Posts

Showing posts from 2019

Bahasa Menunjukkan Bangsa

Hari-hari di mana si Butet ada acara klub di sekolah saat jam makan siang, saya membawakan makan siangnya untuk disantapnya di dalam mobil. Tak mungkin pulang untuk makan. Tiga puluh menit hanya cukup untuk perjaanan bolak-balik sekolah-rumah-sekolah saja... Seperti hari itu. Butet duduk di belakang menyantap nasi gorengnya sambil ngobrol dengan saya yang tetap di kursi pengemudi... Tiba-tiba seorang laki-laki datang. Rupanya salah seorang pekerja yang melakukan renovasi sekolah. Dia menyapa dengan "Bonjour, madame" lalu menyerocos dengan bahasa Arab! Saya pun mengulas senyum dan menjawab, "Pardon. Excusez moi, mais ..." Dia mengerti dan mengulangi permintaannya dengan menggunakan bahasa Prancis. Dia minta saya memundurkan mobil saya agar truknya bisa diposisikan lebih pas dengan tempat kerjanya. Oke. No problem!... Bukan soal memundurkan mobil yang kemudian dipermasalahkan oleh si Butet. Tapi bahwa si bapak asal bicara dengan bahasa Arab karena melihat sa

Man Proposes God Disposes

Sudah lama tidak menulis? Banyak yang terjadi sejak bulan Juni. Banyak rencana-rencana, usaha-usaha, dan do'a-doa, yang pada akhirnya membuahkan hasil-hasil tak terduga. Banyak catatan penting yang harus diingat. Yang utama adalah bahwa bagaimanapun kita berusaha, Allah-lah yang menentukan hasil akhirnya... Kejadian-kejadian dalam dua minggu ini saja sudah cukup bisa menjadikan pengingat... Dimulai dari Sabtu 17 Agustus. Bertepatan Hari Kemerdekaan, si sulung kehilangan tasnya saat berenang di pantai bersama teman-temannya! Bukan pertama kalinya mereka ke pantai berame-rame. Malah seminggu sebelum rencana keberangkatannya merantau untuk kuliah dia kehilangan smartphone, kaca mata, dompet berisi kartu-kartu pentingnya! Secara logika, pembuatan kartu identitas membutuhkan waktu 2 minggu. Kartu kredit membutuhkan 5 hari kerja. Sedangkan saat itu hari Sabtu. Dan bank tempat dia memiliki rekening tutup hari Senin! Baiklah... Dia masih bisa ke luar kota dengan surat pernyataan

Menu Lebaran

Hari ini sudah Lebaran di Prancis. Lebih cepat sehari dibanding Indonesia. Pesan-pesan Hari Raya berdatangan. Kebanyakan diikuti dengan pertanyaan "Masak apa?", "Bikin opor?", "Ada ketupat?", atau sejenisnya. Dan jawabannya? Tentu saja tidak!... 😝 Sejak berumah tangga 19 tahun yang lalu, saya tidak pernah memasak di hari pertama Idul Fitri. Pasalnya, di hari-H kami biasa ke Marseille untuk sholat Id bersama masyarakat Indonesia di KJRI. Karena itu, di hari Lebaran, saya mengandalkan menu dari KJRI saja!... 😜 Pulang ke rumah, sudah sore, sudah capek, paling masak steak yang praktis dan sederhana. Atau pesan pizza. Kalau pas beruntung, bisa menu spesial; Indomie! Secara Indomie termasuk barang langka dan selama puasa Ramadhan kami menahan diri untuk tidak mengonsumsi mie instant!... πŸ˜… Hari ini kami tidak bisa ke Marseille. Tapi saya tetap mempertahankan tradisi tidak masak-masak di hari-H. Untuk makan malam? Sepertinya steak kambing saja... πŸ˜‹ Ini

Menginap di Rumah Sakit

Jejak kemaren sebenarnya sebagian besarnya sudah saya tulis beberapa hari sepulang dari rumah sakit. Agar tidak lupa... Dan benar saja; saya sudah mulai lupa detil selanjutnya... Seingat saya, saya tidur nyenyak dan bangun subuh. Sholat berbaring. Saya dilarang bangun. Nanti, dibantu. Harus pelan-pelan. Baiklah... Saya dijatah sarapan air hangat dan air rebusan sayur. Jelas, tidak enak!... Saya lupa detilnya bagaimana. Agak siangan, dokter yang mengoperasi saya datang memeriksa dan menawari saya untuk pulang atau tinggal, sedangkan bangun dari tempat tidurpun saya belum diijinkan! Saya meminta menginap di rumah sakit saja dulu semalam lagi. Daripada pulang dan malah merepotkan orang rumah... LaΓ―la datang menengok sebelum pulang dari jaga malamnya. Dan entah mengapa, hari itu ada beberapa teman yang menelepon padahal tidak biasanya. Saya memang tidak berkabar. Selain merasa tak perlu, tapi juga karena memang sangat mendadak. Seorang sahabat menelepon untuk mampir ke rum

Usus Buntu

Hari ini, setahun yang lalu... 10h00 Ruang tunggu dokter. Setelah sakit di perut tak tertahan lagi, setelah suami menyatakan ambil cuti menjaga anak kami, saya berangkat berkonsultasi. Dokter langganan, atau tepatnya sekretaris dokter langganan saya paksa untuk menerima saya pagi. Dokter memanggil saya masuk 30 menit dari janji. Standar. Langsung saya sampaikan keluhan. Langsung disuruhnya saya naik ke kasur pemeriksaan. Usus buntu. Atau mungkin batu empedu? Melihat sensitifnya perut saya, dokter menyuruh saya tes darah, tes urine, dan USG. Siang itu juga! Di depan saya, dia mencoba menelepon rekannya ahli USG. Tanpa hasil. Saya disarankan untuk ke UGD di rumah sakit. Saya bilang, konsultasi dulu dengan suami, untuk membahas penjagaan anak kami. Dokter sepakat akan menelepon saya setengah jam kemudian untuk memastikan... 11h10 Sampai rumah. Suami bilang oke untuk memperpanjang cutinya sampai sore. Saya menunggu telepon bu dokter sambil baringan. Tak terasa keti

Delapan Belas

Anakku, Kalau kami menuntutmu untuk memaksimalkan usahamu, mungkin karena kami menyesal telah terlalu santai di masa lalu... Kalau kami mendesakmu untuk lebih mengembangkan potensimu, mungkin karena dulu kami tak memiliki kesempatan seluasmu... Kalau kami memintamu berpikir lebih dalam saat menentukan pilihan, mungkin karena kami pernah salah mengambil keputusan… Maafkan kami yang kadang lupa diri, menjadikanmu sebagai perpanjangan dari mimpi-mimpi kami sendiri… Apapun pilihanmu, percayalah bahwa kami akan berusaha sekerasnya untuk mendukungmu… Kami hanya mengingatkanmu untuk selalu berhati-hati dalam bersikap, berucap, dan berlaku, baik dalam keseharian di dunia nyata maupun di dunia maya, agar tak ada penyesalan di kedepannya… Kami hanya mengingatkanmu, untuk selalu menjadikan jalan-Nya sebagai petunjuk hidupmu... Apapun pilihanmu, yang kami mau adalah bahagiamu... Penuh cinta, Mama