Ulasan Novel Maryam Karya Okky Madasari

Jum'at lalu seorang kakak membagi informasi mengenai tantangan membaca selama satu bulan yang diadakan oleh Gramedia Digital di Instagram...


Tantangannya berupa membaca setiap hari, dan membagi catatan harian mengenai buku yang dibaca. Catatan bisa resensi, ataupun apa saja yang berkesan...

Syarat khusus : buku digital! Tak harus dari platform Gramedia. Tak harus berbahasa Indonesia. Yang penting legal!

Saat ini sebenarnya saya sedang menyelesaikan L'oiseau de feu (Ruin and Rising)-nya Leigh Bardugo. Tapi tetap saya browsing iPusnas. Dan tertarik membaca Maryam-nya Okky Madasari...

Pemenang Khatulistiwa Award 2012

Terus terang saya baru mengenal nama Okky Madasari dari Webinar KLIP tentang profesi editor beberapa waktu yang lalu. -- Ya, kudet seleb saya nggak terbatas di bidang perfilman saja, tapi kepenulisan juga-- Pembicara mencontohkan Okky Madasari sebagai penulis yang naskahnya enak untuk ditangani...

Waktu itu saya langsung mencari informasinya. Ternyata pemenang Khatulistiwa Literary Award (sejak 2014 berubah nama menjadi Kusala Sastra Khatulistiwa) dengan novel Maryam pada tahun 2012!

Tapi di iPusnas, saya memilih kumpulan cerpennya Yang Bertahan dan Binasa Perlahan. Sengaja yang sepotong-sepotong saja dulu. Takut tak ada waktu membaca. Dan benar saja. Baru memulai membaca satu cerpen lalu terbengkalai. Terlupakan...


Saat kemarin mencari buku, kumpulan cerpen itu sedang tidak tersedia. Maryam malah tersedia. Saya langsung memilihnya. Tanpa apriori, tanpa mencari-cari. Hanya karena penghargaannya tadi...

Tema Ahmadiyah

Di awal cerita, saat dikatakan bahwa keluarga Maryam adalah keluarga Ahmadi, saya tak langsung mengaitkannya dengan Ahmadiyah. Saya pikir mungkin memang aliran, tapi fiksi. Baru setelah agak jauh, ternyata memang itu inti ceritanya...

Sampai akhir buku, saya tak menangkap apa maksud Okky mengambil tema ini. Mungkin tentang persekusi yang lemah? Ketidakadilan pada minoritas? Atau kebebasan berkeyakinan?...

Di hari pertama laporan tantangan, saya mengutip sesuatu yang saya sepakati : Yang namanya keyakinan memang tak bisa dijelaskan. Ia akan datang sendiri tanpa harus punya alasan. (Hal. 55)

Tetap saja saya tak sependapat dengan : Biarlah anak ini jauh dari agama tapi dekat dengan kebaikan. (Hal. 241)

Penulisan yang Cantik dan Menarik

Lepas dari pro-kontra tentang cerita, saya suka gaya penulisan Okky yang mengalir. Kalimat-kalimatnya beruntun dengan menarik. Banyak puisi di dalamnya. Baik dari segi rima, maupun dari segi pilihan kata...

Meski tak banyak dialog --mungkin memang itu maksud yang tertulis besar di sampul bukunya : prosa--, tak bosan saya membacanya. Dan saya menyelesaikan hanya dalam dua hari saja!...

Saya menyayangkan paragraf-paragraf yang panjang. Juga tak adanya perpisahan alinea yang lebih besar saat latar berpindah tempat atau waktu. Ataukah mungkin itu efek digitalisasi saja?...

Berikutnya?

Menyelesaikan Maryam dengan kesan baik, saya tertarik membaca buku-bukunya yang lain...

Tapi untuk saat ini, sudah ada buku digital lain yang menunggu. Tanpa melupakan setumpuk buku fisik yang belum diselesaikan juga... 😅

Btw, mau ikut tantangannya? Cek instagram @gramediadigital yak!...

Terlambat? Sepertinya saya sendiri juga sudah terlambat. Tantangan dimulai tanggal 15 Juli, saya baru mulai ikut 16 Juli. Tapi tak apa. Yang penting kan rutinitas membacanya. Sekalian saling memberi ide dan semangat membaca. Begitu tujuan penyelenggara... 😎

Semoga bisa bertahan sampai hari terakhir 15 Agustus saja ya... Selamat membaca!... 🤗


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah