Bahasa Menunjukkan Bangsa
Hari-hari di mana si Butet ada acara klub di sekolah saat jam makan siang, saya membawakan makan siangnya untuk disantapnya di dalam mobil. Tak mungkin pulang untuk makan. Tiga puluh menit hanya cukup untuk perjaanan bolak-balik sekolah-rumah-sekolah saja...
Seperti hari itu. Butet duduk di belakang menyantap nasi gorengnya sambil ngobrol dengan saya yang tetap di kursi pengemudi...
Tiba-tiba seorang laki-laki datang. Rupanya salah seorang pekerja yang melakukan renovasi sekolah. Dia menyapa dengan "Bonjour, madame" lalu menyerocos dengan bahasa Arab!
Saya pun mengulas senyum dan menjawab, "Pardon. Excusez moi, mais ..."
Dia mengerti dan mengulangi permintaannya dengan menggunakan bahasa Prancis. Dia minta saya memundurkan mobil saya agar truknya bisa diposisikan lebih pas dengan tempat kerjanya. Oke. No problem!...
Bukan soal memundurkan mobil yang kemudian dipermasalahkan oleh si Butet. Tapi bahwa si bapak asal bicara dengan bahasa Arab karena melihat saya berjilbab!
"Kok bisa, menganggap perempuan berjilbab pasti Arab sih?" ujarnya gusar.
Saya tertawa. "Ya kan dia tidak melihat dari dekat." kata saya mencoba menjustifikasi.
Saya pun teringat pada kejadian yang mirip, dan malah lebih parah! Saat itu seorang ibu yang mengajak saya bicara dengan bahasa Arab. Saya pun menjawab "Désolée, je ne comprends pas". Maaf saya tidak mengerti...
Bukannya menjelaskan dengan bahasa Prancis, si ibu malah marah-marah, "Ce n'est pas parce que tu es née en France alors tu ne parle que français. Il faut garder ta langues d'origines, comme même!" Bukan karena lahir di Prancis lalu hanya bisa berbahasa Prancis. Kamu harus tetap bisa berbicara bahasa asalmu. Begitu katanya...
Ya saya jawab saja ,"Mais je parle toujours couramment indonésienne!" Saya masih bisa berbahasa Indonesia dengan lancar kok! Tentunya dengan tersenyum...
Dan ibu itupun jengah sendiri. Padahal saya belum bilang kalau saya juga masih bisa berbahasa Jawa ngoko, krama alus, dan krama inggil, plus berbahasa Inggris meskipun tidak selancar bahasa Jawa saya!... 😜
Seperti hari itu. Butet duduk di belakang menyantap nasi gorengnya sambil ngobrol dengan saya yang tetap di kursi pengemudi...
Tiba-tiba seorang laki-laki datang. Rupanya salah seorang pekerja yang melakukan renovasi sekolah. Dia menyapa dengan "Bonjour, madame" lalu menyerocos dengan bahasa Arab!
Saya pun mengulas senyum dan menjawab, "Pardon. Excusez moi, mais ..."
Dia mengerti dan mengulangi permintaannya dengan menggunakan bahasa Prancis. Dia minta saya memundurkan mobil saya agar truknya bisa diposisikan lebih pas dengan tempat kerjanya. Oke. No problem!...
Bukan soal memundurkan mobil yang kemudian dipermasalahkan oleh si Butet. Tapi bahwa si bapak asal bicara dengan bahasa Arab karena melihat saya berjilbab!
"Kok bisa, menganggap perempuan berjilbab pasti Arab sih?" ujarnya gusar.
Saya tertawa. "Ya kan dia tidak melihat dari dekat." kata saya mencoba menjustifikasi.
Saya pun teringat pada kejadian yang mirip, dan malah lebih parah! Saat itu seorang ibu yang mengajak saya bicara dengan bahasa Arab. Saya pun menjawab "Désolée, je ne comprends pas". Maaf saya tidak mengerti...
Bukannya menjelaskan dengan bahasa Prancis, si ibu malah marah-marah, "Ce n'est pas parce que tu es née en France alors tu ne parle que français. Il faut garder ta langues d'origines, comme même!" Bukan karena lahir di Prancis lalu hanya bisa berbahasa Prancis. Kamu harus tetap bisa berbicara bahasa asalmu. Begitu katanya...
Ya saya jawab saja ,"Mais je parle toujours couramment indonésienne!" Saya masih bisa berbahasa Indonesia dengan lancar kok! Tentunya dengan tersenyum...
Dan ibu itupun jengah sendiri. Padahal saya belum bilang kalau saya juga masih bisa berbahasa Jawa ngoko, krama alus, dan krama inggil, plus berbahasa Inggris meskipun tidak selancar bahasa Jawa saya!... 😜
Comments
Post a Comment