Kembali ke Rutinitas

Yak! Kembali mengantar Butet di pagi hari. Kembali berjaga-jaga untuk selalu siap makan siang begitu suami ada break. Hari ini misalnya, jam 11.45 sudah harus makan karena ada conference mulai tengah hari!...

Ada tiga kebiasaan yang saya tinggalkan selama Ramadan. Bukan. Nonton drakor tidak termasuk di dalamnya. Kalau itu, masih tetap jalan!... Eh? Hehehe.

Ritual Menulis di Pagi Hari

Sejak Januari 2021, saya memiliki kebiasaan menulis setiap pagi. Sesudah selesai mengantar Butet sekolah dan beres-beres rumah sedikit, saya duduk manis di depan komputer dan mengetik. Mengetik apa saja yang terlintas di kepala. Selain buat mengasah kemahiran menulis, ini juga saya lakukan untuk meringankan beban di kepala. Ya, tulisan saya memang tidak selalu dipublikasikan. Karena memang tujuan saya menulis adalah terutama untuk diri sendiri. Writing is healing, katanya. Dan itu manjur!

Kemahiran menulis? Ternyata ada hasilnya juga. Saat di awal tahun melihat tantangan menulis minimal 300 kata dari KLIP, saya keder. Sekarang? 15 menit di depan komputer sudah mengalir jauh lebih banyak dari itu. Sampai-sampai kesulitan saat kembali mengikuti tantangan 30 Hari Bercerita di Instagram yang hanya bisa menampung maksimal 2000 karakter, yang artinya hanya bisa lebih sedikit dari 300 kata. Tapi jangan tanya isinya! Curcol semua!!!

Ritual pagi itu terhenti karena saya memilih tidur untuk menghemat tenaga selama puasa yang cukup panjang. Bukan benar-benar berhenti menulis sih. Jam menulis jadi saya pindahkan lebih siang. Menjelang atau pas jam makan siang. Atau sesudahnya. Selonggarnya saja...

Sempat terpikir mau tidak menulis saja sekalian. Eh tapi ternyata ide meluap-luap di kepala harus dikeluarkan. Akhirnya malah sukses menulis sebulan penuh dan meraih badge outstanding untuk bulan April...

Mengikuti MOOC

Setelah hanya sukses menyelesaikan satu MOOC dari tiga sejak awal tahun, praktis saya memilih mandeg saat memasuki bulan Ramadan. Biasanya saya menjadwalkan mengikuti MOOC sesudah ritual menulis saya tadi. Semangat pagi masih mendukung. Bergesernya ritual menulis membuat saya makin mantap untuk libur MOOC saja dulu. Kebetulan tak ada MOOC yang menarik juga, kemarin itu...

Olah Raga

Oh, bukan. Bukan olah raga serius seperti lari, bersepeda, gym, ataupun yoga. Hanya jalan kaki. Dan itupun, lebih sering jalan di rumah saja. Mengikuti video Youtube Walk at Home-nya Leslie Sanson. Biasanya saya jalan sesudah menulis dan mengerjakan MOOC. Tapi karena semua tergeser, olah raga pun jadi hilang. Terlalu siang. Resiko menguras tenaganya tinggi.

Niatnya, saya mau mencoba jalan di sore hari. Menjelang Maghrib, misalnya. Sekitar jam 8 malam. Eh tapi ternyata tak tercapai. Antara observasi kelas BIPA, atau niat memasak lebi awal terhalang bersantai mengobrol dengan si Butet. Praktis sebulan penuh tak berolah raga. Paling hanya peregangan saja sedikit. Itupun tak rutin...

Kembali ke Rutinitas?

Hari ini, rutinitas menulis pagi, sukses saya kembalikan. Niatnya menulis untuk tantangan 10 Hari Bercerita, tapi ternyata bablas 400 kata! Ya sudah, saya potong saja sebagian untuk instagram, dan saya lanjutkan di sini!...

Untuk MOOC, dari pertengahan Ramadan saya sudah mencari-cari MOOC apa yang akan saya ikuti sesudah Lebaran. Pagi tadi, saya mendaftar Introduction to Korean Philosophy and Culture di Coursera yang sedang digratiskan dalam rangka Asia Pacific Heritage Month. Total ada 19 kuliah terbuka dari berbagai perguruan tinggi ternama dunia yang digratiskan sertifikatnya selama bulan Mei ini. Silakan pilih-pilih di https://www.coursera.org/promo/aphm-2021 yang sesuai dengan minat...

Rencana memulai olah raga lagi gagal. Bukan karena terlalu semangat menulis dan mengikuti MOOC. Tapi rasanya pagi tadi mengantuk saja. Mungkin masih hawa-hawa puasa. Dan 4 hari libur di rumah saja, tidak membantu untuk adaptasi kembali ke jam biologis semula...

Ya, pelan-pelan sepertinya ya!? Mustinya besok sudah lebih bisa beradaptasi dengan lebih nyaman!...  



Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah