Posts

Showing posts from July, 2021

Pertemuan Wali Murid

Kali ini gantian cerita tentang Butet. Bukan tentang Butet sendiri sih. Tentang pertemuan guru dan wali murid yang diadakan sekolah tiap awal tahun ajaran. Ada dua cerita. Kebetulan keduanya terjadi saat saya menghadiri pertemuan sebagai orang tuanya Butet saat di collège,  SMP Prancis yang setingkat kelas 6 sampai kelas 9... Saat Ucok collèege, tak ada cerita lucu kah? Mungkin ada. Tapi saat itu selalu suami saya yang hadir. Dan memang lebih praktis dia yang hadir sementara saya tetap di rumah, menjaga anak-anak yang relatif masih kecil, dan menyiapkan makan malam, kan!?... Cerita yang pertama sudah sempat saya tuliskan di Facebook untuk hari ke-2 tantangan Sinergia ARTmazing Challenge yang ke 24, 25 September 2018. Namun di sini saya ubah sedikit biar lebih asik dan memenuhi kuota KLIP yang minimal 400 kata... Eh?... Hehehehe... Nggak deng... Saya tak masukkan cerita pertama juga sudah masuk kuota kok! Cieee... Lagi pula ketimbang salah hitung dan nanti ditagih di akhirat karena masu

Shadow and Bone

Image
Hari ini diadakan Klub Buku KLIP. Senang, mendapatkan ide-ide bacaan baru di sini. Apalagi diulas dengan menarik... Kali ini saya tak ikut presentasi. Bulan Mei lalu saya ikut berbagi. Dan beberapa hari lalu rekaman zoom dikeluarkan menjadi beberapa podcast! Aneh sekali rasanya mendengar suara saya sendiri. Tapi jadi akhirnya saya punya podcast juga nih. Podcast tentang buku Scythe. Meski podcast-nya bukan bikinan sendiri!... Hari ini saya ingin mengulas tentang trilogi Shadow and Bone secara tertulis saja di sini. Mungkin bisa dipresentasikan di Klub Baca KLIP mendatang yang katanya mau ada sesi membahas tentang adaptasi buku ke dalam film. Siapa tahu, serial juga masuk!... Saga Grisha Buku fiksi fantastik ini menceritakan petualangan Alina Starkov. Perempuan muda yang bekerja sebagai kartografer, pembuat peta, pada tim militer negaranya yang bernama Ravkan. Penduduk Ravkan selain terdiri atas orang biasa yang normal, ada juga golongan Grisha. Grisha ini tidak sama dengan penyihir ya

Perhatian Akan Detil

Hari ini, salah satu wag yang saya ikuti rame membicarakan film. Ali dan Ratu-ratu Queens, untuk tepatnya. Masih membicarakan tentang bagaimana si ibu bisa mengabaikan anaknya demi impian. Ya mungkin karena memang anggota wag-nya adalah ibu-ibu yang sayang anak ya!?... Saya sendiri, yang tak berkarir, agak membela posisi si ibu. Untuk tak menulis panjang-lebar, saya bagi saja ulasan ala-ala yang saya buat beberapa waktu lalu... Belum juga diedit. Bahkan belum ditambah foto. Tapi biar lah. Yang penting inti pemikiran saya tertuang di sana. Buat nambah rame diskusi... Tanpa opini saya pun, diskusinya sendiri sudah rame. Meski tak semua sepakat akan karakter ibu Ali --siapa sih, namanya?--, semua sepakat kalau cerita kepergian Ali ke Amerika kurang mantap pijakannya. Tak cuma soal visa, tapi juga tiket, dan bahkan persoalan penyewaan rumahnya pun dibahas! Dari cerita film, pembicaraan merembet ke pengalaman nyata kenalan dari anggota yang mirip dengannya. Lalu ke pengalaman salah satu an

Doa Ibu

Image
Masih teringat di benakku hari pertama Putri meninggalkan rumah untuk merantau, enam tahun yang lalu. Aku masuk ke kamarnya sepulang mengantarnya ke bandara. Saat itu, ruangan ini terlihat lebih besar. Tempat tidur yang menempel di dinding sebelah kanan belum dirapikan. Meja belajar di sebelahnya tampak berantakan. Pintu lemari terbuka lebar. Beberapa pakaian bahkan tergeletak di lantai. Bermacam kertas, surat, print-out , rekening, ... dan label kaus kaki di bawah meja. Hanya figurin-figurin koleksi yang tertata rapi di raknya. Butuh waktu hampir dua minggu untuk membuat kamar itu terlihat layak. Memunguti, menyortir, dan membuang barang-barang dari sana memang tidak mudah. Apalagi jika semua dikaitkan dengan nostalgia. Itu coret-coretnya, itu draf surat pengantarnya, itu rekening bank terakhirnya --karena toh setelahnya semua didematerialisasi--, itu bungkus camilan favoritnya, … Membersihkan pikiran-pikiran ini membutuhkan waktu lebih lama daripada membereskan barang-barangnya sendi

Anak Penunjuk Arah

Setelah cerita tentang ASI kemarin, kita lanjut cerita berikutnya ya... Ini adalah kisah yang terjadi saat Ucok kecil masih maternelle . Petite section . Setingkat Kelompok Bermain di Indonesia lah ya... Pra TK, yang kalau di Prancis dijadikan satu paket dalam satu sekolah école maternelle ; petite section setara KB, moyenne section setara TKA, dan grande section setara TKB... Waktu itu kami baru saja pindah ke apartemen yang kami tempati sampai sekarang. Ucok baru pindah ke sekolahnya yang baru... Kami biasa berangkat pagi bertiga ke halte bus. Kebetulan bus yang mengantar suami saya ke kantor, berangkat dari halte yang sama dengan bus ke arah sekolah. Jamnya kurang-lebih sama, pula. Jadi kami sama-sama ke halte, suami saya ambil busnya, dan saya ambil bus lain untuk mengantar Ucok sekolah... Hari itu demikian juga. Kami bersama-sama ke halte yang hanya 20 meter dari rumah. Beberapa menit menunggu bus, tiba-tiba saya merasakan sakit perut. Sudah berusaha saya tahan, tapi tetap saki

Nilai Panduan

Hari ini saya dan Butet keluar lagi. Ke Fnac. Mengembalikan buku yang kami beli Kamis lalu, dan membeli buku lain... Memang buku yang dibeli kemarin itu agak-agak coup de tete. Tanpa banyak pertimbangan. Tadinya Butet ingin membeli buku Morning yang happening itu. Katanya mau beli buku yang asik. Yang ringan dan santei-santei aja buat menemani liburan... Ternyata saat di Fnac tergoda juga membeli buku suspense. Dan saya tak tega menolaknya. Padahal format besar yang mahal itu... Beli buku hanya dengan membaca resume sampul belakang memang tak bagus. Bisa menyesatkan. Padahal kami sudah pengalaman dengan La Faucheuse. Waktu itu sih ternyata oke-oke saja. Tapi kali ini kami tak mau ambil resiko... Komentar yang kami baca sesampainya di rumah tentang kekerasan fisik dan seksual, membuat saya benar-benar urung. Belum lagi muatan tentang orientasi seksual yang tidak cocok dengan nilai yang kami pegang. Kalau jadi bumbu cerita, masih tak masalah. Kalau jadi inti cerita, maaf kami tak bisa...

Dijadikan Contoh

Pengalaman kemarin dengan ibu-ibu muda saat pertemuan masyarakat Indonesia membuat saya jadi teringat beberapa kisah dengan anak sendiri... Salah satunya adalah saat saya dijadikan contoh di tempat praktek dokter anak...  Sebelumnya mungkin perlu dijelaskan bahwa anak-kami didampingi dokter anak yang relatif sama sejak lahir hingga dokternya pensiun! Kebetulan sekali dokter pensiun saat Ucok masuk usia remaja juga. Dan frekuensi kontrol rutin Butet-pun sudah tinggal setahun sekali saja... Relatif. Karena kami sempat pindah rumah, ganti dokter, tapi tak cocok dan balik ke dokter yang sama... Saat kelahiran Ucok 20 tahun yang lalu, dokter anak-anak ini belum termasuk yang menggalakkan pemberian ASI. Di rumah sakit juga dia sudah langsung mengajarkan bagaimana membuat susu formula yang benar. Mungkin dia melihat bahwa saya kurus kering menyedihkan... Tapi saya ngeyel. Tetap memberikan ASI yang waktu itu disarankan eksklusif hanya 4 bulan, lalu melanjutkan hingga 2 tahun ditambah MPASI...

Butet di Rumah Sendiri

Hari ini, untuk pertama kalinya, Butet tinggal di rumah sendirian. Pikir-pikir tak begitu lama sih, benar-benar sendirinya. Hanya jam 10 sampai jam 3 siang saja... Ceritanya hari ini ada acara yang diselenggarakan Konsulat Jenderal Republik Indonesia Marseille di Nice. Seminar. Temanya Cinta Tanah Air. Cieee... Informasi baru diedarkan melalui media sosial KJRI Marseille 10 hari yang lalu. Tak ada undangan seperti biasanya. S epertinya karena pembatasan peserta juga. Di flyer di medsos diberitahukan maksimal tempat 40. First in first serve... Hampir bersamaan dengan publikasi flyer si medsos, seorang pejabat konsulat menelepon suami saya. Mengundang suami saya untuk hadir. Tapi dengan batasan, hanya boleh berdua saja!... Suami saya tak langsung konfirmasi. Dia mau diskusi dulu dengan saya. Dan saat saya diberitahu, jelas saya perlu berdiskusi dulu dengan anak-anak!... Si Ucok sering keluar di akhir pekan bersama teman-temannya. Apakah kami mau meninggalkan Butet sendirian di rumah? Ata

Belanja Perlengkapan Sekolah Lagi

Hari ini saya dan Butet keluar belanja perlengkapan sekolah lagi!... Sempat saya beri alternatif untuk belanja Senin saja. Atau besok pagi di Nice sekalian ikut ke acara Konsulat Indonesia. Tapi Butet memilih yang paling cepat!... Butet masih kesal dengan pengalaman kemarin ke Leclerc, jauh-jauh dan panas-panas --ya, ya, mobil dan supermarketnya ber-AC-- ternyata banyak yang kosong. Sampai rumah dia langsung melihat-lihat berbagai toko online; Amazon, Fnac, Cultura, ... Mencari barang-barang yang tak kami temukan di Leclerc, sekaligus membanding-bandingkan harganya!... Butet memang sudah biasa membandingkan harga. Apalagi kalau dia minta banyak hal yang spesial; tempat pensil model tertentu, stabilo warna tertentu, atau spidol dengan jumlah warna yang (jauh) lebih banyak yang diminta daftar perlengkapan sekolahnya. Hal-hal yang dia tahu sebenarnya tidak esensial... Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu tega menolak. Tapi saya ingin dia selalu bertanggung jawab atas pilihannya. Dan tida

Belanja Perlengkapan Sekolah

Hari ini saya dan Butet ke supermarket besar yang terletak 3 km dari rumah. Masih jaringan swalayan langganan yang dekat dari rumah. Ukurannya saja yang berbeda. Yang tentu berefek dari kelengkapan jenis barang yang dijualnya... Kami ke sana untuk membeli perlengkapan sekolah. Perlengkapan untuk kelas 9 yang dimulai September nanti... Setiap awal tahun ajaran, sekolah memberikan daftar barang-barang yang harus dibeli. Isi standarnya berupa alat tulis saja; buku tulis, pensil, bolpen, pensil warna, spidol, ... tak lupa tempat pensilnya, tentu... Sekolah di Prancis menyediakan buku ajar. Orang tua tak perlu membeli buku ajar sendiri. Kecuali mereka yang ingin lebih bebas dengan buku pegangan... Sekolah paling meminta untuk membeli cahier d'activité saja. Semacam Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Karena tentu, siswa musti mengisi jawaban langsung di bukunya... Sekolah juga meminta siswa membaca buku bacaan pendamping. Di pelajaran bahasa, biasanya. Terutama bahasa Prancis. Tentu saja memb

Gelombang Empat

Tiba-tiba saya di-tag di wag yang saya ikuti. Wag yang lebih banyak saya baca saja karena bahasannya biasanya berattt... Makanya saya bilang tiba-tiba. Karena nggak nyangka. Untung saja pas baca!... Saya di-tag untuk berita mengenai perusakan yang terjadi di dua pusat vaksinasi. Beritanya dilansir website BBC . Memberitakan dua lokasi dekat Grenoble dan Biarritz. Tapi fotonya tentang demo, entah di mana... Demo Sabtu kemarin banyak diadakan demo berkaitan dengan pidato presiden 12 Juli yang lalu. Ya! Lagi pandemi juga ada demo! Demo ini sendiri saya lihat ada dua temanya :  Kewajiban Vaksin bagi Tenaga Kesehatan Yang adalah pertama memprotes tentang kewajiban vaksin bagi tenaga kesehatan!  Di sini saya baru tahu dengan jelas bahwa ternyata banyak juga tenaga kesehatan yang menolam vaksin.  Memang sudah sempat mendengar informasi tentang beberapa dokter yang menolak vaksin ini. saya rasa silakan saja, kalau dia kerja di tempat praktek sendiri. Kita gampang menghindari mereka, kalau kita

Sate Padang untuk Iduladha

Hari ini Iduladha. Bebarengan seluruh dunia, sepertinya... Sebenarnya diselenggarakan sholat Id di konsulat Marseille, meski terbatas. Juga di masjid Cannes. Tapi kami di rumah saja... Seorang teman menelepon kemarin. Sambil masak, katanya. Buat Lebaran... Awalnya saya bilang saya nggak masak-masak. Tapi pikir-pikir, saya masak spesial juga kok. Spesial Iduladha. Menunya harus daging!  Sengaja menyisihkan lidah sapi hasil belanja seminggu yang lalu buat dimasak hari ini. Untuk dibuat Sate Padang!... Sudah lama juga saya tak memasak Sate Padang. Sate Padang ala saya, tentunya.  Spesial daging lidah sapi!  Dengan bumbu minimalis, yang ada di persediaan saja. Bumbu yang tak ada? Skip! Dan semua dalam bentuk bubuk, tentunya! Kecuali sereh dan daun jeruk!...   Masakan ini adalah salah satu masakan favorit Ucok. Kebetulan pas dia di rumah, saya bikin Sate Padang saja lah. Pas dapat lidah di boucherie, pula! Nggak tiap saat ada tuh... Dulu-dulu, saya suka langsung potong-potong lidah tanpa me

Ulasan Novel Maryam Karya Okky Madasari

Image
Jum'at lalu seorang kakak membagi informasi mengenai tantangan membaca selama satu bulan yang diadakan oleh Gramedia Digital di Instagram... Tantangannya berupa membaca setiap hari, dan membagi catatan harian mengenai buku yang dibaca. Catatan bisa resensi, ataupun apa saja yang berkesan... Syarat khusus : buku digital! Tak harus dari platform Gramedia. Tak harus berbahasa Indonesia. Yang penting legal! Saat ini sebenarnya saya sedang menyelesaikan L'oiseau de feu ( Ruin and Rising )-nya Leigh Bardugo. Tapi tetap saya browsing iPusnas. Dan tertarik membaca Maryam-nya Okky Madasari... Pemenang Khatulistiwa Award 2012 Terus terang saya baru mengenal nama Okky Madasari dari Webinar KLIP tentang profesi editor beberapa waktu yang lalu. -- Ya, kudet seleb saya nggak terbatas di bidang perfilman saja, tapi kepenulisan juga-- Pembicara mencontohkan Okky Madasari sebagai penulis yang naskahnya enak untuk ditangani... Waktu itu saya langsung mencari informasinya. Ternyata pemenang Kha

Saya dan Marsha Timothy

Image
Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Juli kali ini bertema Cerita Lucu . Bingung juga, cerita lucu apa yang bisa saya ceritakan? Apalagi yang bisa sampai minimal 450 kata?... Heu... Karena 450 kata adalah syarat minimal tantangan tuh... Ini pun sudah ada diskon. Biasanya, batas minimalnya 500 kata! 😁 Karena masih hangat suasana Festival de Cannes yang baru berakhir Sabtu kemarin, saya jadi teringat akan sebuah cerita menggelikan yang berlatar kompetisi film internasional itu. Bukan di festival utamanya sih... Tapi di  Quinzaine de Realisateur ... Menonton Film di Ajang  Quinzaine de Realisateur Tahun 2017, film  Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak  terseleksi dalam Quinzaine de Realisateur .  Dari awal tahun, saya biasa memonitor berita, apakah ada film Indonesia yang akan datang ke Cannes.  Begitu mendapatkan jadwal tayangnya, saya langsung pesan ke suami untuk mengambil cuti hari itu. Kita kencan nonton! Jarang-jarang tuh... 😜 Siapa saja bisa menonton film-film yang terseleksi d

Pernikahan Sepupu

Kemarin adalah Jum'at. Tapi entah mengapa saya merasa seperti sudah Sabtu saja... Saya dan Butet santai di ruang utama setelah makan siang. Ucok nge-game di kamarnya yang masih kami biarkan seperti saat dia belum berangkat merantau. Suami saya mengakuisisi kamar Butet untuk meeting online, karena ruang utama jadi terlalu berisik dengan kami yang ber main-main dengan Louna, si kucing ... Tiba-tiba suami saya ke ruang utama. Sebentar saja. Hanya untuk mengulurkan smartphone yang saya tadinya tinggal di kamar Butet untuk isi batre. Ada bunyi notifikasi. Video call whatsapp dari ibu mertua saya. Baiklah... Sejak saya buka whatsaap, saya lihat wajah mamah yang tertawa-tawa. Salam pun sambil terkekeh. Wah, ceria sekali!... Ternyata mamah menertawakan dirinya sendiri!... Ceritanya, sebelum charge batre saya sempat melihat pesannya yang datang tengah hari. Mengirimkan link zoom untuk acara tausiyah dan do'a bagi pernikahan sepupu. Acaranya dimulai jam 16 WIB atau 11 CEST. Karenanya, sa

Pandemi Belum Berakhir

Berita duka tak henti-hentinya berdatangan beberapa minggu ini. Setiap hari, ada saja yang baru di group ataupun di media sosial yang saya ikuti. Yang artinya, itu adalah dari lingkungan pertemanan sendiri... Keluarga dari teman, teman dari teman, sesama alumni meski tak kenal, sampai teman sendiri!... Berita positif Covid 19, mencari oksigen, informasi tempat di rumah sakit, donor plasma, ataupun berita tentang mereka yang meninggal dunia karena virus ganas itu... Selama ini masih ada rasa lega, bahwa tak ada berita yang terlalu mengkhawatirkan dalam whatsapp group keluarga. Tapi tentu saja, pandemi  sampai juga   dalam lingkaran dekat keluarga saya... Kemarin, sepupu saya di Surabaya mengabarkan ke wag keluarga Solo bahwa dia, istrinya, dan tante saya positif C19. Tante saya adalah adik ibu yang bungsu. Sudah ditinggal om saya yang wafat beberapa tahun yang lalu, dan sekarang tinggal bersama putra sulungnya sekeluarga... Sebenarnya mereka bukan anggota keluarga Solo pertama yang terk