Suzume

Akhirnya berhasil menonton film Suzume (すずめ の 戸締まり, Suzume's Locking Up) di bioskop. Setelah dua minggu yang lalu gagal kencan nonton premier bersama Butet karena tugas negara alias rapat urusan Pemilu. Kali ini Butet nonton lagi. Dan papanya ikut juga.

Jadilah kami menonton sekeluarga. Bertiga. Sayang sekali penggemar pertama sutradara Shinkai Makoto di keluarga kami, si Ucok, malah tak ikut. Dan dia tak bisa menonton di perantauannya. Film berbahasa Jepang dengan takarir bahasa Swedia? Roaming akut lah yaaa.

Juru Kunci

Bercerita tentang Suzume, yang saat berangkat sekolah berpapasan dengan seorang lelaki. Si lelaki menanyakan di apakah ada reruntuhan di sekitar sana. Dia mencari pintu, katanya.

Suzume memberitahunya lokasi reruntuhan dan mulanya membiarkannya pergi. Namun kemudian Suzume memutuskan untuk menyusulnya, terbawa penasaran karena merasa sudah pernah melihat laki-laki itu sebelumnya.

Sampai di reruntuhan, rupanya memang ada pintu. Saat dibuka, pintu yang tampak berdiri di tengah-tengah kolam itu memperlihatkan lokasi yang aneh. Lokasi yang Suzume merasakan dejavu. Namun saat Suzume melewati ambangnya, dia kembali ke posisinya semula. Posisi di balik ambang pintu yang dilewatinya berganti menjadi si lokasi aneh.

Sesudah beberapa kali bolak-balik, Suzume mendapati sebuah patung batu di dekat kakinya. Saat diangkatnya, patung itu berubah wujud menjadi seekor kucing yang langsung kabur. Bingung dan tak menemui lelaki yang dicarinya, Suzume memutuskan kembali ke sekolah.

Sampai di sekolah, Suzume melihat asap dari arah reruntuhan yang baru ditinggalkannya. Namun tak seorang pun di sekitar Suzume yang dapat melihatnya. Tak lama kemudian terjadi gempa. Asap yang dilihat Suzume makin membesar. Bentuknya yang aneh semakin jelas terlihat seperti cacing raksasa. Suzume memutuskan kembali ke reruntuhan.

Di sana dia melihat lelaki yang dicarinya sedang berusaha menutup pintu di tengah kolam. Cacing raksasa ternyata berasal dari pintu itu. Suzume memutuskan untuk membantu si lelaki menutup pintu.

Berhasil menutup pintu, Suzume membawa si lelaki ke rumahnya untuk mengobati lukanya. Rupanya si lelaki yang bernama Sato itu sudah turun-temurun bertugas sebagai penutup pintu, menahan cacing raksasa keluar dan menyebabkan bencana.

Muncul kucing Daijin yang mengubah Sato menjadi kursi kecil kesayangan Suzume. Suzume dan Sato pun mengejar Daijin, menyusuri Jepang, untuk memintanya mengembalikan wujud Sato.

Film Efektif

Film keluaran 2022 ini memang baru resmi tayang 12 April 2023 di Prancis. Bukan untuk alih suara. Kami menonton satu-satunya versi yang disediakan bioskop kota kami: bahasa Jepang dengan takarir Prancis.

Kami mendapatkan salle 3, ruang standar dengan layar standar dan suara yang minimalis. Sayang sekali. Tentu film akan lebih spektakuler di ruang dengan layar dan sistem suara teknologi baru, seperti yang disaksikan Butet saat premier.

Melihat adegan awal, langsung pengin menengok dan mengulang pesan kepada Butet: jangan mengikuti orang sembarangan! Hahaha. Memang ada faktor dejavu yang mendorong Suzume melakukan itu. Tapi yang bener aja. Mana ke daerah terlantar! Sangat tidak rasional untuk gadis berumur 16 tahun!

Tapi kalau nggak gitu, nggak ada ceritanya dong ya! Hehehe.

Film berjalan cepat. Dari awal langsung masuk ke cerita. Tanpa basa-basi perkenalan. Sampai akhir juga berjalan dengan ritme cepat. Kami menikmatinya. Adegan menegangkan diselipi humor, dengan latar lagu-lagu Jepang populer tahun 80-an, mengiringi perjalanan mengejar Daijin menyusuri Jepang. Film sepanjang dua jam, tak ada bagian yang terasa membosankan.

Di akhir film baru jelas, mengapa Suzume bisa melihat cacing raksasa yang seharusnya hanya bisa dilihat oleh para penutup pintu itu. Sekaligus di mana Suzume pernah melihat Sato sebelumnya.

Menonton Suzume tentu tak lepas dari nama sutradara Shinkai Makoto. Mau tak mau membandingkannya dengan Your Name. Saya tak ingat detil film yang fenomenal itu. Namun jelas banyak unsur yang sama yang berulang, terutama bencana alam dan perjalanan melintas waktu. Walau untuk Suzume ini hanya satu adegan saja. Tidak seintensif di Your Name yang menjadi unsur utama.

Tim Daijin

Sambil buka puasa, kami bertiga mendiskusikan pesan moral dari film. Kalau tersurat, film ini "hanya"lah film fantastis. Kita harus mencomot pesan moralnya di sana-sini. Tapi tanpa itu, kita bisa kehilangan keutuhan ceritanya.

Foto: Situs Resmi Film Suzume

Yang jelas saya dan Butet sepakat: film ini tragis dari sisi kucing Daijin. Keinginannya untuk disayang Suzume, pengorbanannya, ... dan bahwa itu hanya ditampilkan sekilas, sambil lalu saja, tak ditonjolkan dalam cerita!

Dan yang jelas lagi, Selasa sore ini saya punya bahan cerita yang suka diminta oleh sensei di tiap awal memulai kursus bahasa Jepang. Kino watashi to danna to musume wa eigakan de nihon no eiga o mimashita. Hihihi.


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah