Film A Family Affair: Urusan Keluarga atau Perselingkuhan Keluarga?
A Family Affair sudah sempat saya lirik pada saat rilisnya di Netflix, musim panas yang lalu. Namun saya tak langsung menontonnya. Ada Nicole Kidman dan Zac Efron, kenapa saya skip? Mungkin karena sudah masuk libur musim panas?
Rabu kemarin saat melihat-lihat koleksi "film-film Natal" di Netflix—ya, saya suka menonton film berlatar suasana Natal saat mencari hiburan ringan—, saya melihatnya lagi. Dan Akhirnya saya menontonnya. Tak langsung sekali sabet. Sepotong-sepotong. Kamis malam baru terselesaikan.
Saat Ibumu Jadian dengan Bosmu
Menceritakan tentang Zara Ford (Joey King) yang bekerja untuk seorang selebritas, eh, maaf, aktor ternama, Chris Cole (Zac Efron). Dijanjikan akan dijadikan sebagai asisten produser pada saat melamar pekerjaan, ternyata Zara hanya bertugas selayaknya asisten pribadi. Asisten yang bahkan diperlakukan semena-mena. Zara akhirnya lelah. Dia memutuskan untuk berhenti bekerja.
Keesokan harinya, Chris mengunjungi rumah Zara untuk membujuknya kembali bekerja. Di sana dia bertemu dengan Brooke Harwood (Nicole Kidman), ibu Zara, yang menjanda ayah Zara meninggal dunia. Sembari menunggu Zara yang sedang pergi mereka berbincang bersama sambil minum-minum. Mereka berakhir di tempat tidur. Dan saat pada itulah Zara tiba!
Melihat ibunya bersama aktor yang sudah dikenalnya dengan baik suka mempermainkan perempuan itu, Zara tentu saja tidak setuju. Dia berusaha meyakinkan ibunya, tetapi tidak berhasil. Zara pun minggat dan menumpang menginap di rumah sahabatnya, Eugenie (Liza Koshy).
Zara tetap hadir di pesta Natal keluarga yang diadakan di rumah Leila (Kathy Bates), neneknya, ibu dari ayahnya. Di sana dia kembali bertemu ibunya, dan juga Chris yang ternyata diundang. Semua berjalan baik sampai saat Zara menemukan giwang berlian yang biasa Chris hadiahkan untuk para mantan pacarnya sebelum memutuskan hubungan mereka!
Pencarian
Kesan pertama saat menonton awal film ini adalah wow, Zac Efron sudah tua! Heu .... Melihatnya di adegan pertama, saya langsung teringat pada David Hasselhoff. Dan sulit sekali menghilangkan pemikiran itu di sepanjang film. Mungkin di kepala saya, Zac Efron adalah mandeg di karakter yang ada di High School Musical. Hahaha.
Saya pikir, salah satu yang menahan saya menonton film ini waktu itu mungkin adalah tema klise hubungan perempuan dengan laki-laki yang jauh lebih muda. Sepertinya sedang mode ya, tema ini!? Saya lihat ada di banyak film dan drama. Meski kalau perempuannya model Nicole Kidman (atau Anne Hathaway di The Idea of You—belum saya tonton) sih ya emang nggak kelihatan secara fisik beda umurnya ya!?
Zara mengonfrontasi ibunya yang backstreet dengan bosnya |
Dan memang film ini klasik saja. Sudah bisa ditebak akhirnya. Variasi menarik untuk tokoh Zara yang sudah muncul dari awal, yang "standar"-nya menuju ke "jadian" dengan si aktor, tetapi sudah jelas dari sinopsisnya bahwa Chris dipasangkan dengan Brooke.
Tak ada kisah romansa di sisi Zara. Yang ini cukup mengherankan di usianya yang sudah 24 tahun. Berbeda sekali dengan karakter yang biasa dimainkan Joey King yang saya dengar namanya dari film-film kategori remaja.
Di sini kita melihat tema pengukuhan jati diri seorang Zara sebagai young adult. Pencarian rasanya sudah tidak tepat, di mana Zara sudah lulus kuliah dan sudah bekerja. Nyatanya Zara masih tak mantap akan pilihannya. Karena masih tinggal bersama ibunya?
Chris yang kemudian diceritakan ternyata harus dewasa sebelum waktunya juga terlihat kebingungan. Dia yang terjebak pada tokoh film yang sama demi mempertahankan penghasilan jadi banyak mempertanyakan diri setelah bertemu dengan Brooke.
Brooke sendiri digambarkan masih "mencari". Proses menulisnya sedang mandeg. Leila mengingatkannya bahwa dia tak sekedar ibu. Mengingatkannya bahwa pada dasarnya dia adalah seorang individu perempuan.
Leila: Kenapa kau menulis?
Brooke: Kenapa aku menulis? Untuk mencari tahu semua hal yang tak kupahami.
Leila memang tokoh sampingan yang penting di film ini. Karakternya yang mengayomi sangat unik. Dia sangat dekat dan menganggap menantunya seperti anak perempuannya sendiri.
Memang banyak sekali muatan mengenai relasional di film ini. Tak hanya relasi ibu mertua menantu perempuannya dalam karakter Leila dan Brooke. Namun juga ibu-anak dalam Brooke dan Zara yang saling melindungi, juga persahabatan antara Zara dan Genie yang manis. Judulnya saja "Urusan Keluarga", ya!? Atau "Perselingkuhan Keluarga"?
Jangan Lupa Ketuk Pintu!
Film dengan genre komedi romantis yang ringan, hangat, dan menghibur ini dikategorikan untuk 13 tahun ke atas dengan alasan "sex". Saya lihat hanya ada dua adegan menjurus ke sana, dengan satu yang cukup hangat (tak sampai panas, hehehe) di awal film saja.
Adegan di klinik sesudah Zara menabrak kusen akibat masuk kamar ibunya tanpa ketuk pintu! |
Saya suka sekali saat Chris menghadiahi Brooke buku yang berisi kumpulan cerpen hasil karya Brooke yang diterbitkan di berbagai media. Lalu saat Chris membaca buku tentang mitologi, hadiah dari Brooke di awal film, di malam tahun baru.
Pesan moral sederhana tapi sangat penting dari film ini adalah: jangan lupa mengetuk saat hendak memasuki ruang dengan pintu tertutup! Hahaha.
P.S. Coba perhatikan sekitar menit 29.20: bener nggak, Nicole Kidman pegang gelasnya dengan tangan kiri?
Comments
Post a Comment