Posts

Showing posts from May, 2021

Catatan Akhir Bulan Mei

Hari Minggu. Saya bermalasan saja sepagian. Menonton Sungkyunkwan Scandal sesudah Subuh sampai mengantuk dan tertidur lagi sekitar jam 10. Tak lama. Terbangun oleh suami yang berangkat jalan-jalan ke pasar. Setengah mengantuk, tak sempat saya teriakkan bahwa masih ada sisa ikan bakar semalam yang bisa dijadikan lauk makan siang... Drakor lama? Memang! Saya menontonnya karena disinggung di materi minggu ke 2 MOOC Korean Philosophy and Culture. Kebetulan membahas tentang Sungkyungkwan. Jadi ceritanya menonton drakor dalam rangka memperdalam MOOC nih ya... 😜 Masih ada waktu sampai besok tuh, kalau mau memanfaatkan penggratisan sertifikat!... 😉 Beberapa hari ini saya disibukkan menulis untuk Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Mei. Tema Resep Masakan Andalan adalah tema ke dua yang saya usulkan selain Alasan Memilih Jurusan. Empat kali saya mencoba menulis, belum puas juga. Apalagi karena ternyata saya tak memiliki arsip foto sebagai ilustrasi. Beberapa kali memasak dengan niat membuat f

Lebih Sehat dan Praktis dengan Oven

Image
Ayam Tante Alfi adalah resep andalan saya. Andalan untuk menjamu, andalan dibawa potluck, andalan juga saat kepepet waktu atau memang malas memasak. Murah bahannya, mudah memasaknya, dan sudah terjamin enaknya... Dihidangkan dengan nasi kuning, ditemani urap dan kawan-kawannya, tak hanya teman Indonesia, teman-teman Prancis pun  suka!... Malas Menggoreng Resep itu sebenarnya dulu diawali dari keengganan menggoreng... Saya ingat saat itu masih ada stok bumbu instant ayam goreng, tapi saya malas sekali berlama-lama berdiri di depan kompor mengawasi wajan...  Ayam yang sudah direndam di dalam bumbu instant itu saya panggang di oven dengan menambahkan beberapa sendok minyak sayur. Dan hasilnya enak. Lebih enak ketimbang kalau digoreng. Kematangannya juga lebih terjamin. Yang jelas, anak-anak suka... Saat bumbu instant habis, saya mencari-cari resep ayam goreng biasa. Mencoba meraciknya dengan bumbu kering bubuk andalan. Dan saya temukan ternyata bumbu ayam goreng itu intinya hanya bawang

Marah Itu Tak Ada Gunanya

Kemarin saya tak sehat lagi. Sepertinya saya tak boleh keluar rumah. Keluar rumah Rabu, Kamis pilek berat, Jum'at penyembuhan dengan meriang. Kali ini begitu juga. Tadinya saya berencana mejemput Butet jalan kaki untuk kemudian mencari kanvas di centre ville. Dia baru saja mendapatkan hadiah sandaran untuk melukis di kanvas. Kecil, ukuran A3. Tapi memang itu yang sudah lama diinginkan Butet untuk melukis di atas meja sambil duduk saja...  Karena saya masih belum sehat benar, rencana batal! Kalau besok sudah fit, mungkin akan saya coba keluar. Kalaupun tidak, kami sudah berencana ke centre ville Kamis depan. Kebetulan Butet banyak jam kosong, kemungkinan tengah hari sudah selesai. Dan hari itu, pas keluarnya buku Neo yang ke dua, karya Michel Bussi, yang sudah ditunggu-tunggunya... Meski sakit, saya tetap mengantar Butet sekolah. Badan tidak nyaman jadi makin bete saat menemukan ternyata tetangga mobil saya memarkir motor di antara mobil kami. Sulit buat saya untuk masuk ke mobil de

Tentang Gadget

Pagi ini saya tak terbangun Subuh. Saya baru terbangun saat alarm Butet menyala. Memang sampai saat ini, di hari sekolah, ponselnya kami minta ditinggalkan bersama saya. Saat saya bangun Subuh atau sholat malam, baru saya pindahkan ke kamarnya... Dulu-dulu, kami menerapkan ini meski bukan di hari sekolah. Dulu ponsel Butet minimalis. Dia tak bisa memiliki banyak aplikasi. Tanpa ponsel pun, dia tak merasa kehilangan... Sejak kami beri kado ponsel cukup canggih untuk ulang tahunnya yang ke 13 lalu, dia mulai membawa ke kamar di luar hari sekolah. Kami biarkan dia tetap chat dengan teman-temannya sampai malam. Atau biasanya, dia browsing di instagram. Sering kali dia membawa ponselnya untuk spotify saja, sambil membaca. AlhamduliLlaah dia suka membaca. Dan makin suka saja ... sejak dia punya ponsel baru! Saya baru menyadarinya juga!... Saya memiliki akses ke ponselnya. Tanpa saya minta, Butet merekam sidik jari saya untuk identidikasi. Tapi sampai saat ini saya pribadi tidak perah menguli

Ayam Tante Alfi

Sampai sekitar 5 tahun menikah, boleh dibilang saya belum juga bisa memasak! Masakan saya terbatas steak dan pasta sederhana, atau yang menggunakan bumbu instant Indonesia saja. Paling banter tumisan bawang merah-putih, cabe, dan kecap. Tak berani lebih rumit dari itu... Saat awal pindah ke rumah yang kami tinggali sampai saat ini, dapurnya kosong melompong. Hanya ada bak cuci piring saja. Saya minta suami untuk membelikan set kompor plus oven. Ceritanya sekalian pengin memuaskan kepenasaran untuk mencoba bikin-bikin kue. Dan dari situ saya baru boleh dibilang benar-benar belajar memasak... Adanya oven memang membuat saya banyak berkreasi. Kreasi? Hmmm... Lebih tepatnya mengakali... Karena pada dasarnya saya tak mau ribet untuk urusan dapur. Bumbu-bumbu saja saya memilih bubuk kering ketimbang harus mengulek. Awalnya karena alasan ketiadaan, lama-lama jadi terbiasa karena praktisnya... Bisa masak, bukan berani pintar. Konsumen rutin saya hanya terbatas suami dan anak-anak. Mereka yang

Chicken Tender dengan Oven

Setelah long weekend, hari ini kembali ke rutinitas. Tidak sepenuhnya. Karena pagi ini, giliran Butet tidak berolah raga. Dia mulai sekolah pukul 10 pagi. Sesudah Subuh, saya masih sempat tidur sampai jam 9!... Hari ini agenda pagi saya penuh. Euh, siang juga, sebenarnya. Tapi urusan menyiapkan masakan, merendam filet ayam untuk makan malam dan paha ayam untuk makan siang besok di rumah teman sih fleksibel lah ya. Bisa diatur-atur... Pagi tadi saya merencanakan mengambil hasil doppler seminggu yang lalu, mampir ke swalayan membeli corn flakes utuk mencoba resep tender di oven, lalu membawa CPU si Ucok untuk diperbaiki di tempat reparasi yang tak jauh dari rumah. Ya, saya tak berhasil juga memperbaikinya. Saya duga, ada masalah dengan port HDMI-nya... CPU saya siapkan dari kemarin. Tak terlalu berat, sebenarnya. Tapi besar. Hanya ada satu tas yang bisa menampung secara lebarnya. Tingginya tak tertangani. Yang penting saya masih bisa memegang handle tasnya, meskipun harus satu-satu denga

Berbagai MOOC di Coursera dengan Topik Korea

Image
Hari libur nasonal. Lundi de Pentecote. Senin Pentakosta. Entah untuk apa. Karena mereka yang beribadah, tentunya melakukannya di hari Minggu. Hari Pentakostanya. Mungkin dulu pertimbangan pemerintah adalah memberikan waktu Senin libur untuk istirahat, kumpul keluarga setelah merayakan Pentakosta. Tapi sekarang? Berapa banyak keluarga yang mengadakan acara ibadah kumpul keluarga di hari Pentakosta? Paskahpun sepertinya hanya berburu coklat saja.  Dan meski pemerintahan dikatakan sekuler, tetap saja ini dipertahankan. Seperti juga Senin Paskah... Yah, kami sih melihatnya sebagai kesempatan tambahan hari libur saja. Meski tetap merasa tak adil karena dari sekian banyak libur keagamaan Katholik yang rasanya tidak perlu diliburkan,mengapa tidak dihapuskan dan diganti dengan libur Idul Fitri atau Idul Adha, misalnya?... Tapi itu bahasan lain lagi!... Hari ini hujan. Tepat seperti prakiraan cuaca dari Meteo France . Kami mantap tak ke mana-mana. Sepagian santai saja di tempat tidur. Saya men

Musim Alergi

Hari Minggu pertama sesudah tahap 2 pembukaan kuncitara ke 3. Suami saya turun ke kota. Ke pasar. Jalan-jalan sekalian membeli couscous untuk makan siang. Pasar rame, katanya. Tapi teras-teras restoran terlihat sepi. Cuma memang dia tadi di kota hanya sampai tengah hari lewat sedikit saja... Memang kemarin dia sempat menawari untuk makan di luar. Tapi saya menolak. Tak hanya karena saya baru saja membaik dari sakit, namun juga saya membayangkan, weekend pertama sesudah sekian lama restoran tutup, pasti akan banyak sekali orang... Dan memang dari koran lokal, diberitakan bahwa pusat kota penuh dengan orang. Tak hanya di teras-teras restoran. Antrian panjang menjalar di depan toko-toko pakaian yang sudah sebulan lebih tutup. Apalagi memang pemerintah kota Cannes menutup rue d'Antibes, menjadikannya rue piétonnée, jalan khusus untuk pejalan kaki, Sabtu kemarin... Rue d'Antibes adalah pusat perbelanjaan terbuka di Cannes yang memang tidak memiliki mall. Berbagai toko terdapat di sa

Cita-cita Butet

Kemarin Butet cerita dengan gusar, tentang temannya yang agak depresi yang sudah agak membaik, namun ternyata down lagi... Ya, cerita saya tentang mengapa pemerintah Prancis menyegerakan kembalinya anak-anak ke sekolah memang kami hadapi cukup dekat. Peningkatan kasus depresi pada anak, terjadi di lingkungan pertemanan dekat Butet sendiri. Temannya tadi, dan adik dari salah satu sahabatnya yang lain... Keduanya sempat ditangani psikolog. Namun dari cerita Butet, permasalahannya terletak pada kondisi keluarganya yang kurang mendukung... Tak perlu saya tuliskan detil untuk menjaga privasi teman-teman Butet. Dan juga untuk menjaga kepercayaan Butet pada saya... Untuk kasus adik sahabat Butet, mereka baru pindah ke kota kami di awal tahun ajaran, bulan September 2020 yang lalu ini. Pindah sekolah, di masa pandemi, jelas tak mudah bagi pra remaja. Ditambah sibuknya orang tua yang sulit mendampingi. Sahabat Butet lah yang menjadi tonggak pegangan si adik... Untuk teman Butet yang saya sebutk

Anak-anak yang Beruntung

Masih ingat cerita saya tentang hilangnya ponsel Butet? Semua orang yang saya ceritai tentang kembalinya ponsel, tidak percaya. Bahkan saya sendiri masih terkagum. Kemungkinan hilang di terminal bus. Di mana siapa saja lewat. Ternyata Butet beruntung. Ponselnya ditemukan oleh orang jujur dan pemurah, yang bersedia meluangkan waktunya menitipkan ponsel ke kantor terminal... Saat Butet sampai rumah waktu itu, dia langsung menumpahkan seluruh isi tasnya di ruang tamu. Diperiksanya setiap sudut, memastikan ponselnya tidak di sana. Dibukanya setiap buku, memastikan tidak terselip di antara halamannya. Isi tasnya tersebar di ruang tamu... Saat saya minta Butet membereskannya agar kami bisa sholat berjamaah, dia melakukannya dengan menggerutu. Mengumpulkan barang-barangnya dengan asal, dan meletakkannya dengan asal pula di kamarnya. Entah di mana. Saya tidak mengeceknya... Senin pagi, saat hendak berangkat sekolah, Butet tak bisa menemukan kartu pelajarnya. Kartu yang juga merupakan kartu aks

Bakda Kupat

Saya memang tidak menyiapkan menu Lebaran di 1 Syawal. Sejak menikah dan merantau, kami biasa merayakan Lebaran di Konsulat. Namun kalau diingat-ingat, memang dari kecil saya tak biasa menyantap menu Lebaran di rumah! Karena di hari Lebaran, keluarga kami masih termasuk yang harus berkujung. Alias bisa makan-makan sepuasnya di rumah kerabat yang lebih senior! Ketupat baru ada di rumah saat tanggal 8 Syawal. Tradisi Jawa merayakan hari ini sebagai Bakda Kupat, Lebaran Ketupat. Dimaksudkan menandai berakhirnya puasa sunah Syawal yang 6 hari. Puasa atau tidak, saya tetap ingin merayakannya. Untuk m elestarikan dan mengenalkan budaya kampung halaman saya kepada suami dan anak-anak saya... Menu ketupat yang saya kenal di keluarga saya terdiri atas ketupat--tentu saja!--, opor, gudeg, dan sambal goreng kentang. Mungkin menu ini berbeda di daerah atau keluarga lain. Tapi begitulah yang saya ingat. Dan begitu pula yang biasa saya siapkan untuk Bakda Kupat kami... Ketupat Di Indonesia, mudah sa

Pembukaan Kuncitara 3 Tahap 2

Hari ini dimulai pembukaan kuncitara ke 3, tahap ke 2. Mulai hari ini, awal jam malam diundurkan, dari pukul 19 ke pukul 21. Sekalian mengikuti matahari yang makin lama menaungi bumi bagian utara ini. Untuk informasi, sekarang Maghrib baru menjelang pukul 21 di daerh kami... Mulai hari ini, museum dan bioskop boleh buka kembali. Toko-toko yang ditutup karena dianggap tidak esensial juga sudah boleh buka. Kafe dan restoran bisa menerima pelanggan di teras. Semua dengan menerapkan pembatasan 8 m2 per orang, dan mengenakan masker, tentunya... Tak urung perubahan ini terlihat di jalanan. Lalu lintas terasa lebih rame. Apalagi hari ini kebetulan Butet mulai jam 10. Berangkat bebarengan dengan menjelang jam buka standarnya kebanyakan toko... Pulang mengantar Butet, saya hanya sempat membuka sepatu, dan langsung online. Sudah terlambat untuk pengajian. Tapi saya memang sudah pamit bakal datang telat dan pamit cepat. Karena Butet meminta dijemput. Jalan kaki. Sudah lama, katanya... Saya pun ta

Tentang Sarapan Butet

Pasca kuncitara ke-3, sekolah Butet tetap menerapkan pelajaran olah raga per setengah kelas. Padahal Butet melihat bahwa lapangan kosong. Hanya kelasnya yang menggunakannya. Sepertinya Selasa adalah giliran kelas SMA yang biasa memiliki jam olah raga yang sama untuk distancielle, mengikuti pelajaran secara jarak jauh... Selasa dua minggu yang lalu, saat pelajaran olah raga, Butet muntah di sekolah. Dia baru selesai pemanasan. Katanya merasa pusing dan matanya berkunang-kunang. Dia pun minta ijin untuk minum. Dalam perjalanannya ke botol air itulah dia muntah... Gurunya berkata, mungkin karena sudah lama Butet tak berolah raga. Dan memang sejak sekolah dilakukan secara online di awal April lalu, praktis satu bulan dia tak berolah raga! Sepertinya tubuhnya kaget dengan effort yang tiba-tiba besar saat pertama kembali mengikuti pelajaran olah raga begitu... Tapi gurunya juga mengajukan kemungkinan ke dua; mungkin Butet tak makan sebanyak biasanya. Dan itu benar juga!... Selama Ramadan, Bu

Kembali ke Rutinitas

Yak! Kembali mengantar Butet di pagi hari. Kembali berjaga-jaga untuk selalu siap makan siang begitu suami ada break. Hari ini misalnya, jam 11.45 sudah harus makan karena ada conference mulai tengah hari!... Ada tiga kebiasaan yang saya tinggalkan selama Ramadan. Bukan. Nonton drakor tidak termasuk di dalamnya. Kalau itu, masih tetap jalan!... Eh? Hehehe. Ritual Menulis di Pagi Hari Sejak Januari 2021, saya memiliki kebiasaan menulis setiap pagi. Sesudah selesai mengantar Butet sekolah dan beres-beres rumah sedikit, saya duduk manis di depan komputer dan mengetik. Mengetik apa saja yang terlintas di kepala. Selain buat mengasah kemahiran menulis, ini juga saya lakukan untuk meringankan beban di kepala. Ya, tulisan saya memang tidak selalu dipublikasikan. Karena memang tujuan saya menulis adalah terutama untuk diri sendiri. Writing is healing, katanya. Dan itu manjur! Kemahiran menulis? Ternyata ada hasilnya juga. Saat di awal tahun melihat tantangan menulis minimal 300 kata dari KLIP,

Silaturahmi Virtual

Sampai juga di ujung jembatan pont yang menghubungkan antara hari libur nasional Ascension, Kenaikan Isa Al Masih, dengan hari Minggu. Usai sudah libur Lebaran spesial selama empat hari. Besok, kami kembali lagi ke aktivitas normal seperti semula... Normal. New normal. Kembali ke sekolah bermasker. Kembali bekerja … dari rumah saja! Ibu rumah tangga? Harus beradaptasi dengan semuanya... Butet mulai panik dengan tugas-tugasnya. Setelah empat hari libur banyak bersantai saja. Tak ada masalah untuk tugas yang deadline-nya besok. Justru tugas-tugas yang diberikan sejak lama, dengan deadline masih lama lah yang saya lihat bermasalah. Tidak ada kemajuan. Padahal banyak yang harus dikerjakan. Tapi tetap saja dia menyempatkan membaca buku hadiah lebarannya... Setelah selama bulan Ramadan mengandalkan delivery, siang ini kami ke boucherie untuk belanja daging mingguan. Dua mingguan, lebih tepatnya. Tanpa Ucok, konsumsi daging kami memang berkurang. Saya dan suami sendiri juga berusaha mengur

Hilangnya Ponsel Butet

Belakangan ini, saya jarang buka instagram. Dari awal, saya menonaktifkan notifikasinya. Memang saya tak berniat aktif di instagram. Baru beberapa waktu yang lalu saya mengaktifkan notifikasi spesial untuk posting Butet yang aktif dengan gambarnya… Beberapa hari yang lalu, saat cek instagram, ada posting baru dari 30 Hari Bercerita. Tantangan menulis selama 10 hari, tentang Ramadan dan Idul Fitri. Yang ternyata sebenarnya sudah sempat disinggung di post seminggu sebelumnya… Ragu, mau ikut atau tidak. Tidak terbayang mau cerita apa selama 10 hari yang bertema besar Ramadan dan Idul Fitri. Apalagi karena momen ini sering kali justru jadi momen yang sendu untuk saya pribadi... Bagaimana tidak? Kerinduan akan tanah air semakin tebal di momen spesial ini. Suasananya yang khas, yang jelas tak terasa di tanah perantauan, yang tak ada bedanya dengan hari-hari biasa... Sudah begitu, kerinduan saya dipertanyakan, pula!... Tapi saya ikut juga tantangan 10 Hari Rayakan Cerita. Karena itulah beber

Kembalinya Tablet Grafis

Ramadan hari ke 25. Sahur? AlhamduliLlaah lancar. Tanpa Butet. Tapi saya tetap memasak ayam panir jatahnya yang kemudian dimakan untuk sarapan dengan roti tawar... Rabu lalu kami menerima pemberitahuan lewat e-mail bahwa ada paket chronopost yang akan datang Kamis. Sempat bingung, paket apa?... Memang kami ada membeli beberapa barang dari Amazon. Dua paket buku, untuk tepatnya. Kado lebaran untuk Butet, dan kado ulang tahun untuk anak sahabat saya. Tapi biasanya, kalaupun dikirim lewat La Poste, bukan dengan service chronopost... Setelah dicek di Amazon, ternyata paket dari Wacom. Kami tak menyangka. Sampai Rabu itu, tidak ada kabar sama sekali tentang tablet grafis yang kami kirimkan untuk perbaikan 2,5 minggu yang lalu. Kami tak tahu apakah bisa diperbaiki, atau diganti dengan baru... Saat kemarin sampai dan kami periksa, sepertinya masih tablet yang sama kalau dilihat dari kotaknya. Hanya kabelnya yang tadinya rusak, diganti dengan kabel baru. Pernak-pernik yang lain, sepertinya ma

Review More Books!

Image
Ramadhan hari ke 24. AlhamduliLlaah sahur lancar. Sayangnya Butet sudah kembali ke jadwal beratnya. Hari ini masih lumayan, cuma sampai 15.30. Besok pagi dia sekolah sampai 17.30, dengan dua jam terakhirnya pelajaran olah raga... Kemarin diumumkan rekapitulasi KLIP Reading Challenge periode pertama, Januari-April 2021. Saya mendapatkan sertifikat dan badge Read More Books! karena sudah menyetorkan satu ulasan. SATU!... Ternyata bukan hanya saya. Banyak di antara anggota KLIP yang tidak mengetahui keberadaan rapor Reading Challenge ini. Seperti saya, banyak yang mengira Klub Buku KLIP ya tempat share saja. Reading Challenge ya senang-senang, iseng-iseng bagi-bagi link ulasan buku, tanpa catatan seperti setoran bulanan KLIP biasa... Ada anggota KLIP yang menyatakan bahwa sebenarnya sudah membuat beberapa ulasan. Sudah disetorkan ke setoran bulanan biasa, namun tak disetorkan ke setoran Reading Challenge. Sayang sekali kan ya!?... Karena dibanding setoran bulanan, level setoran di Readi

Terlambat Bangun Sahur

Ramadan hari ke 23. Setelah 22 hari lancar-lancar saja, hari ini saya terlambat bangun untuk sahur! Baru terjaga 15 menit sebelum adzan Subuh. Padahal masih harus memasak karena tak ada lauk... Saat alarm berbunyi pukul 3.25, saya terbangun, mematikannya, tidur lagi sambil berdo'a ya Allah, bangunkan saya 5 atau 10 menit lagi. Biasanya berhasil. Karenanya, saat terbangun dan melihat jam 4.31 (saya ingat betul), kepala mengantuk saya menangkap bahwa cuma 5 menit tertidur. Dan saya tidur lagi. Padahal ada pikiran bahwa rasanya kok saya enak sekali tidur selama 5 menit itu... Saat kemudian terbangun 4.46, saya santai mengambil wudhu. Menggelar sajadah, mengenakan mukena untuk sholat malam dan tilawah. Entah mengapa, dan untunglah, menengok jam dinding yang dipercepat 15 menit ... Lho??? Sudah menjelang jam 5!!!... Lekas saya lepaskan mukena dan tinggalkan semuanya. Panik memanaskan nasi di microwave. Tetap berusaha memasak burger steak permintaan Butet yang mau puasa hari ini. Menyada