Posts

Showing posts from April, 2023

Wingko Babat ala Cannes

Untuk acara-acara potluck memang saya memiliki beberapa resep andalan. Resep yang sudah teruji. Yang sudah jelas disukai orang lain. Tak mau ambil resiko membawa masakan baru. Takut pada tak suka, tak ada yang memakannya, kan!? Resep untuk potluck jelas beda dengan kalau menjamu. Di rumah, saya lebih bebas. Mi ayam jamur dan bakso saya sudah teruji. Sop buntut saya diakui dikangeni. Tapi tak mungkin membawanya ke rumah orang kan!? Repot, mengangkut kuah begitu. Dan saya tak punya wadah yang memadai juga. Ayam Tante Alfi jelas sudah tak diragukan lagi. Demikian juga rendang jawa ala saya. Saya sebut rendang jawa karena bumbunya tak sebanyak rendang minang. Plus, pasti masih ada sausnya. Tidak kering seperti rendang minang standar. Teman-teman juga suka urap ala-ala saya. Semua sayur dicampur jadi satu dengan bumbu kelapa. Banyak yang memintanya sebagai teman makan ayam. Karena saya hampir tak pernah membuat sambal untuk selain keluarga kecil. Ulekan saya mini! Dan saya belum bisa mend

Wingko Babat vs Medovik

Image
Rabu lalu saya memenuhi undangan Halal bi Halal yang diadakan para WNI di daerah saya. Sejak pandemi, boleh dibilang saya tak pernah ikut kumpul-kumpul besar-besaran. Hanya sekali memenuhi undangan ulang tahun suami dari WNI yang sudah saya anggap kakak sendiri. Selain itu, kumpul-kumpul kecil yang kurang dari sepuluh orang saja. Ah ya: atau acaranya konsulat! Kebetulan setelah masa pandemi dinyatakan berlalu, saya juga mengalami beberapa masalah kesehatan. Lutut yang tak bisa diandalkan, lalu kelingking kaki yang retak karena tersandung dan belum pulih juga. Karenanya, untuk ke Antibes, rumah teman tempat diselenggarakannya acara, saya meminta Butet untuk menemani saya. Dukungan moral, penenang hati kalau tetiba lutut terasa sakit atau kelingking mulai nyeri. Saya tahu, mengajak remaja ke acara orangtua itu tidak ideal. Apalagi Butet anak yang pendiam. Disandingkan dengan keramahan ala Indonesia, jelas tidak klop. Dan begitulah akhirnya kejadiannya. Tadinya saya pikir Butet akan senan

Mudik Lebaran 1444 H

Image
Lebaran nggak mudik? Lebaran nggak ke Indonesia? Mudik dong!  Ke Indonesia, lah! Ke Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Marseille! Kan kantor konsulat itu wilayah negara perwakilannya!  Sepetak tanah Indonesia yang ada di Prancis.   Tapi bener deh! Sudah 20 tahun lebih merantau, masih ada saja yang menanyakan apa kami mudik Lebaran. Padahal jelas-jelas Lebaran tak jatuh di masa libur panjang musim panas. Mosok tiap tahun mengulang lagu yang sama? Emosi? Ya, sedikit. Hehehe. Tergantung nada pertanyaannya juga siiih. Jadi, ya, kami mudik. Berangkat sehari sebelum Idulfitri ke Indonesia kami di rantau. Berlebaran bersama keluarga kami di Prancis. Berlebaran Bersama Keluarga di Rantau Salat Idulfitri di KJRI Marseille dijadwalkan dimulai jam 9 pagi. Saat kami tiba 15 menit sebelumnya, ruang utama kantor konsulat sudah cukup penuh terisi. Sudah ada tiga saf untuk masing-masing jamaah laki-laki dan perempuan. Tapi belum penuh ke kanan-kiri. Makin dekat ke jam 9, makin penuh barisan. Sala

Menjelang Lebaran 1444 H di Marseille

Image
Sampai awal Ramadan, saya masih yakin benar bahwa Idulfitri akan jatuh pada hari Sabtu, 22 April 2023. Saya sampai tak memperhatikan hasil pengumuman perhitungan hisab di Prancis yang sudah biasa ada dari awal perhitungan 1 Ramadan. Pun pengumuman Muhammadiyah di Indonesia. Karenanya, saat pertengahan Ramadan dan mendapati bahwa tanggalan Google Calendar-pun berubah, agak kaget juga. Untuk Butet, tak masalah. Kebetulan mulai 17 April sudah masuk libur musim semi. Tenang, tak perlu minta izin bolos seperti tahun lalu untuk perayaan keagamaan yang tak ada dalam kategori izinnya sistem pendidikan Prancis. Sekolah yang berbaik hati mencatatkannya ke izin administratif. Kan ke konsulat juga ini! Heu... Saya sudah meminta suami sejak jauh-jauh hari untuk mengambil libur hari Jumatnya. Untuk perjalanan ke Marseille, tentu saja. Jarak antara Cannes ke Marseille hanya 170 km. Perjalanan memakan waktu 2 jam saja. Kami sudah memutuskan tak mau lagi hectic di pagi hari mengejar transportasi, lalu

Suzume

Image
Akhirnya berhasil menonton film Suzume (すずめ の 戸締まり, Suzume's Locking Up ) di bioskop. Setelah dua minggu yang lalu gagal kencan nonton premier bersama Butet karena tugas negara alias rapat urusan Pemilu. Kali ini Butet nonton lagi. Dan papanya ikut juga. Jadilah kami menonton sekeluarga. Bertiga. Sayang sekali penggemar pertama sutradara Shinkai Makoto di keluarga kami, si Ucok, malah tak ikut. Dan dia tak bisa menonton di perantauannya. Film berbahasa Jepang dengan takarir bahasa Swedia? Roaming akut lah yaaa. Juru Kunci Bercerita tentang Suzume, yang saat berangkat sekolah berpapasan dengan seorang lelaki. Si lelaki menanyakan di apakah ada reruntuhan di sekitar sana. Dia mencari pintu, katanya. Suzume memberitahunya lokasi reruntuhan dan mulanya membiarkannya pergi. Namun kemudian Suzume memutuskan untuk menyusulnya, terbawa penasaran karena merasa sudah pernah melihat laki-laki itu sebelumnya. Sampai di reruntuhan, rupanya memang ada pintu. Saat dibuka, pintu yang tampak berdir

Visby Domkyrka: Landmark Kota Abad Pertengahan

Image
Kalau mencari gambar kota Visby, hampir pasti akan terlihat Katedral Visby. Visby Domkyrka, atau lengkapnya Visby Sankta Maria Domkyrka, atau dalam bahasa internasionalnya Visby Saint Mary Cathedral ini menurut saya memang landmark -nya Visby yang paling mengena.  Kota Visby (Foto:  Visit Sweden ) Kota Warisan Dunia Mungkin saya perlu cerita dulu, di manakah Visby? Visby adalah kota perantauan Si Ucok, anak sulung saya. Dia mencari sekolah sesuai minatnya, gim, dan menemukan jurusan game design di Universitas Uppsala, di Swedia. Dia sadar betul bahwa kampus untuk jurusan ini tidak berlokasi di kota Uppsala. Departement Game Design Uppsala University berlokasi di Campus Gotland ! Pulau Gotland (Foto: Google Maps) Gotland adalah sebuah pulau yang berlokasi di Laut Baltik, 100 km di sebelah selatan Stockholm. Untuk ke sana, bisa berpesawat satu jam dari bandara Arlanda, atau empat jam dengan feri dari pelabuhan Nynäshamn. Setelah perjalanan 3 jam berpesawat dari Prancis, tentu ini adala

Masih Tentang Manajemen Nasi

Kamis 30 Maret yang lalu, komunitas Mamah Gajah Ngeblog mengumumkan hasil voting Tantangan bulan Maret 2023 . Tulisan saya mengenai manajemen nasi meraih Paling Relatable 1, Populer 2, dan Favorit 5! Horeee!!! Senang sekali mendapatkan apresiasi yang bagus begitu. Komentar-komentar juga banyak yang masuk. Saya sendiri tak sempat meninggalkan komentar di setoran mamah-mamah lain. Padahal saya mengunjungi dan membacanya paling tidak dua kali! Pertama saat mereka setor, dan kedua saat voting.  Dari komentar di blog dan juga diskusi di telegrup, ada beberapa catatan yang bisa saya tambahkan dari tulisan saya itu. Mengaduk Nasi Mengaduk nasi sudah sempat saya sampaikan di setoran tantangan. Namun hanya dalam kasus sesudah memanaskan. Karena dalam kasus microwave , panas memang tidak langsung merata. Dan saya sendiri termasuk yang kurang awas. Makanya terpikir untuk menuliskan. Salah satu peserta tantangan,  Teh Echa, membahas soal mengaduk nasi tepat sesudah selesainya proses memasak nasi

Kesiapan Teknologi

Sudah tanggal 3, belum menulis juga. Heu, bukan belum menulis. Belum setoran tepatnya. Yah, alias belum ada satu tulisan yang selesai! Karena memang, saya tetap menulis. Dari 5 draft yang saya catat akhir bulan lalu, sudah ada bertambah 3 lagi. TIGA!!! Dan tak satupun berhasil saya tuntaskan.  Belum lagi hutang tulisan untuk ulang tahun Majelis Pengajian Prancis. Adu dududuuuh. Sudah mulai kok. Sudah cukup panjang. Tapi saya merasa itu belum selesai. Apalagi kalau dijadikan isi buku. Belum layak lah! Maret lalu, saya hanya meraih badge Good. Badge hijau minimalis dengan 10 setoran pas! Payah banget, kan!? Mana setoran kesepuluhnya mepet tanggal 30 Maret. Parah parah parah!  Trus malah nulis ini? Bukannya nerusin draft(-draft)-nya? Pasalnya, saya lagi tersentuh dengan postingan seorang bibi di Indonesia. Beliau guru di sebuah SMA negeri di luar Jawa. Baiklah, di Sumatra. Di kota, bukan di pedalaman, tapi bukan di ibukota provinsi. Beliau bercerita tentang bahwa saat ini sedang ada ujian