Kembali ke Bangku Sekolah

Hari ini Butet kembali ke sekolah. Setelah satu minggu distancielle (SFH), dua minggu libur musim semi, dan satu minggu lagi distancielle. Berbeda dengan saat kuncitara pertama tahun lalu, kali ini Butet tidak antusias kembali sekolah. Demikian pula teman-teman sekelasnya. Sebagian besar memilih tetap distancielle saja. Mereka khawatir, masuk sekolah kali ini hanya keamanan semu saja...

Memang anak-anak kelas 8 sudah bukan anak kecil lagi. Para remaja itu cukup melek informasi. Kembali sekolah hari ini menandai tahap pertama dibukanya kuncitara ke-3. Padahal kasus Covid 19 masih banyak. Masih ada 15 daerah merah. Para ahli infeksi masih mengkhawatirkan terjadinya gelombang ke 4. Dan anak-anak remaja itu tahu tentang semua fakta yang ada...

Kekhawatiran anak-anak itu bukan untuk mereka sendiri. Mereka sadar penuh memiliki stamina tinggi. Kecil kemungkinan tertular dan parah... Tapi banyak di antara mereka yang memiliki anggota keluarga yang ringkih. Yang tidak pun, mereka khawatir akan membawa dan menyebarkan virus saat sedang makan di kantin sekolah atau naik bus berangkat dan pulang sekolah...

Butet sendiri mengkhawatirkan kantin. Dia berharap kelas hybrid untuk collège diberlakukan nasional. Tidak hanya di 15 daerah merah. Pasalnya, sulit sekali menjaga jarak di kantin. Sedangkan saat makan, jelas tidak mungkin mengenakan masker. Dan sulit menahan diri untuk tidak ngobrol... Jika diberlakukan kelas hybrid, hanya ada setengah kelas yang masuk. Otomatis kantin lebih lega, kan!?... Namun begitu, Butet lebih memilih makan di kantin ketimbang puasa... 

Oh ya, hari ini Butet tidak puasa. Memang jadwalnya panjang. Sampai 16.30. Dan hari ini ada dua evaluasi. Dia tak percaya diri untuk sekolah seharian berpuasa. Saya ingatkan lagi bahwa dia sudah akil baligh. Tidak puasa di bulan Ramadan, artinya harus menggantinya di hari lain...

Selain kembali ke sekolah untuk collège dan lycée, sebenarnya belum ada banyak perubahan pada pembukaan kucitara tahap pertama ini. Hanya mulai diijinkannya perpindahan antar region saja. Namun tentu saja untuk daerah kami yang merupakan tujuan pariwisata, itu adalah perubahan yang nyata...

Butet kembali sekolah, saya kembali ke rutinitas. Mengantar sekolah di pagi buta yang sudah terang benderang (bahkan saya sempat agak gugup menyetir, bukan hanya karena sudah 3 minggu tak membawa mobil, namun juga merasa aneh akan terangnya pagi, jauh beda dengan terakhir kali mengantar sekolah satu bulan yang lalu), mencuci piring dan beberes rumah, lalu ritual menulis pagi... 

Satu bulan Butet di rumah, ritual ini jadi bergeser. Jadi tak disiplin lagi. Menulis sesempatnya saja. Untung saja masih tetap menulis. Karena seperti ada yang hilang saat belum menulis. Hasilnya, badge oustanding! Dan pagi tadi ada rapor peringkat jumlah setoran, saya masuk 20 besar!!!

Jam 11 pagi ada kajian PERMIIP. Undangan baru disebarkan Subuh tadi. Wah,mepet sekali... Itupun kemudian ada ralat pembicara!... Yang penting jam dan kode zoom-nya tetap saja ya!? Paling peserta bingung kok pembicaranya beda. Itupun kalau memperhatikan nama pembicaranya...

Untung saya siap sedia. Pembicara memerlukan asisten untuk membagi file presentasinya. Tadinya mau mengikuti zoom melalui tablet sambil santai baringan di tempat tidur, jadi harus duduk rapi di kursi... Tapi senang juga karena merasa bermanfaat...

Malam ini kami buka puasa dengan poulet roti, ayam panggang a la Prancis. Ditemani kentang yang dipanggang bersama ayamnya. Saya bubuhi lemak bebek sisa canard confit dua hari yang lalu. Lezaaat!... Masih ada sisa sedikit untuk sahur besok. Mungkin ditambah telur ceplok saja... 😋


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah