Foto Kelas

Senin 4 November 2024, para siswa di Prancis kembali ke sekolah setelah libur musim gugur selama dua minggu. Satu minggu, untuk kebanyakan perguruan tinggi. Empat hari, untuk yang hanya menikmati long weekend dengan libur nasional Toussaints (Hari Raya Semua Orang Kudus), 1 November, yang tahun ini jatuh di hari Jumat.

Liburan kali ini, jadwal Butet penuh. Dimulai dari ke Arles untuk portes ouvertes sekolah animasi MoPa 19 Oktober, dilanjutkan dengan Stage Gobelins daring 22—25 Oktober, lalu berlibur bersama dua sahabatnya ke rumah kakek-nenek dari salah satunya di Perpignan, berangkat 27 Oktober dini hari dan pulang 1 November menjelang Subuh.

Nostalgia

Itu adalah kali pertama Butet menginap lama tak bersama keluarga dan di luar acara sekolah. Terasa aneh. Agak berat. Saya dan Paksu mengizinkannya karena ini adalah libur sekolah terakhir di mana Butet masih relatif "bebas", tidak disibukkan dengan persiapan ujian akhir atau persiapan ke perguruan tinggi. 

Dan tentu saja, mungkin ini kesempatan terakhir ketiga sahabat bisa memanfaatkan waktu bersama sebelum terpisah untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tahun depan. Masing-masing dari mereka kebetulan memiliki impian yang berbeda, dengan pilihan utama di kota yang berbeda pula.

Saat jauh di mata

Selama 5 hari, saya dan Paksu berdua saja di rumah. Untuk pertama kalinya sejak menjadi ibu, saya melewatkan hari ulang tahun tanpa salah satu anak pun. Seperti yang saya sampaikan di kursus Bahasa Jepang Kamis lalu, かなしくないよ、なつかしいよ, saya tidak sedih, tetapi saya merasakan nostalgia: begitu mungkin rasanya nanti kalau anak-anak sudah mentas dan meninggalkan rumah semua?

Nostalgia makin pekat ditambah sebelum libur dimulai, Butet membawa pulang foto kelasnya. Foto kelas terakhir. Foto kelas Première! 

Tradisi Foto Kelas 

Memang di Prancis ada tradisi membuat foto kelas di awal tahun ajaran. Dari maternelle hingga lycée. Pengalaman Ucok yang sudah sempat merasakan perguruan tinggi di Prancis sih tidak ada foto kelas. Namun bisa jadi itu spesifik tempat sekolahnya Ucok saja.

Foto kelas di sini bukanlah yearbook hepi-hepi yang mengusung berbagai tema dan dress code yang saya lihat sepertinya belakangan jadi mode di berbagai sekolah di Indonesia. Foto kelas di Prancis diambil di dalam lingkungan sekolah. Biasanya di halaman, atau di ruangan, kalau cuaca tak mendukung. Para siswa dalam satu kelas berjajar, berfoto bersama wali kelasnya dengan pakaian keseharian saja. Untuk maternelle ditambah dengan Atsem (Agents Territoriaux Spécialisés des Ecoles Maternelles, semacam asisten guru). 

Tradisi ini sudah berjalan sangat lama. Sebelum era digital dulu, di foto bersama ini, salah satu siswa—biasanya yang berposisi paling depan dan di tengah—memegang papan tulis kecil bertuliskan kelas dan tahun. Sekarang? Tinggal montase saja!

Selain foto bersama, ada foto individu yang fungsi utamanya adalah untuk data sekolah dan pembuatan kartu pelajar. Foto ini diambil di dalam ruangan, dengan lampu-lampu ala studio foto. Kalau ada saudara-saudari di sekolah yang sama, orang tua bisa meminta untuk mengambil foto kakak-beradik, atau bahkan persepupuan, secara khusus.

Arsip foto kelas Ucok dan Butet selama maternelle dan primaire

Di maternelle dan primaire anak-anak dulu, foto kelas ini tidak wajib. Orang tua bisa menolak. Dengan kemudian menyetorkan foto anak untuk keperluan sekolah, tentunya. Paket standar foto yang berisi foto bersama dan foto individu ini dijual seharga 10-15 euros. Foto individunya ada beberapa ukuran, dari pas foto hingga 3R. Bukan pas foto resmi, ini ya. Foto close up setengah badan santai saja. Selain paket tersebut, kita bisa menambah untuk mencetak foto dalam ukuran lain, atau memesannya dalam bentuk kalender, kartu pos, cangkir, atau gantungan kunci.

Bersekolah di collège dan lycée swasta yang berbayar, foto kelas sudah masuk dalam tarif sekolah. Mendaftar sekolah berarti wajib ikut foto kelas. Dalam artian, kalau tidak mau difoto bersama yaaa bolos saja, lah! Eh? Hehehe. Namun kalau soal tak mau ditampilkan dalam publikasi sekolah (brosur, website, iklan, ...), itu sudah ada formulir khususnya di saat pendaftaran.

Dari arsip foto kelas college dan lycée terlihat bahwa Ucok dan Butet hanya sempat satu tahun berada di lingkungan sekolah (atau tepatnya yayasan) yang sama

Di kelas Butet, saya mengenali beberapa temannya. Ada yang kenal secara fisik, ada pula yang kenal hanya lewat cerita. Tahun ini, kebetulan Butet sekelas dengan dua sahabatnya. Salah satunya selalu sekelas sejak 6e. Satu lagi anak "baru" yang datang di 4e dan tahun lalu tidak sekelas. Mereka tentu saja masuk dalam kategori teman Butet yang saya kenal secara fisik.

Untuk yang saya kenal secara fisik, saya tak pangling. Saya "mengikuti" pertumbuhan mereka. Lain halnya yang hanya saya kenal lewat cerita. Satu tahun pun, ada saja yang rasanya sangat berubah. Berubah dibanding foto kelas di tahun sebelumnya, tentunya. Bisa jadi fotonya tidak benar-benar menggambarkan aslinya, kan!? 

Saat Bergaya ke Sekolah

Hasil foto kelas saya dapati lebih sering, entah penggunaan filter, entah teknik pencahayaannya, membuat kulit Ucok dan Butet terlihat lebih gelap! Untuk anak-anak Eropa yang berkulit putih, mungkin memang jadi lebih bagus ya!? Jadi "bronzée". Tanned. Kulit terlihat kecoklatan yang menggambarkan standar sehat ala barat. Nah, kalau kulitnya sudah coklat dari sononya, yaaa ... begitulah! Hahaha.

Jadwal foto kelas diberitahukan 1-2 minggu sebelumnya. Kita bisa mempersiapkan anak—atau anak sendiri yang bersiap, saat sudah remaja—untuk itu. Tak hanya soal pakaian yang mungkin ingin dipilih secara khusus. Ada yang bahkan sengaja menjadwalkan ke salon untuk potong rambut di akhir pekan sebelum foto kelas! 

Saya ingat saat anak-anak masih di primaire dan tertawa-tawa bercerita kalau ada teman mereka yang di hari foto kelas secara spesial pergi sekolah berparfum! Baik Ucok maupun Butet punya cerita tentang itu! Heuuu ....

Ucok dan teman-temannya bersepakat mengenakan pakaian formal di foto kelas terakhir mereka, meski yah, ada saja yang entah lupa entah terlewat info

Tak urung, ada saja yang lupa jadwal foto kelas. Padahal mereka sudah menyiapkan kostum istimewa. Padahal potongan rambutnya sudah berantakan dan sengaja menunggu momen foto kelas untuk ke salon.

Atau situasi lain: foto kelas jatuh di hari pelajaran olah raga! Meski menyiapkan pakaian ganti, jarang yang sebegitu niatnya membawa sepatu ganti. Yang merasa terlalu nggak matching, pilih posisi paling depan bersila, atau berdiri di belakang. Dan tentu saja, wajah kucel dan rambut berantakan sulit dihindari!

Saat melihat hasil foto kelas tahun ini, saya baru terpikir betapa Butet sering mengenakan pakaian yang dibeli di Indonesia di foto kelasnya! Dan ternyata, Ucok pun sama! Meski belum sampai berbatik, ternyata dalam foto kelas mereka terlihat lebih banyak mengenakan pakaian bermerek lokal Indonesia! 

Dokumentasi Pengingat

Menulis ini, saya jadi membongkar arsip foto kelas anak-anak. Terharu melihat wajah-wajah culun mereka saat masih berusia 3 tahun di tahun pertama maternelle. Dan sekarang, satu sudah hampir selesai S2, satu lagi sudah mau kuliah.

Yah, nostalgia lagiii ....

Saya merasa bahwa foto kelas ini adalah ide yang sangat bagus. Sudah berapa kali saya berniat membuat foto anak-anak secara periodik, ternyata gagal. Apalagi saat anak memasuki remaja. Duh, susahnyaaa. 

Foto kelas mendokumentasikan wajah anak-anak dari tahun ke tahun. Bersama mereka, kami suka membuka kembali foto-foto kelas yang lama dan mencoba mengingat gurunya, teman-temannya, mereka dulu bagaimana, sekarang mereka di mana, ... dan mengenang masa-masa saat foto itu diambil. Menegaskan bahwa anak-anak tidak "tau-tau dah gede aja!". Bahwa mereka bertumbuh, berkembang, mendewasa secara bertahap.

Montase spesial periode pandemi Covid-19

Foto juga mengingatkan kita akan periode spesial. Seperti foto kelas Butet di tahun ajaran 2020-2021. Ya, di masa pandemi! Saat itu, tentu saja masih ada penjagaan jarak. Foto kelas pun diadaptasi. Tidak ada foto siswa berjajar berdampingan, melainkan dibuatkan montase dari foto individual, yang entah apa algoritma penyusunannya. Dan anehnya, tak ada versi foto individu yang disusun berurutan nama belakang seperti biasanya. Hmmm, menantang untuk tetap mengingat nama-nama teman sekelas tanpa contekan, itu!

Saya sendiri tidak pernah memiliki foto kelas. Apakah Anda atau putra-putri Anda memilikinya?


(Wajah dan nama dalam foto sengaja diburamkan untuk penjagaan identitas)

---

Tulisan ini diikutkan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan November 2024 yang bertema Foto dan Ceritanya dengan Mamah Host Risna dan Ilma.




Comments

  1. Waaahhhh ... Keren teh Alfi. Foto memang nostalgia banget ya. Aku lebih suka lihat foto versi cetak kalau untuk nostalgia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener teh. Meski kmrn jadi kepikir buat digitalisasi, tetep lebih romantis pegang foto fisik sih, emang 😍

      Delete
  2. Menarik sekali format foto kelasnya. Kalau di Bandung, standar wajib adalah foto di Jonas Banda tiap tahun.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Teh. Jaman sekolah jadi sering ke studio foto, salah satunya di Jonas. Apalagi kalau ikut ekskul atau punya geng tongkrongan sendiri. Setahun bisa berkali-kali ke studio foto 😆

      Delete
    2. Aku liat belakangan anak sekolah di Indonesia udah rutin bikin foto kelas. Tapi yg aku liat pada masih mandiri: diurus sama anak2nya sendiri atau persatuan wali murid di kelasnya. Belum terpusat oleh sekolahnya. Cmiiw 🙏

      Delete
  3. Budaya di Belanda juga sama, teh. Ada foto kelas tiap tahun. Dan aku baru ngeh orang lokal pada niat berbusana rapi di hari itu pas tahun terakhir di sana. Sengaja aku ambil paket foto bareng saudara kandung biar ada foto yang cakepan. Eh yang lain kok pakai baju niat amat, sampai ada yang seragam kakak adik, sedangkan kami terlalu santai , hahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Walah, telat amat nyadarnya? Hihihi ✌️
      Anak2ku sendiri ga pake baju spesial sih. Baju yg biasa dipake ke sekolah aja. Cuma sengaja ngepasin hari itu pake baju favoritnya, gitu. Biar jadi kenangan: begitu lah pakaian anak2 saat ke sekolah taun itu kan!? Karena selera gaya berpakaiannya dari tahun ke tahun bisa jadi berbeda 😉

      Delete
  4. Aku adanya foto kelas pas SMA kelas III. Memang diadakan oleh sekolah sih, khusus kelas III, mungkin karena mau lulus. Sepertinya zaman saya belum usum foto kelas. Beda anak-anak saya, ada foto kelas, dan selalu ke Jonas...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku sempat liat ada temen yang posting soal foto kelas anaknya yang nggak di studio. Bertema, pula. Kayaknya seruuu 😍

      Delete
  5. Aku ingat punya beberapa foto kelas pas SMA, dulu bikin foto itu untuk bikin buku angkatan sih biasanya. Selain itu ada lagi foto bersama waktu perpisahan SMA.

    Selanjutnya foto angkatan jaman kuliah. Angkatan kamu ga ada foto angkatankah?

    Kalau foto SD dan SMP aku ga ingat sih, buku angkatan juga nggak ada di SD dan SMP ku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, asik, ada foto bersama di buku angkatan. Buku angkatanku dulu cuma kumpulan pas foto ijazah deh 😅

      Delete
  6. Teh Alfi, aduhh terniyat banget ya Teh pengadaan foto kelas di Perancis. Hasilnya pun bagus dan jelas begitu. Meskipun (kata Mba Alfi) pencahayaannya kurang sesuai harapan.
    Andai saja foto kelas SMA-ku sekeren, sebagus, dan sejelas itu; pastilah indah dipandang berlama lama sambil bernostalgia. Apalah daya, Mba Alfi, foto kelas jaman SMAku adalah kumpulan foto asli yang dicetak bak potokopian yang tintanya mau abis, ada yang hidungnya jadi ilang, alisnya tinggal sebelah, dan macam sebagainya. 😭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu emang dari asalnya kualitas cetakannya begitu, atau karena terkikis waktu, teh? 😅 Yah, paling enggak masih ada kenang2an daripada tidak sama sekali lah 😉

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa