Trimestre Pertama Butet di Lycée

Makin mendekati akhir November, Butet makin gelisah. Trimestre pertama segera berakhir. Nilai demi nilai mulai diumumkan. Dan nilai Butet tidak cukup memuaskan... Tentu saja, dalam standar kami nih ya...

"Semua orang turun, nilainya", katanya. "Yang juara kelas pun turun."

"Kok tahu? Memang dia cerita?" setahu saya, meski memang sering ngobrol bersama, si juara yang lompat kelas itu siswa yang pendiam, tak sebegitu terbukanya pada teman-temanya.

"Kan bisa dilihat dari rata-rata kelas yang turun," jawab Butet.

"Ho, belum tentu!" Saya pun menceritakan soal abangnya dulu. Rata-rata kelasnya tinggi juga, meski tak setinggi kelas Butet. Ada satu siswa yang nilainya sangat tinggi, namun kemudian ranking duanya berjarak 1 poin. "Bisa jadi dia gitu juga. Nilainya tetap tinggi, meski teman-teman yang lain pada turun," lanjut saya.

Saya pun menambahkan cerita bagaimana abangnya dulu meraih nilai rapor hampir 18, tapi dia hanya peringkat 10 di kelasnya. Tak disangka intermezzo saya itu berefek besar!

"Ya kan Abang memang jauh lebih pintar daripada aku!" Butet meradang.

Tentu saja saya tak mendiamkan kepasrahan seperti itu!...

Saya jelaskan pada Butet kalau mereka setara. Abangnya yang lahir di awal tahun "beruntung" masuk sekolah sudah pada umurnya. Wajar kalau dia terasa lebih cepat dalam beberapa hal. Karena memang sudah waktunya...

Butet yang lahir di penghujung tahun, pertama masuk maternelle belum tiga tahun. Wajar kalau dia terlihat lebih kekanak-kanakan ketimbang abangnya di tahap sekolah yang sama. Namun di usia yang sama, pencapaian mereka kurang-lebih sama...

Kami pun berlanjut membahas perbedaan sistem sekolah di masa abangnya dulu. Bagaimana kurikulum sudah berbeda, cara penilaian yang berbeda, termasuk adanya ujian akhir trimestre yang dulu tak ada di masa abangnya. Ujian dengan koefisien penilaian yang besar, yang memang membuat turun nilai teman-teman sekelas Butet juga. Meski mereka tetap saja jadi kelas terbaik di tingkatnya...

Tapi saya juga tetap mengingatkan bagaimana dulu abangnya aktif di kelas. Ya! Lagi-lagi masalah partisipasi! Nilai Butet jatuh gara-gara itu lagi!...

Memang bukan pertama kalinya Butet bermasalah dengan partisipasi ini. Namun biasanya guru hanya memberi bobot kecil untuk penilaian ini. Plus, ada banyak penilaian lain yang tetap bisa mengangkat nilai Butet di bidang studi itu. Kali ini guru memberi koefisien 1. Sama bobotnya dengan dengan tiga nilai lain. Nilai-nilai yang meski hampir sempurna, tapi tetap saja saat ditotal jadi jatuh karena nol di partisipasi!... Ya! Nol!!!...

Sangat disayangkan karena kali ini semua bermula pada kemalasannya. Kemalasannya untuk berusaha. Menganggap enteng, toh partisipasi saja. Bukan karena tak suka pada pelajaran atau pada gurunya seperti yang terjadi sebelumnya...

Kali ini Butet benar-benar terpukul. Dia tak menyangka sama sekali kalau perilakunya akan berefek seumur hidup. Karena nilai rapor sejak lycée akan menjadi salah satu komponen dalam berkas pendaftaran perguruan tingginya nanti...

Ini adalah minggu terakhir sebelum conseil de classe hari Jumat. Hampir semua nilai sudah keluar. Dan sepertinya, untuk pertama kalinya Butet tak meraih félicitation. Tidak berharap pada nilai olah ragauntuk mendongkrak nilai rapornya...

Memang kami sadar benar bahwa pelajaran lycée akan lebih berat. Namun melihat kemampuannya, dan perolehan nilainya, sebenarnya Butet bisa!... Sayang sekali dia masih mencoba bermain api dengan partisipasi... 

Penyesalan ... berguna untuk menata sikap ke depannya, kan!?... 

Itu juga yang kami tekankan ke Butet. Tarik-ulur antara membesarkan hatinya karena nilainya juga tak bisa dibilang buruk (kalau dihitung di saat saya menulis ini, hanya kurang 0,17 poin saja untuk meraih félicitation), tapi juga agar dia tak se laisser aller karena dia sebenarnya mampu (kurang 0,17 padahal ada satu nilai nol!)...

Masa remaja memang masa-masa ujian juga untuk orang tua. Ini saja Butet relatif kalem ketimbang rata-rata remaja yang saya lihat...

Tapi saya dan suami sepakat bahwa anak harus dihadapkan pada kesulitan juga. Harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup tidak selalu mudah. Bahwa usaha harus terus dilakukan secara maksimal, dan kemudahan serta bantuan tidak selalu tersedia instan...

Selain persoalan nilai rapor itu, saat ini semua terlihat terkendali. Butet dan juga Ucok terlihat baik-baik saja. Komunikasi kami tetap terjaga. Tapi apakah itu jaminan bahwa ke depannya dia tak kecewa pada tahapan ini? WaLlaahu alam...

Saya dan suami sebagai orang tua sudah berusaha. Dengan diiringi doa, semoga Allah meridhoi...


---

Update 29 November 2022: Total nilai rapor Butet menjadi 16,02 (yang artinya bisa mendapatkan predikat félicitation) setelah meraih nilai 18 untuk olah raga!!!...


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi