Tentang Gadget

Pagi ini saya tak terbangun Subuh. Saya baru terbangun saat alarm Butet menyala. Memang sampai saat ini, di hari sekolah, ponselnya kami minta ditinggalkan bersama saya. Saat saya bangun Subuh atau sholat malam, baru saya pindahkan ke kamarnya...

Dulu-dulu, kami menerapkan ini meski bukan di hari sekolah. Dulu ponsel Butet minimalis. Dia tak bisa memiliki banyak aplikasi. Tanpa ponsel pun, dia tak merasa kehilangan...

Sejak kami beri kado ponsel cukup canggih untuk ulang tahunnya yang ke 13 lalu, dia mulai membawa ke kamar di luar hari sekolah. Kami biarkan dia tetap chat dengan teman-temannya sampai malam. Atau biasanya, dia browsing di instagram. Sering kali dia membawa ponselnya untuk spotify saja, sambil membaca. AlhamduliLlaah dia suka membaca. Dan makin suka saja ... sejak dia punya ponsel baru! Saya baru menyadarinya juga!...

Saya memiliki akses ke ponselnya. Tanpa saya minta, Butet merekam sidik jari saya untuk identidikasi. Tapi sampai saat ini saya pribadi tidak perah mengulik isi ponselnya. Saya percayakan padanya, selama dia masih terbuka dan tidak ada perubahan pada sikapnya. Dan tak ada penurunan pada nilai rapornya!...

Memang saat ponsel sudah diserahkan ke saya di malam hari, alias saat Butet sudah berada di tempa tidurnya, entah sudah tidur maupun belum, saya dapati teman-temannya masih online. Ditandai dengan masih adanya yang mengirim pesan di whatsapp atau di wag kelas. Dan memang Butet sendiri cerita bahwa ada di antara teman-temannya yang di hari sekolah pun masih online hingga tengah malam!...

Kelas Butet saya lihat cukup beragam mengenai penggunaan ponsel ini. Dari yang tidak memiliki ponsel sama sekali, hingga yang memiliki smartphone keluaran terbaru dengan langganan internet tak terbatas. Begitupun mengenai komputer dan game. Beragam juga tingkat penggunaan media sosial. Ada yang sangat aktif mengupdate selfie-nya, ada juga yang tak memiliki sama sekali. Tapi belum saya dengar mengenai televisi. Mungkin sudah tidak mode lagi, ya!?...

Dari yang saya lihat selama ini, para orang tua yang makin melek teknologi akan makin berhati-hati dalam memberikan teknologi kepada anak-anaknya. Tentu teknologi yang diberikan akan terbatas dengan tingkat ekonomi. Namun tak jarang, mereka dengan tingkat ekonomi pas-pasan mengusahakan dengan keras memberikan teknologi yang modern kepada anak-anaknya. Demi gengsi. Padahal itu tidak perlu. Dan bahkan berbahaya...

Memang gadget merupakan solusi praktis bagi kebanyakan orang tua yang sibuk. Anak rewel, beri gadget, jadi tenang. Tapi apakah itu solusi jangka panjang? Apakah ketenangan sesaat itu memberikan bekal yang berharga buat anak-anak kita di masa depan?

Sudah banyak para ahli yang mengingatkan akan bahaya penggunaan gadget yang berlebihan, terutama pada anak usia dini. Tapi mau komentar apa lagi, kalau alasannya sudah ke "tak ada yang bisa menemaninya bermain"?... 😒


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah