Anak Penunjuk Arah

Setelah cerita tentang ASI kemarin, kita lanjut cerita berikutnya ya...

Ini adalah kisah yang terjadi saat Ucok kecil masih maternelle. Petite section. Setingkat Kelompok Bermain di Indonesia lah ya... Pra TK, yang kalau di Prancis dijadikan satu paket dalam satu sekolah école maternelle; petite section setara KB, moyenne section setara TKA, dan grande section setara TKB...

Waktu itu kami baru saja pindah ke apartemen yang kami tempati sampai sekarang. Ucok baru pindah ke sekolahnya yang baru...

Kami biasa berangkat pagi bertiga ke halte bus. Kebetulan bus yang mengantar suami saya ke kantor, berangkat dari halte yang sama dengan bus ke arah sekolah. Jamnya kurang-lebih sama, pula. Jadi kami sama-sama ke halte, suami saya ambil busnya, dan saya ambil bus lain untuk mengantar Ucok sekolah...

Hari itu demikian juga. Kami bersama-sama ke halte yang hanya 20 meter dari rumah. Beberapa menit menunggu bus, tiba-tiba saya merasakan sakit perut. Sudah berusaha saya tahan, tapi tetap sakit juga...

Saya bilang ke suami, sepertinya saya harus pulang, tak bisa mengantar Ucok ke sekolah...

Ucok memandang kami dengan sedih. Dia tak mau absen sekolah meskipun maternelle tidak wajib. Apalagi petite section. Bisa absen kapan saja, dengan alasan apa saja. Cukup mengabarkan ke sekolah, memastikan bahwa anak baik-baik saja (bersama orang tuanya, tidak hilang, dll)...

Masalahnya, sampai hari itu, suami saya belum pernah sekalipun ke sekolah Ucok yang baru! Dari proses pendaftaran, bertemu kepala sekolah, sampai mengantar, semua tanpa intervensinya. Paling tanda tangan formulir. Yang itupun sudah saya lengkapi isinya!... Dia tak tahu jalan ke sekolah. Masih untung, halte untuk ke sekolah adalah pemberhentian terakhir. Dari halte bus, masih ada perjalanan 500 meteran lagi untuk sampai di sekolahnya!...

Tapi Ucok mendesak. Nggak papa. Biar aku yang tunjukkan jalannya ke papa! katanya percaya diri...

Saya tak ingat apakah hari itu ada orang tua lain yang bersama mengantar naik bus. Biasanya memang ada... Waktu itu mobile internet masih belum cukup canggih untuk bisa mengakses GPS dengan baik. Ya, memang cerita ini berlangsung sudah belasan tahun yang lalu...

Oh ya. Untuk masuk petite section, anak harus berusia 3 tahun berdasar tahun lahir, di tahun dia masuk sekolah. Jadi saat itu usia Ucok belum 4 tahun!...

Yang jelas, saat suami saya pulang sesudah mengantar Ucok --karena bus untuk ke kantornya yang berikutnya masih lama-- dia bercerita bahwa Ucok dengan mahir menunjukkan jalan ke arah sekolahnya. Suami saya kagum. Karena dia tak yakin bisa menemukan sekolah Ucok kembali jika harus ke sana sendiri!...

Memang saya dan Ucok biasa mengambil jalur yang agak rumit. Jalan pintas, dan lebih enak dijalankakii. Jalan-jalan kecil yang rindang dan adem, dan suka ada kucing. Bukan trotoar jalan besar yang sibuk kendaraan... Yang jalan besar sederhana meski lebih jauh inilah yang dipilih suami saya untuk pulang!...

Saya tertawa saja mendengar cerita suami saya. Lalu saya jawab santai, perut saya sudah enakan kok. Silakan ke kantor dengan tenang. Saya bisa menjemput Ucok pulang sekolah!... 😄


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah