Siklus Tujuh Tahunan ke Tiga

Selama tiga minggu libur sekolah yang sudah jalan sampai saat ini, saya lebih banyak berbincang dengan Butet. Tentang apa saja. Banyak tentang hubungan cinta. Memang sudah umurnya. Juga karena buku yang dibacanya, maupun serie yang ditontonnya, tak lepas dari tema ini...

Kadang dia cerita tentang keisengannya bersama teman-temannya di sekolah yang memasang-masangkan anggota kelasnya. Ya, sekelas saja. Sepertinya, tanpa adanya aktivitas ekstra kurikuler, pembatasan kegiatan di masa istirahat karena pandemi, dan juga pembagian waktu di kantin, membuat anak-anak tak memiliki kesempatan bergaul dengan siswa lain di luar kelas mereka...

Butet sendiri tak mau mengaku, naksir siapa. Dari ceritanya sih saya duga ada beberapa kandidat... Hihihi... Tapi suka saya selipkan pesan sekolah dulu, itu ada waktunya nanti, dll dsb... 😝

Beberapa hari yang lalu, perbincangan kami seputar kelakuan papanya yang suka bandel tentang sesuatu padahal sudah berkali-kali diingatkan. Butet bertanya, apakah papanya selalu begitu sejak awal saya mengenalnya. Saya jawab sekilas dan asal, bahwa saya lupa...

Lalu dia bertanya apakah saya pernah punya pacar sebelum papanya. Saya jawab tidak. Lalu dia komentar, "Berarti mama nggak tau dong, laki-laki lain seperti apa!"

Saya jelaskan padanya bahwa kita tak bisa benar-benar mengenal orang lain sebelum benar-benar hidup seatap dengannya. Bahwa tak ada orang yang sempurna. Bahwa saya sendiri pun tidak sempurna, banyak kekurangan. Dan bahwa papanya adalah yang terbaik untuk saya...

Saya pernah dengar, hubungan pernikahan diuji pada tujuh tahun pertama. Ada yang menggunakan barometer ini dalam hubungan pertemanan juga. Katanya, kalau sudah bisa bertahan tujuh tahun, selanjutnya akan baik-baik saja...

Ada yang bilang bahwa tujuh tahun ini adalah siklus. Jadi ujian akan berulang tiap tujuh tahun...

Hari ini, saya dan suami memasuki siklus tujuh tahunan ke empat. Dan kalau saya ingat-ingat, memang tiap siklus, di tahun ke tujuh selalu saja ada sesuatu...

Tujuh Tahun Pertama

Tahun ke tujuh pernikahan diawali dengan pemberhentian kerja suami saya dari perusahaannya!... Tapi tenang... Sebelum habis masa 3 bulan jeda pemberitahuan ke benar-benar efektif, suami saya sudah mendapatkan pekerjaan lagi...

Memang pengurangan pegawai dilakukan karena alasan ekonomi. Perusahaan yang merupakan start-up itu memberhentikan mereka-mereka yang sudah memiliki pebgalaman kerja cukup mantap, sehingga berpeluang cepat mendapatkan pekerjaan kembali. Seperti suami saya...

Pada waktu itu kami juga tersadar bahwa umur sudah mulai jauh, si Ucok sudah 6 tahun, dan kami memutuskan untuk punya anak lagi. Yang ternyata baru diberikan kehamilan di akhir sikus tujuh tahunan pertama itu...

Tujuh Tahun ke Dua

Butet 6 tahun, dan Ucok 13 tahun. Kami menghadapi masa remaja anak sulung kami itu. Relatif baik ketimbang remaja lain. Tapi tetap saja adu urat mewarnai...

Di situ saya secara eksplisit memasrahkan pendidikan Ucok ke papanya. Saya mendampingi saja. Merasa tak mampu dan memang sudah masanya anak laki-laki dituntun lebih lanjut oleh papanya...

Tujuh Tahun ke Tiga

Pandemi. Cobaan mendunia. Cukup spesial bagi kami yang seharusnya pindah rumah. Beberapa kali menyusun rencana, untuk kemudian harus melupakannya. Membangun rencana lagi, untuk kemudian tak bisa dilaksanakan...

Pandemi menguji kesabaran kami. Tak hanya kami sebagai pasangan. Namun juga menguji anak-anak kami...

Kami lewati dengan kesabaran dan kepasrahan penuh. Dengan kesiapan atas segala kemungkinan, tapi tanpa terlalu memikirkan. Karena apapun ada konsekuensinya. Ada trade-off-nya. Tak ada yang sempurna...

Bersyukur

Memang kami tak biasa merayakan ulang tahun pernikahan. Tak ada kado ataupun makan-makan di restoran. Tapi tetap saya usahakan masak agak spesial; bebek madu untuk siang, dan kebab untuk malam... 😅

Kami minta Ucok ke boulangerie depan rumah untuk membeli dessert. Apalagi tanpa sadar, kami belum membeli dessert di toko depan rumah itu sejak Ucok mudik...

Bersyukur kami melampaui tiga siklus tujuh tahunan dengan baik. Semoga tetap demikian ke tujuh tahun ke depan. Juga tujuh tahun berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya, ... Aamiin... 🙏


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah