Anak-anak yang Beruntung

Masih ingat cerita saya tentang hilangnya ponsel Butet? Semua orang yang saya ceritai tentang kembalinya ponsel, tidak percaya. Bahkan saya sendiri masih terkagum. Kemungkinan hilang di terminal bus. Di mana siapa saja lewat. Ternyata Butet beruntung. Ponselnya ditemukan oleh orang jujur dan pemurah, yang bersedia meluangkan waktunya menitipkan ponsel ke kantor terminal...

Saat Butet sampai rumah waktu itu, dia langsung menumpahkan seluruh isi tasnya di ruang tamu. Diperiksanya setiap sudut, memastikan ponselnya tidak di sana. Dibukanya setiap buku, memastikan tidak terselip di antara halamannya. Isi tasnya tersebar di ruang tamu...

Saat saya minta Butet membereskannya agar kami bisa sholat berjamaah, dia melakukannya dengan menggerutu. Mengumpulkan barang-barangnya dengan asal, dan meletakkannya dengan asal pula di kamarnya. Entah di mana. Saya tidak mengeceknya...

Senin pagi, saat hendak berangkat sekolah, Butet tak bisa menemukan kartu pelajarnya. Kartu yang juga merupakan kartu akses kantin sekolah. Yang harus ditunjukkan sebagai tanda pengenal saat masuk gerbang sekolah. Meski untuk ini bisa digantikan dengan buku komunikasi...

Saya sarankan pada Butet untuk menanyakan soal kartunya saat dia mencari ponselnya. Siapa tahu jatuh bersama, Jum'at itu. Tapi saat sampai di rumah Senin sore, dia bilang tak sempat menanyakan, saking senangnya menemukan kembali ponselnya. Baiklah. Sambil coba mencari lagi di rumah, karena saya dapati kamarnya amat sangat berantakan. Bisa jadi kartunya jatuh dan tertutup kertas-kertas yang berserakan. Namun tak ketemu juga...

Setiap pagi, saya ingatkan Butet untuk menanyakan kartunya. Baik di terminal bus, maupun di sekolah. Karena mungkin jatuh di sekolah. Atau mungkin jatuh di luar, dan dikembalikan ke sekolah... Tapi Butet selalu saja beralasan...

Sampai Senin lalu dia akhirnya menanyakan ke terminal bus, dan tidak ada. Selasanya, dia menanyakan ke petugas kantin, juga tidak ada. Butet sekaligus menanyakan prosedur penggantian kartunya...

Saya sendiri sudah mempertimbangkan mengajukan permohonan penggantian kartu. Memang sekolah tinggal satu bulan lagi. Dan kartu hanya penting saat ke kantin saja. Namun kalau tiap kali beralasan kartu ketinggalan, lama-lama pasti akan dipertanyakan juga...

Selasa sore saya siapkan cek pembayaran kartu pengganti. Meski Rabu dan Kamis tak akan makan di kantin, lebih cepat diproses, lebih baik kan!? Entah perlu berapa lama juga sampai kartunya jadi...

Rabu pagi, saat bersiap sekolah, Butet tiba-tiba berteriak girang. Dia menemukan kartunya! Ternyata kartunya berada di bagian yang alpa diperiksanya; kantung depan tas yang biasa dia gunakan sebagai tempat sampah! Butet tak biasa menyimpan kartunya di sana. Tapi memang Jum'at itu dia mengeluh kelelahan, sampai-sampai tak konsentrasi mengenai ponselnya...

Dia pun mengembalikan cek yang sudah disiapkannya di dalam tas sekolahnya. Lega, karena sudah sempat saya ancam; kalau sampai ada kartu baru dan kartu lamanya ditemukan di rumah, biayanya akan saya ambil dari uang sakunya!...

Butet lagi-lagi beruntung. Di hari kami sudah mau membuat kartu baru, kartunya ditemukan...

Ini mengingatkan saya pada Ucok yang peruntungannya juga tinggi. Dari soal saat dia kehilangan tas, pengumuman diterimanya di Polytech'Nice saat sedang mengantri membayar asrama di Tours, lalu keberangkatannya ke Swedia yang menegangkan...

Dan saya ibu yang beruntung memiliki anak-anak yang beruntung. Semoga Allah selalu melindungi setiap langkah mereka, memberi petunjuk, dan melimpahi dengan berkah-Nya. Aamiin... 🙏



Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah