Film Hujan Bulan Juni

Saat liburan, akses konten Netflix pun berubah menjadi konten lokal Indonesia. Buat saya yang lebih banyak memilih tontonan Asia, tentu ini kesempatan yang menyenangkan. Sayangnya, tak ada waktu dan hati untuk menonton drakor ataupun film Indonesia yang berlimpah banyaknya...

Bukannya jadi nggak nonton Netflix juga sih. Saya lebih menonton anime, yang kebetulan juga merupakan kegemaran Butet. Sekalian gitu, ceritanya...

Kami menonton serial Spy X Family, Kakushigoto: My Dad's Secret Ambition, film 5cm per second, dan menuntaskan serial A Place Further Than The Universe di Senin malam sebelum Selasanya berangkat kembali ke Prancis...

Saya sendiri menyempatkan menngunduh drakor Secret Inspector and Joyi dan My Roomate is a Gumiho, serta film Hujan Bulan Juni di tablet...

Tablet saya biarkan dalam airplane mode. Tanpa koneksi. Niatnya, sampai bisa menyelesaikan menontonton dulu. Tapi ternyata untuk Gumiho saya tidak mengunduhnya sampai tuntas. Hanya 12 episode saja. Ya sudah, lupakanlah, meski sudah ditonton sampai episode 10. Saya menonton Hujan Bulan Juni yang sudah saya damba sekian lama saja...



Kisah Pingkan dan Sarwono

Sarwono dan Pingkan adalah sepasang kekasih yang sedang bersiap untuk berpisah jarak. Pasalnya, Pingkan yang merupakan dosen Sastra Jepang Universitas Indonesia (UI) mendapatkan peluang bersekolah lagi di Jepang. Sebelum Pingkan berangkat, Sarwono yang dosen Antropologi UI memanfaatkan kesempatan tugasnya ke Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado untuk meluangkan waktu berdua...

Pingkan merupakan keturunan campuran dengan ayah Manado dan ibu Jawa. Sarwono beralasan mengajak Pingkan sebagai pemandunya. Kepergian mereka ke Manado tentu disempatkan untuk bertemu dengan keluarga besar almarhum ayah Pingkan...

Keluarga besar Pingkan di Manado menunjukkan ketidaksetujuan hubungannya dengan Sarwono yang asli Jawa. Mereka mendorong Pingkan untuk menikah dengan sepupunya. Dan bahkan dengan seorang dosen Unsrat yang baru saja bertemu dengannya namun langsung tertarik padanya...

Tapi Sarwono tak takut dengan si sepupu atau sang dosen. Sarwono lebih takut pada Katsuo, si dosen Jepang yang akan mendampingi Pingkan di Jepang kelak...  

Film yang Indah

Sudah lama saya ingin menonton film yang merupakan adaptasi dari buku pertama trilogi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini. Sejak tayangnya di tahun 2017, saya langsung mencari novelnya saat mudik di tahun 2018. Novel yang membuat penasaran karena saya sudah mengenal puisi yang menginspirasinya sejak lama...

Waktu itu saya tak menemukan bukunya. Kepenasaran baru terobati saat bisa membacanya di iPusnas. Ketiga buku triloginya, pula! Dan tentu senang sekali saat akhirnya bisa menonton juga filmnya!...

Film yang manis dengan setting Manado yang indah. Cuplikan puisi-puisi karya SDD menambah romantis sinematografi yang cantik...

Akhir yang tak jelas, sesuai dengan akhir bukunya. Malah sengaja dibuat tak jelas lagi. Atau sengaja menyesatkan? Karena kalau kita baca buku ke dua dan ke tiga, "rasa"-nya akan ... makin tak jelas lagi!...

Tak Ada Solo!

Sang Maestro SDD turut tampil di dalam film, berperan sebagai ayah Sarwono. Untung saja! Kalau tidak, tak ada satupun unsur Solo di dalam film!..

Becak? Nama rumah sakit Panti Waluyo? Jelas bukan stasiun Solo Kota! Terus terang kecerobohan ini mengecewakan sebagai yang kangen sama Solo untuk sebuah film yang dirilis hanya lima tahun yang lalu di mana verifikasi fakta sudah sangat mudah dilakukan...

Tadinya saya tak yakin. Mungkin saya salah. Tapi ini ditegaskan di dalam credits yang tak ada menyebutkan aspek Solo sama sekali...

Tapi apakah kalau ada Solo di dalam film ini saya jadi lebih menyukainya, atau paling tidak sama sukanya dengan bukunya?...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah