Posts

Showing posts from November, 2022

Seperempat Abad Kepergian Bapak

Hari ini, tepat seperempat abad sejak meninggalnya Ayahanda. Ya, sudah 25 tahun yang lalu ayah saya meninggal dunia. 29 November 1997. Tepat di Hari Korpri yang upacaranya tidak beliau hadiri karena merasa tidak sehat. Siapa sangka beliau pergi di hari yang seakan turut memperingati pengabdiannya ini... Tentu saja kehidupan saya tidak mudah sesudahnya. Tapi juga tidak semerana itu, kok... Dan hari ini, kita bahas yang ringan-ringan saja ya. Tentang mana fakta dan mana fiksi di cerpen Firasat , mungkin? Yang memang diinspirasi dari pengalaman saya sendiri saat mendengar kabar kepergian Bapak itu... Fakta Seperti Alifia, yang namanya sengaja dipilih mirip dengan panggilan Fi seperti saya, Bapak meninggal saat saya kuliah tahun ke-2. Hari itu saya ujian Algoritma Pemrograman III, dan saya belum sarapan... Saya benar-benar mengucapkan kalimat seperti di cerpen di Perpustakaan Pusat yang waktu itu masih berwarna biru ubin kamar mandi. Saya ke sana bersama empat sahabat, yang saya singkat du

Trimestre Pertama Butet di Lycée

Makin  mendekati akhir November, Butet makin gelisah. Trimestre pertama segera berakhir. Nilai demi nilai mulai diumumkan. Dan nilai Butet tidak cukup memuaskan... Tentu saja, dalam standar kami nih ya... "Semua orang turun, nilainya", katanya. "Yang juara kelas pun turun." "Kok tahu? Memang dia cerita?" setahu saya, meski memang sering ngobrol bersama, si juara yang lompat kelas itu siswa yang pendiam, tak sebegitu terbukanya pada teman-temanya. "Kan bisa dilihat dari rata-rata kelas yang turun," jawab Butet. "Ho, belum tentu!" Saya pun menceritakan soal abangnya dulu. Rata-rata kelasnya tinggi juga, meski tak setinggi kelas Butet. Ada satu siswa yang nilainya sangat tinggi, namun kemudian ranking duanya berjarak 1 poin. "Bisa jadi dia gitu juga. Nilainya tetap tinggi, meski teman-teman yang lain pada turun," lanjut saya. Saya pun menambahkan cerita bagaimana abangnya dulu meraih nilai rapor hampir 18, tapi dia hanya peringk

Selera

Image
Allah Maha Kuasa. Diciptakannya tumbuh-tumbuhan yang begitu beragam yang bermanfaat bagi manusia. Yang kadang manfaatnya tak terlalu kita rasakan. We take it for granted . Seperti misalnya buah-buahan... Saat masih tinggal di Indonesia yang beriklim tropis, dengan suhu udara yang segitu-gitu saja, hanya ada kemarau dan penghujan, saya termasuk yang tidak terlalu merasakan manfaat ragam buah ini. Paling hanya memperhatikan bahwa ada masanya musim mangga atau rambutan. Namun toh masih ada jenis mangga yang berbuah di luar musim jenis mangga lainnya. Ketersediaan buah boleh dibilang sepanjang waktu untuk saya yang relatif hanya makan pisang saja... Begitu di Prancis, baru saya merasa betapa ragam buah ini mengikuti kebutuhan manusia... Di musim gugur begini, saat sedang pancaroba, sedang musim juga buah-buahan yang mengandung banyak vitamin C. Ada anggur, kiwi, dan kesemek. Berbagai macam jeruk-jerukan melimpah hingga musim dingin nanti; orange , mandarine , clementine , ... yang saya bah

Ngeri-Ngeri Sedap

Image
Jumat malam kemarin, tak bisa tidur, saya menonton film Indonesia di Netflix: Ngeri-Ngeri Sedap . Film ini sudah saya masukkan ke watchlist sejak keluar pengumuman akan rilis. Namun ternyata malah baru kemarin sempat menontonnya... Demi Rindu Menceritakan tentang Pak Domu dan Mak Domu yang ingin sekali agar ketiga anak mereka yang sedang merantau segera pulang. Alasan utamanya adalah agar bisa menghadiri acara sulang-sulang pahompu oppung boru, ibu dari Pak Domu. Alasan lainnya adalah agar anak-anak itu bisa mendengar langsung nasihat Pak Domu, dan kembali mengikuti adat Batak sepenuhnya... Ketiga anak lelaki itu sudah lama menolak pulang karena bertentangan pendapat dengan ayah mereka. Domu, si anak pertama yang diharapkan menjaga adat, hendak menikah dengan seorang gadis berdarah Sunda. Gabe, si anak ke tiga, menyia-nyiakan ijazah sarjana hukumnya dan memilih menjadi pelawak. Sahat, si anak ke empat memilih tinggal di Jogja, bukannya kembali ke rumah merawat orang tua seperti halnya

Iroduku: The World in Colors

Image
Satu lagi anime yang saya tonton atas rekomendasi Butet; Iroduku: The World in Colors atau dalam bahasa aslinya: 色づく世界の明日から (Hepburn: Irozuku Sekai no Ashita kara, lit. From the Color-Changing World's Tomorrow ). Untuk pertama kalinya kami menonton anime di Amazon Prime. Butet tertarik akan anime ini karena kepopulerannya di media sosial... Namun kali ini saya menonton sendiri. Tidak nonton berdua seperti biasanya. Butet sudah nonton terlebih dulu saat liburan kami di Paris akhir Oktober kemarin. Waktu itu, saya tak sanggup mengikutinya. Kalah oleh lelah dan tertidur di tengah episode... Perjalanan ke Masa Lalu Bersetting tahun 2078, menceritakan tentang seorang gadis bernama Hitomi Tsukishiro yang tinggal bersama ayah dan neneknya. Hitomi pendiam dan tertutup. Rupanya dia memiliki rahasia; dia tak bisa melihat warna. Dunianya tampak dalam nuansa abu-abu sejak ibunya pergi meninggalkan rumah. Dan dia menyimpan sendiri rahasia itu... Suatu malam, dia berkencan dengan neneknya, Koha

Tentang Cita-cita

Image
Liburan Toussaint kemarin, selain menonton French Open Badminton, kami mengagendakan ke museum. Sengaja kami tambah satu hari juga perjalanan kami ke Paris. Tidak langsung pulang keesokan sesudah final... Kami sepakat memilih dua 2 museum. Menyesuaikan keterbatasan waktu, menyadari kebiasaan kami yang kalau ke museum bisa berjam-jam. Pilihan kami adalah Musée d'Orsay dan Cité de l'architecture et du patrimoine ... Musée d'Orsay adalah museum yang sudah lama diimpikan suami. Tahun lalu karena pandemi kami tak kebagian tiket. Terlalu mepet untuk memesan tempat yang sangat terbatas. Kali ini kami memesan Jumat untuk kunjungan Sabtu. Lancar. Hanya saja kami tak menduga bahwa pengunjungnya sebanyak itu. Dan museumnya juga ternyata besar sekali. Kami tak sempat mengunjungi semua koleksinya. Padahal itu pun ada dua lantai yang sedang ditutup untuk perawatan!... Cité de l'architecture et du patrimoine adalah pilihan Butet. Saya tawarkan beberapa opsi sebelumnya, dan museum ar

Berbagai Jalan Mengaktualisasi Diri

November ini cukup istimewa. Saya mencoba menyelami lagi dua impian lama. Impian selain berkecimpung dalam dunia mobile programming dan jadi tukang kue . Yaitu menjadi editor atau penerjemah... Kurang Kreatif Orang bilang, tulisan saya enak dibaca. Mereka mendorong saya untuk menjadi penulis. Kebanyakan hanya sebatas menyuruh. Beberapa sampai tahap memberikan jalan... Tak harus sampai terwujud menjadi buku, seperti Meniti Cahaya dulu. Mengajak berpartisipasi dalam tantangan menulis, ikut komunitas, atau pelatihan pun sudah cukup menyemangati saya... Tapi saya sadar akan keterbatasan. Saya tidak kreatif. Tidak bisa menulis fiksi. Menulis pengalaman diri? Rasanya masih belum cukup mumpuni. Apalah saya ini, kan!? Menulis di blog begini sudah cukup lah... Editor Saya rasa, editor cocok menjadi pilihan. Saya suka membaca. Dan saya suka mencari kesalahan orang lain. Eh? Hahaha... Bukaaan... Saya cukup teliti. Cukup cermat melihat anomali... Saya suka menulis. Koleksi kosa kata saya cukup ban

Skincare Lokal untuk Remaja

Selain berbagai barang klasik standar yang sudah tertulis di daftar belanjaan wajib perantau kemarin, sebenarnya ada satu lagi yang baru, yang masuk menambah daftar belanja mudik kami tahun ini; produk skincare . Merek lokal, tentu saja!... Belanja skincare ini bukan buat saya. Tapi buat Butet, putri remaja saya yang akhir tahun ini menginjak 15 tahun... Kosmetik Lokal untuk Remaja Butet bukannya awam dengan produk skincare . Tinggal di negara 4 musim meskipun di daerah yang tak pernah ekstrim, pemakaian produk kesehatan kulit sudah jadi ritual sejak usia dini. Sun screen di musim panas, pelembab dan lip balm di musim dingin. Sudah lumrah. Yang dicari Butet di Indonesia juga masih sesederhana itu saja... Sebelum berangkat, kami survey dulu, ada merek kosmetik apa saja di Indonesia yang sekira cocok untuk remaja. Dan ternyata pilihannya ada banyak juga... Saat Butet bertanya, yang langsung melintas di kepala saya hanya  Mustika Puteri yang dikhususkan untuk remaja. Di masa remaja say

Kebahagiaan: Tak Terukur Nalar

Image
Hari ini tepat 22 tahun sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di Prancis. Ya! 22 tahun. Sudah lama? Atau baru?... Itu relatif, tergantung siapa yang memandang... 22 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya saya naik pesawat terbang. Untuk pertama kalinya saya keluar negeri. Bahkan pertama kalinya keluar pula Jawa, selain ke Bali dan Madura. Demi bisa berkumpul bersama suami yang sudah lebih dahulu merantau... Cap imigrasi bandara Nice Cote d'Azur Tak Masuk Nalar Kalau dipikir-pikir, memang tak masuk di nalar, apa yang saya lakukan 12 November 2000 itu. Dalam keadaan hamil muda, memutuskan naik pesawat terbang untuk pertama kalinya --ya, saya belum pernah naik pesawat sebelumnya--.  Tak tanggung-tanggung. Lebih dari 20 jam perjalanan!...   Berani sekali tanpa bekal bahasa yang cukup, sendirian ke negeri antah berantah hanya dengan 100 francs di dompet. Yang  itu artinya senilai sekitar sekitar 200 ribu  rupiah saja. Uang kiriman suami hanya cukup untuk membeli tiket sekali jalan d

Faktor U

Hari ini saya harus istirahat. Kista di lutut kambuh. Sepertinya dipicu karena kebanyakan duduk di hari Rabu... Ya, kebanyakan duduk. Karena saya pernah merasakannya sebelumnya. Setelah terlalu lama duduk, posisi kaki menekuk, saat bangkit, lutut kiri saya tak mau diluruskan sempurna... Hari Rabu adalah hari pengajian. Disambung dengan mengedit video dan proses mengunggahnya, posisi duduk tak cukup lama untuk sampai membuat membuat masalah. Masalahnya saya duduk sudah jauh lebih lama dari itu sejak beberapa hari ini... Ceritanya, saya sedang mengikuti seleksi penerjemah Prancis-Indonesia untuk sebuah penerbit mayor di Indonesia. Saya masuk ke tahap tes penerjemahan dengan tenggat 10 November kemarin. Tugas diterima saat masih sedang liburan di Paris, waktu saya yang seharusnya 10 haripun berkurang. Akibatnya, saya harus ekstra usaha... Tak ada ketentuan jelas mengenai jam tenggatnya. Untuk amannya, saya berusaha mengirimnya pada tanggal 10 sepagi mungkin. Tanggal 9 malamnya, hari Rabu,

Idola, Ulasan, dan Nalar

Seperti biasa, admin  Mamah Gajah Ngeblog  mengadakan polling di akhir Oktober untuk menentukan tema  Tantangan Blogging bulan November 2022 . Saat ditutup pada tanggal 3 November, hasil polling menunjukkan bahwa Pengalaman di Luar Nalar meraih suara terbanyak, mengalahkan Review Buku/Tontonan dan Pahlawan/Tokoh yang Menginspirasi....  Saya sempat menulis di grup bahwa saya tak punya tokoh --apalagi pahlawan-- yang menginspirasi. Review buku atau tontonan? Sudah sering. Karena itulah saya memilih Pengalaman di Luar Nalar. Meski saya belum ada bayangan mau menulis apa. Justru itu yang menantang, kan!?... Namun ternyata, tantangan kali ini menghadirkan kejutan. Saat pengumuman tema, tim admin memutuskan untuk membebaskan. Peserta boleh memilih 1 atau lebih dari ketiga tema pilihan!... Waduh! Saya malah jadi bingung. Mau ambil tema yang mana?  Mau menulis apa? ... Tak Punya Idola Ini isu lama. Sudah beberapa kali saya menerima kritik keras saat menyatakan tak punya idola. Kurang lebih int

Menonton French Open 2022

Vacances de la Toussaint 2022 ini pun kami ke Paris. Ya! Menonton Yonex French Open Badminton lagi!... Perjalanan kali ini dimulai dengan membeli tiket final terlebih dahulu. Bukannya tiket pesawat atau kamar hotel, seperti tahun lalu. Suami, si penggemar bulu tangkis, bertekad harus menonton French Open lagi. Harus mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Lebih nyaman dari tahun lalu. Karenanya, dia cepet-cepat membeli tiket final begitu penjualannya dibuka!... "Untung" saja dia sudah membeli tiket final. Kami jadi "terpaksa" membeli tiket pesawat dan memesan kamar hotel. Dan kami pun jadi bisa liburan ke Paris bertiga... Pulang-Pergi Tak Bareng Lagi Kali ini, saya dan Butet pergi berdua saja lagi. Sudah lebih berpengalaman, tentu. Tak hanya tahun lalu yang sudah pp berdua saja, tapi juga telah sempat terbang jauh saat kembali dari Jakarta seusai liburan ke Indonesia Agustus lalu... Perginya sama, karena suami sudah berposisi di Paris untuk urusan pekerjaannya. Pulang

Workshop Pembuatan Ulasan Buku dari Perpusnas 2022 - Bagian 2

Image
Workshop Pembuatan Ulasan Buku ke-2 diadakan pada hari Senin 31 Oktober 2022. Masih diisi oleh pengulas Patricia Wulandari dan dipandu oleh pendongeng Paman Gery, acara dimulai pukul 14.00 WIB. Dengan perubahan jam dari CEST ke CET sehari sebelumnya, meski sedang liburan, saya masih bisa mengikuti pertemuan zoom karena baru pukul 8 pagi waktu Paris... Produksi Ulasan Di pertemuan ke-2 ini, Patricia membahas mengenai teknik-teknik produksi ulasan, baik itu dalam bentuk artikel, podcast, maupun youtube. Untuk artikel, Patricia hanya mengulang materi kerangka naskah yang sudah disampaikannya pada pertemuan pertama. Tentang teaser , pembuka, isi, serta penutup yang juga diterapkan dalam tahap awal penyusunan podcast dan Youtube... Patricia menekankan pentingnya faktor suara host dalam pembuatan podcast. Perlunya memperhatikan pernapasan, artikulasi, intonasi, volume suara serta tempo berbicara, agar informasi yang kita sampaikan bisa diterima dengan jelas dan nyaman oleh pendengar... Untu