Pertemuan Wali Murid

Kali ini gantian cerita tentang Butet. Bukan tentang Butet sendiri sih. Tentang pertemuan guru dan wali murid yang diadakan sekolah tiap awal tahun ajaran. Ada dua cerita. Kebetulan keduanya terjadi saat saya menghadiri pertemuan sebagai orang tuanya Butet saat di collège, SMP Prancis yang setingkat kelas 6 sampai kelas 9...

Saat Ucok collèege, tak ada cerita lucu kah? Mungkin ada. Tapi saat itu selalu suami saya yang hadir. Dan memang lebih praktis dia yang hadir sementara saya tetap di rumah, menjaga anak-anak yang relatif masih kecil, dan menyiapkan makan malam, kan!?...

Cerita yang pertama sudah sempat saya tuliskan di Facebook untuk hari ke-2 tantangan Sinergia ARTmazing Challenge yang ke 24, 25 September 2018. Namun di sini saya ubah sedikit biar lebih asik dan memenuhi kuota KLIP yang minimal 400 kata... Eh?... Hehehehe...

Nggak deng... Saya tak masukkan cerita pertama juga sudah masuk kuota kok! Cieee... Lagi pula ketimbang salah hitung dan nanti ditagih di akhirat karena masukin tulisan lama ke dalam perhitungan setoran... Apasih?... Hihihihi... 😁

Cerita 1 : Terlalu Cepat Membaca

Cerita pertama terjadi saat saya mengikuti pertemuan wali murid dengan guru-guru saat Butet masuk 6e. Ya, guru-guru. Karena kami tidak hanya bertemu dengan wali kelas saja. Hampir semua guru bidang studi yang mengajar di kelas Butet bergiliran datang memperkenalkan diri dan memaparkan programnya selama satu tahun ke depan.

Setelah perkenalan dan pemaparan, para wali murid diberi waktu untuk mengajukan pertanyaan, bila ada. Ada guru yang singkat, padat, lalu bergegas pindah kelas, ada guru yang santai berpanjang-lebar…

Seperti guru Bahasa Prancis. Dari awal dia sudah mengaba-aba, “Banyak yang akan saya sampaikan kepada bapak dan ibu semua.” Dan memang banyak. Panjang, lebar, detil. Beberapa wali murid tekun mendengarkan dan membuat catatan, beberapa yang lain berisik ngobrol berbisik-bisik, bahkan pada saat sesi tanya-jawab!...

Saya sendiri termasuk yang tekun. Bukan apa-apa... Dengan kemampuan bahasa yang terbatas, diperlukan konsentrasi lebih untuk menangkap, kan!? Apalagi duduk di belakang, dalam ruangan yang tidak sepenuhnya tenang...

Di sesi guru Bahasa Prancis, saya meminta penjelasan tentang tiga buku yang diminta dalam daftar bacaan wajib…

“Kapan batas akhir penyelesaian ketiga buku tersebut?” tanya saya setelah dipersilakan.

“Kita akan membahas satu per satu bukunya di kelas. Nanti akan saya beritahu anak-anak batas waktu untuk masing-masing bukunya,” jawab Bu Guru.

“Anak saya bingung karena sudah selesai membaca buku pertama. Apakah bisa melanjutkan ke buku berikutnya, atau lebih baik mengulang untuk memperdalam bacaannya?” sambung saya lagi.

Tiba-tiba ruangan menjadi lengang. Tak terdengar lagi bisik-bisik kasak-kusuk para orang tua dengan tetangga duduknya. Semua kepala menoleh ke saya…

Ups!

Sampai rumah, saya sampaikan ke putri saya, kalau ada kemungkinan bahwa keesokan harinya teman-temannya bakal cerita tentang kepanikan para ortu yang menuntut mereka untuk segera menyelesaikan bacaan wajib Bahasa Prancis!… 😅

Cerita 2 : Maaf, Tapi Siapa Anda?

Yang ini terjadi saat pertemuan dengan guru-guru di 5e. Kebanyakan orang tua sudah terbiasa. Beberapa guru sudah kami kenal. Dan guru-guru pun sepertinya berpikiran sama...

Banyak yang masuk kelas cepat-cepat saja. Tak berpanjang lebar. Apalagi memang mereka harus keliling ke kelas lain. Dan mungkin lebih meluangkan waktu untuk berpanjang lebar saat melakukan pemaparan di kelas-kelas 6e saja...

Orang tua pun tak banyak bertanya. Sudah terbiasa dengan sistem yang ada. Yang penting sedikit mengenal sang guru, dan mendapatkan informasi mengenai agenda besar, jika ada. Study tour, misalnya...

Seorang ibu guru masuk tergopoh-gopoh. Meletakkan tasnya dan menyapa bonjour. Tanpa memperkenalkan diri, dia langsung berpanjang lebar memaparkan programnya...

Saya bertanya-tanya dalam hati; ini siapa? Guru apa? 

Saya tengok kanan-kiri, terlihat beberapa orang tua siswa tampak bingung juga. Tapi kami tetap diam mendengarkan dengan sopan...

Bu guru memaparkan bahwa tahun itu, kelas akan membahas tentang masa prehistorik sampai abad pertengahan. Ah, guru sejarah, sepertinya, pikir saya... Eh, tapi bukannya wali kelasnya guru Histoire-Geographie (sejarah dan geografi)?

Begitu bu guru selesai pemaparan dan menawarkan jika ada pertanyaan, seorang bapak langsung mengangkat tangan dan bertanya, "Maaf, tapi Anda ini siapa?"

Seluruh ruangan tertawa. Terasa ada kelegaan bahwa ternyata tidak hanya dirinya yang bingung. Sepertinya banyak yang berpikiran sama dengan saya; apakah ini guru yang sudah mengajar tahun lalu tapi saya tak kenal?

Bu guru sempat bengong sesaat sebelum balik bertanya sambil tertawa, "Tadi saya belum perkenalan ya!?"

Ternyata bu guru adalah guru bahasa Prancis. Memang program sekolah di Prancis selalu berkaitan satu sama lain. Di tahun belajar tentang abad pertengahan, semua mengambil unsur sejarah itu untuk diterapkan sesuai bidang ilmunya. Untuk pelajaran bahasa misalnya akan mengambil bacaan dari jaman itu...

Pelajaran matematika dan fisika memasukkan unsur abad pertengahan ke dalam soal ceritanya juga. Mungkin hanya pelajaran olah raga yang tidak nyambung... 😄

Penyebaran Cerita di Kelas

Tahun ini Butet naik ke 3e. Kelas 9. Tahun terakhir collège. Lalu mana cerita dari 4e? Tak ada cerita lucu kah?

Kebetulan pertemuan untuk kelas 4e dihadiri oleh suami saya. Saat itu sudah pandemi. Suami saya tak tega meminta saya menghadiri pertemuan di ruang tertutup, bermasker selama berjam-jam. Di musim panas, pula! Karenanya, dia sengaja mengosongkan sore di hari kerja itu untuk menghadiri pertemuan...

Suami saya sempat cerita ada yang nyeletuk iseng saat guru physique-chimie (fisika-kimia) melakukan pemaparan. Kurang lebih bapak orangtua murid itu mengomentari bahwa pelajarannya très physique, alors? yang secara literal membutuhkan banyak kekuatan fisik...

Pasalnya, pak guru ini terlihat sangat sportif. Badannya kecil tapi berotot. Suami saya bahkan pada awalnya mengira bahwa beliau guru olah raga!

Di pertemuan itu, pak guru ramah di hadapan orang tua murid. Padahal kata Butet, di kelas beliau cukup killer!

Cerita keramahan guru saat pertemuan wali murid ini menyebar di kelas dan menjadi perbincangan. Ternyata tak cuma kami yang suka berbagi cerita dengan anak-anak, orang tua lain juga demikian...

Tapi asik juga. Ada bagi-bagi cerita. Karena ada saja yang kadang lupa kami ceritakan. Yang kemudian jadi diingatkan karena Butet mendapatkan cerita dari temannya...

Cerita apa yang bakal ada di pertemuan 3e nanti? Kita lihat saja ya... Semoga pertemuan tetap menyenangkan meskipun untuk kelas yang harus serius menghadapi ujian akhir!... 😉


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah