A Chacun Ses Problèmes

Seorang teman menelepon. Menceritakan segala permasalahan yang sedang dihadapinya. Panjang lebar. Lalu diakhiri dengan kalimat "Ah, enaknya kamu, nggak ada masalah!"

Ada juga yang malah pake protes, "Kok aku aja yang cerita sih? Kamu nggak pernah cerita ke aku! Kamu nggak ada masalah ya? Hidupmu nyaman-nyaman gitu sih."

Bukan pertama kalinya saya menerima komentar senada. Tapi ada juga yang lebih masuk akal dan bilang "Masalahmu pasti ga ada apa-apanya dibanding masalahku". Minimal dia menyadari bahwa saya pun punya masalah!...

Ya! Saya bukannya bebas dari masalah. Tapi kalau ada orang datang untuk menceritakan masalahnya, apakah saya akan gantian mengeluarkan masalah saya pada saat itu juga? Apa manfaatnya? Menambah masalah orang itu? Berlomba masalah siapa yang lebih berat? Atau ... untuk mengingatkan orang itu bahwa setiap orang punya masalah? 

Mungkin memang untuk alasan terakhir itulah kadang kala saya menceritakan masalah saya juga. Masalah kecil, memang... Allah tahu kalau saya tak akan mampu menanggung masalah yang besar. Karenanya saya diberi yang kecil-kecil saja...

Tapi begitupun tak selalu mendapat tanggapan yang mengenakkan. Kadang kesal juga kalau sudah cerita, lalu ditanggapi dengan "Ah, masalah kamu mah gitu aja!". Sedangkan tadinya saya tak mau cerita, pada awalnya. Berniat cerita hanya untuk membuat orang yang curhat itu agak berbesar hati, berpikir positif, bahwa kehidupan orang lain tak selalu seindah yang terlihat di depan mata. Dan padahal sebenarnya, masih banyaaak sekali masalah-maalah lain dalam hidup saya. Hanya saja, saya memang menghindar untuk mengeluhkan ke sembarang orang...

Memang saya milih-milih juga ke mana mengeluh. Curhat hanya ke teman-teman tertentu yang terpercaya. Itupun tidak semua keluhan saya bebankan pada satu orang saja. Bagi-bagi. Dan sesuai dengan kapasitas masing-masing. Menurut penilaian saya, tentunya...

Mengeluhkan tentang kebosanan di rumah saja, bukan ke mereka yang harus membanting tulang bekerja. Mengeluhkan tentang anak, tidak pada mereka yang belum punya anak. Mengeluhkan kekangenan ke orang tua, bukan pada mereka yang sudah bertahun-tahun tak bisa mudik... 

Dan yang jelas, saya mengeluhkan semua itu hanya kepada mereka yang sudah teruji mau mengerti, bahwa masalah apapun adalah masalah. Bukan tentang besar-kecilnya di mata kita. Bukan berat atau ringan menurut timbangan kita. Mengerti bahwa kalau itu sudah dikeluhkan, berarti itu sudah dianggap beban bagi yang mengeluhkan. Titik!

Dan itu saya terapkan ke diri sendiri saat menerima curhatan. Empati! Memang ini penting sekali. Menempatkan diri kita di posisi yang lain. Bahwa masing-masing mempunyai kapasitas yang berbeda dalam menghadapi sesuatu. Bahwa kita tak bisa benar-benar tahu, dalam situasi apa teman kita itu berada. Bahwa mungkin di balik itu, ada masalah-masalah lain yang tak bisa diungkapkannya... Bahwa kita, sudah dipercaya untuk berbagi perasaan dengannya... 💕


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah