Faktor U

Hari ini saya harus istirahat. Kista di lutut kambuh. Sepertinya dipicu karena kebanyakan duduk di hari Rabu...

Ya, kebanyakan duduk. Karena saya pernah merasakannya sebelumnya. Setelah terlalu lama duduk, posisi kaki menekuk, saat bangkit, lutut kiri saya tak mau diluruskan sempurna...

Hari Rabu adalah hari pengajian. Disambung dengan mengedit video dan proses mengunggahnya, posisi duduk tak cukup lama untuk sampai membuat membuat masalah. Masalahnya saya duduk sudah jauh lebih lama dari itu sejak beberapa hari ini...

Ceritanya, saya sedang mengikuti seleksi penerjemah Prancis-Indonesia untuk sebuah penerbit mayor di Indonesia. Saya masuk ke tahap tes penerjemahan dengan tenggat 10 November kemarin. Tugas diterima saat masih sedang liburan di Paris, waktu saya yang seharusnya 10 haripun berkurang. Akibatnya, saya harus ekstra usaha...

Tak ada ketentuan jelas mengenai jam tenggatnya. Untuk amannya, saya berusaha mengirimnya pada tanggal 10 sepagi mungkin. Tanggal 9 malamnya, hari Rabu, saya begadang hingga lewat tengah malam...

Sebenarnya bukan masalah begadangnya, tapi lebih ke posisi duduknya. Tidur jam 1 pagi sih bukan aneh buat saya. Seperti semalam, karena menunggu suami tiba dari kerja luar kotanya...

Saya berhenti bekerja setengah 1 pagi Rabu, eh Kamis itu, karena badan saya meminta. Tetiba saya merasa gemetar. Tangan saya tak mampu lagi menggeser mouse. Cukup. Berhenti. Tidur saja. Penerjemahan sendiri sudah usai, edit layout juga, meskipun saya belum sempat membaca ulang keseluruhannya...

Sakit lutut mulai saya rasakan saat bangun pagi. Salat Subuh masih saya kerjakan normal. Namun sakit terasa bertambah, saat menyambut teman-teman yang datang karena memang kami janjian sarapan bersama...

Dan salat Duhur saya tak bisa sempurna. Berdiri saya tak tegak. Duduk di antara dua sujud dengan posisi miring ke kanan. Tak bisa bertumpu ke lutut kiri. Memosisikan untuk tahiyat juga dengan tertatih. Lutut saya resmi kambuh!...

Seperti yang saya sampaikan ke teman-teman pengajian yang menanyakan mengenai kelingking kaki saya yang retak --dan yang belum benar-benar pulih juga sampai sekarang--, serasa diingatkan sama umur saja. Padahal Selasa malam, masih ada yang menyangka bahwa saya masih berumur 35 tahun!... Ya, 35 tahun!...

Ceritanya saya jalan pulang bersama dengan dua orang teman kursus bahasa Jepang. Keduanya termasuk yang sudah berumur. Dari 20an peserta kursus, hanya 5 orang yang termasuk tua. Saya dan di atas saya lah...

Dalam perjalanan pulang, kami membicarakan materi kursus yang hari itu banyak sekali. Padat! Untuk saya sendiri, baru pertama kalinya sampai memenuhi 6 halaman kertas A5 saya untuk mencatat. Itu juga belum termasuk yang dicatat langsung di fotokopian yang dibagi oleh sensei. Biasanya paling 4 halaman A5 dan itupun tidak penuh. Banyak berjarak dengan baris kosong. Tak heran lengan kanan saya rasanya kebas...

Kami mengeluhkan kesulitan menangkap dan menyimpan semua pelajaran yang diberikan. Tidak seperti anak-anak muda peserta lain lah. Yang bahkan ada 3 yang seumuran Butet!...

Salah satu peserta, masih muda juga bahkan komentar bahwa sebenarnya tidak sesusah itu. Memang tidak sih. Tapi tetap saja tidak mudah untuk kami yang otaknya sudah penuh dengan berbagai macam pengalaman hidup ... dan masalah-masalahnya juga!...

Salah satu teman perjalanan itu, yang memang sudah pensiunan, mengatakan kalau saya sih masih muda. Dia menebak-nebak umur saya. 40? 35?... Saya tertawa. Tapi langsung saya katakan bahwa saya baru saja menginjak umur 45 tahun!...

Rasa bangga hanya bertahan seharian saja. Atau mungkin justru ini cara-Nya mengingatkan saya yang sudah berbangga?... Heu...

Kamis pagi harus bisa menerima kenyataan bahwa faktor U itu memengaruhi kondisi metabolisme tubuh. Tidak bisa dihindari. Tidak bisa dielakkan. Harus sabar saja menjalani kalau kondisi sedang drop begini. Harus sabar ketimbang malah berkepanjangan, berakibat lebih parah lagi...

Untung hari ini libur nasional di Prancis. Armistice. Kemenangan pada Perang Dunia II. Jadi lumayan, bisa istirahat. Dan yang jelas, saya tak mau begadang lagi. Kecuali kalau untuk membaca atau menonton drama. Lho?... Kan sambil bisa tiduran tuh!... Hehehe...


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi