunduhnya sampai tuntas. Hanya 12 episode saja. Ya sudah, lupakanl

Rabu Sibuk

Kembali mulainya pengajian kali ini cukup padat untuk saya. Tidak hanya membuat flyer dan mempublikasikannya, ternyata saya harus mendampingi tadarus karena kedua rekan yang membimbing biasanya berhalangan. Yang satu sepertinya harus dicari gantinya karena mendapat pekerjaan. Yang satu lagi sih sedang dalam perjalanan. Jadi berhalangan sementara saja. Mendampingi tadarus artinya harus membuat daftar pembagian ayat juga!... Pembagian ayat ini tidak sesederhana itu. Tidak sekedar membagi angka. Karena tidak semua ayat sama panjangnya, kan!? Solusi yang kami temukan adalah dengan membagi halaman Al-Qur'an. Satu halaman dibagi dua atau tiga, misalnya. Tergantung jumlah peserta tadarus... Membagi menjadi dua atau tiga juga tidak sesederhana itu. Kadang kala satu lembar jumlah barisnya bukan kelipatan dua atau tiga. Sering kali, malahan. Kita harus memperhatikan pula, terbaginya ada di mana. Apakah di ayat yang ada lam-alifnya? Apakah di ayat yang tersambung ke ayat berikutnya?... Memili

Waktu yang Padat

Baru hari ke dua kembali ke rutinitas sekolah, sudah ada kehebohan. Kehebohan yang sebenarnya sudah dicurigai dari sejak Butet pulang sekolah... Ceritanya, untuk beberapa pelajaran, kelas Butet dibagi menjadi 2 grup. Katakan grup 1 dan grup 2. Butet berada di grup 2... Kemarin, anak-anak di grup 1 melihat bahwa jadwal pelajaran jam pertama hari ini kosong. Yang di grup 2 tidak. Dan mereka memakluminya. Karena memang kadang demikian. Pelajaran dilakukan bergantian per grup... Namun kemudian ada orang tua siswa dari grup 1 yang menelepon ke sekolah. Memastikan bahwa hari ini tidak ada pelajaran. Dan sekolah menyatakan bahwa memang tidak ada pelajaran untuk seluruh kelas!... Masalahnya, sampai sore jadwal pelajaran yang ditampilkan di platform Ecole Direct tidak diubah. Anak-anak grup 2 jadi ragu. Apa benar tidak ada pelajaran untuk mereka juga?... Beberapa memutuskan tidak hadir. Beberapa yang lain menyatakan akan tetap hadir. Termasuk Butet. Asal tahu saja; setiap absen dan keterlambata

Kembali ke Rutinitas 2022

Image
La rentrèe memang sudah Kamis lalu. Hari Jumatnya, Butet sudah mulai pelajaran di kelas. Tapi boleh dibilang baru hari Senin inilah kami "benar-benar resmi" kembali ke rutinitas... Butet ke sekolah, suami sudah berangkat ke tempat tugasnya dari kemarin malam, dan saya kembali ke aktivitas ibu rumah tangga. Ucok sendiri sudah kembali ke bangku kuliah sejak seminggu yang lalu. Bahkan sudah mulai ke kampus seminggu sebelumnya lagi untuk ikut mengurus penyambutan mahasiswa baru... Kembali beberes rumah? Jelas. Masak? Pasti. Menulis? Tak boleh lupa!  Selain itu, saya juga kembali ke podcast. Kembali dengan serius... Sebenarnya sudah sejak minggu lalu saya mengulik audacity lagi. Akhir pekan saya membuka Canva setelah berbulan-bulan lamanya. Tapi masih yah, sesempatnya saja. Pemanasan dulu. Tak urung satu podcast nyaris terselesaikan, dan cover podcast sudah siap... Memang Pertemuan KBK bulan Agustus kemarin cukup sepi. Hanya ada 3 buku yang dipresentasikan. Tidak lama pula, pertem