Pandemi Belum Berakhir

Berita duka tak henti-hentinya berdatangan beberapa minggu ini. Setiap hari, ada saja yang baru di group ataupun di media sosial yang saya ikuti. Yang artinya, itu adalah dari lingkungan pertemanan sendiri...

Keluarga dari teman, teman dari teman, sesama alumni meski tak kenal, sampai teman sendiri!... Berita positif Covid 19, mencari oksigen, informasi tempat di rumah sakit, donor plasma, ataupun berita tentang mereka yang meninggal dunia karena virus ganas itu...

Selama ini masih ada rasa lega, bahwa tak ada berita yang terlalu mengkhawatirkan dalam whatsapp group keluarga. Tapi tentu saja, pandemi sampai juga dalam lingkaran dekat keluarga saya...

Kemarin, sepupu saya di Surabaya mengabarkan ke wag keluarga Solo bahwa dia, istrinya, dan tante saya positif C19. Tante saya adalah adik ibu yang bungsu. Sudah ditinggal om saya yang wafat beberapa tahun yang lalu, dan sekarang tinggal bersama putra sulungnya sekeluarga...

Sebenarnya mereka bukan anggota keluarga Solo pertama yang terkena C19. Sebelumnya, ada dua sepupu saya juga sudah kena. Satu berprofesi guru, dan satu lagi berprofesi dalam bidang marketing. Saya tak mendengar cerita dari sepupu saya yang guru. Namun yang marketing, jelas tak bisa di rumah saja...

Tak hanya bertemu banyak orang, tapi juga bahkan harus ke luar kota. Sudah berusaha menjaga protokol kesehatan, katanya. Banyaknya orang yang ditemui, baik untuk urusan bisnisnya sendiri ataupun yang bertemu secara tak langsung karena perjalanan, tentu tak mungkin mengharapkan semua orang menjaga prokes...

Di keluarga Bandung, dari pihak suami saya, juga sudah beberapa yang positif C19. Uwa, paman, bibi, sepupu, bahkan keponakan... 

Itu yang beritanya sampai ke saya. Mungkin ada lagi yang tak saya ketahui. Tapi alhamduliLlah, yang ada beritanya itu hampir semua tanpa gejala. Atau dengan gejala yang tidak terlalu parah. Dan hampir semua sudah kembali negatif...

Hanya keluarga di Surabaya ini yang cukup mengkhawatirkan kondisinya. Tante hanya bisa terbaring saja. Dan adik-adik mengeluh lemas...

Sampai saat ini mereka masih mengandalkan bantuan dua adik sepupu, anak-anak ke dua dan ke tiga tante yang masih sehat. Untung saja. Karena keponakan, anak dari sepupu dan istrinya yang sakit itu, juga sehat. Paling tidak masih ada tantenya yang bisa mengurusnya... Selain itu, mereka mengandalkan bantuan teman-teman dalam segi medikal...

Keluarga besar menyarankan sepupu saya untuk menghubungi ketua RT setempat. Mungkin pada akhirnya hanya akan disuruh isolasi mandiri saja. Tapi mungkin juga bisa mendapat bantuan mengenai obat-obatan. Paling tidak informasi, saran-saran, ... Dan bagaimanapun juga, kalau memerlukan sesuatu, tetangga lah yang paling dekat, kan!?...

Keluarga besar hanya bisa memantau dan mendo'akan dari jauh. Semoga keluarga di Surabaya yang sakit, lekas kembali sehat. Berpesan pada sepupu-sepupu yang sehat untuk tak lupa menjaga stamina. Dan saling mengingatkan semuanya untuk tetap berusaha menjaga protokol kesehatan... 🙏


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah