Ali dan Ratu-ratu Queens

Hari ini diumumkan pemenang Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni yang bertema film keluarga. Kok ya pas banget kemarin saya mulai nge-draft tentang Ali dan Ratu-ratu Queens...

Meski ulasan saya tidak menang di tantangan, hari ini tetap saya posting review film ya!?... 😜

Detil Film

Judul : Ali dan Ratu-ratu Queens

Tanggal rilis : 17 Juni 2021 (Netflix)

Durasi : 1j40m

Sutradara : Lucky Kuswandi

Skenario : Gina S. Noer

Genre : drama, komedi

Pemain : Iqbaal Ramadhan, Nirina Zubir, Asri Welas, Tika Panggabean, Happy Salma, Aurora Ribero, Marissa Anita, Bayu Skak, Cut Mini Theo, Ibnu Jamil

Sinopsis

Ali adalah seorang pemuda yang baru saja kehilangan ayahnya. Satu-satunya orang tua yang mengasuh dan membesarkannya, sejak ibunya pergi meninggalkan mereka untuk mengejar karir di Amerika Serikat.

Saat membereskan barang-barang ayahnya, Ali menemukan surat-surat yang dikirim oleh ibunya. Bahkan ada salah satunya yang berisi tiket untuk Ali dan ayahnya ke Amerika...

Di situ Ali menyadari bahwa selama ini ayah dan keluarga besarnya telah menutupi banyak fakta tentang ibunya. Ali merasa bahwa ibunya menyayanginya dan masih menunggunya. Dia pun memutuskan untuk pergi mencari ibunya ke New York...

Ibu Pengejar Impian

Saya mengunduh film ini dua minggu yang lalu. Sebagai bekal berangkat lokakarya, ceritanya. Siapa tahu saya bosan membaca saat transit di stasiun kereta. Tapi ternyata tak sempat menontonnya karena bahkan untuk makan nyaman pun tak bisa...

Tapi untung saja. Kalau saya menontonnya saat itu, mungkin saya akan mengharu-biru. Kalau saya menonton sebelum berangkat, mungkin saya batal pergi...

Bagaimana tidak? Sebagai ibu, film ini menohok sekali. Menyentil hati. Bagaimana batas pengejaran mimpi yang tepat? Bagaimana pengaktualitasan diri tanpa mengorbankan peran sebagai istri dan ibu?

Saya tersentuh dengan kalimat di awal film yang diucapkan "Aku nggak bisa balik dan nggak jadi apa-apa." Setakut itukah menjadi bukan "apa-apa"?

Saya menonton film keesokan sepulang lokakarya. Masih kecapean. Padahal malam saya masih dibebaskan memasak. Tapi ada rasa bersalah meninggalkan rumah dua hari satu malam yang membuat saya semangat memasak, siang sesudah menonton film ini...

Anak yang Culun

Entah bagaimana cara dan biaya Ali untuk bisa ke Chicago. Tak dijelaskan apa pekerjaan Ali. Umurnya pun tak jelas. Hanya sempat disinggung bahwa Ali sudah satu tahun menganggur sejak lulus SMA...

Entah visa apa yang diperolehnya tanpa reservasi hotel yang jelas. Dan bagaimana mungkin dia mencari ibunya di suatu kota di negara yang berada di belahan bumi lain, hanya berbekal alamat yang tertera di surat yang sudah berumur?... Ali ingin membuat surprise ke ibunya, mungkin?...

Untung sekali yang tinggal di alamat ibunya itu adalah orang-orang Indonesia. Baik hati. Dan ada tempat buat menampung, pula! Nggak semua orang punya kelonggaran buat menerima tumpangan menginap, lho!...

Banyak sekali kekurang-detilan yang membuat saya gemas akan film ini... 

Untuk anak lulusan SMA, menurut saya Ali adalah anak yang amat sangat sangat naif. Setelah bertahun-tahun bercerai dan tak pernah kembali ke Indonesia, Ali masih berharap ibunya menunggu kabarnya tiap malam...

Puncak keculunan ada di adegan di mana Ali berangkat ke alamat ibunya dengan membawa rendang dalam kotak plastik transparan. Tanpa tas! Dipangku begitu saja, di dalam subway sekalipun!...

Jelas sungguh keegoisan yang kekanak-kanakan melihat ibunya sudah berkeluarga, tapi tetap meminta setengah memaksa untuk pulang ke Indonesia menemaninya!

Impian, Pengorbanan, dan Dukungan

Film ini mengingatkan pada saya akan pentingnya menjaga keseimbangan antara karir dan keluarga. Bagaimana pengaktualisasian diri mungkin harus mengorbankan hal-hal yang berharga. Pentingnya dukungan pasangan, untuk kewarasan rumah tangga...

Tidak cukup mempertanyakan kenapa si ibu tak pulang saja saat gagal meraih target di awal cerita. Namun perlu digali juga, apa yang sudah ditawarkan suaminya sebagai jalan pengaktualisasi sang istri...

Tak bisa hanya menagih tanggung jawab sebagai ibu dan istri. Lihat juga posisinya sebagai individu. Jika tak bisa menemukan jalannya sendiri, mungkin perlu bimbingan untuk tetap merasa sebagai perempuan seutuhnya...

Film hangat dengan nuansa humor dan ditaburi bintang-bintang yang tak diragukan lagi permainan perannya ini dirating oleh LSF untuk 13 tahun ke atas. Kisah diakhiri dengan kedewasaan Ali yang bisa menemukan "rumah"-nya sendiri meski tak harus bersama ibunya yang "tidak mau melakukan kesalahan yg sama untuk ke dua kalinya"...

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah