Perjalanan Bela Bangsa

Kalau tidak menghitung perjalanan berpesawat menuju Swedia musim panas 2021 lalu --yang setelah itu kami terpisah karena Ucok sibuk dengan urusannya sendiri dan praktis tak bisa ikut jalan-jalan sekeluarga--, perjalanan kami ke Paris Februari 2020 adalah perjalanan berempat kami yang terbaru. Itupun, apa bisa disebut jalan-jalan? Sementara tujuan utamanya adalah persiapan pindah rumah yang belum terealisasi hingga saat ini?...


Untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Februari yang bertema Pengalaman Travel yang Berkesan ini, saya mau cerita tentang perjalanan bertiga saya, suami, dan Butet ke Paris bulan Oktober 2021 lalu. Kebetulan belum sempat tercatat runut, dan memang itulah jalan-jalan ke luar kota kami yang terkini...

Berpesawat Berdua Butet

Kami ke Paris selain memanfaatkan libur sekolah musim gugur, juga karena suami harus bekerja di kantornya saat itu. Lumayan kan, ada satu tiket yang dibiayai kantor dan hanya perlu membayar 2 tiket pesawat untuk saya dan Butet saja?

Jadilah perjalanan pertama bertiga ini juga perjalanan berpesawat berdua saya dengan Butet untuk pertama kalinya. Terpisah dari suami, meski pulangnya di saat yang hampir bersamaan. Lho?

Pasalnya, seperti setiap kali merencanakan jalan-jalan, kami berusaha menekan budget. Kami mencari tiket yang paling murah. Tiket suami yang dibayari oleh kantor sih tidak masalah soal harga. Tergantung jadwal yang enak saja. Masalahnya, sebelum ke Paris dia harus ke Toulouse dulu. Yang mana, hanya dilayani oleh Easyjet dari Nice. Pas mau beli untuk saya dan Butet, yang murah ternyata Air France! Pulang-pergi!

Perginya sih wajar, karena toh memang suami sudah di Paris. Pulangnya, dengan penerbangan yang berbeda beberapa menit saja, kami berpisah di bandara Paris dan baru berkumpul lagi di bandara Nice!

Menginap di "Hotel Atlet"

Kalau biasanya kami mencari hotel di kota, kali ini beda. Kami mengambil hotel dekat Stade Pierre de Coubertin. Memang selain liburan sekolah yang memanfaatkan business trip suami, kami ke Paris untuk menonton French Open Badminton!

Stade Pierre de Coubertin merupakan lokasi pertandingan. Suami, yang ngefans berat bulu tangkis, memilih hotel ini bukan hanya karena kepraktisan kedekatan dengan lokasi. Tapi juga memperbesar kemungkinan untuk bertemu atlet. Ya! Sebelumnya dia cari-cari info dulu di mana para atlet biasa menginap. Niat, kan!?...

Dan benar saja! Dari datang, baru juga check-in, kami langsung bertemu dengan Fajar Alfian dan Hendra Setiawan! Sayangnya, karena cepat-cepat tak mau terlalu mengganggu mereka dan kualitas hp yang butut, kami tak sempat mengambil foto yang bagus...

Kami berpapasan dengan beberapa atlet internasional lainnya. Sempat menunggu taksi bersama keluarga Popov tapi segan mau minta foto dan kemudian menyesal sesudahnya. Sempat berfoto bersama Yamaguchi Akane saat belanja di swalayan dekat hotel yang kemudian membuat Butet ngefans berat sampai ingin bergabung dengan klub bulutangkis yang sayangnya belum terlaksana sampai saat ini...

Pemandangan ke arah Parc des Princes dari teras kamar hotel kami
yang tak terfungsikan karena hujan sepanjang weekend

Jangan salah! Hotel kami tak semahal itu. Kami memesannya dengan harga internet. Melihat harga yang tertera di front desk, rasanya puas sekali!... Meskipun ternyata belakangan kami dapati para atlet menginap di versi apartemen yang terletak di sebelah versi hotel yang kami inapi. Pantas saja penuh. Tapi toh, lebih murah versi hotelnya juga sih...

Suporter Penuh Perhitungan

Kami datang ke Paris tanpa pegang tiket pertandingan. Kami masih ragu kapan mau menonton. Harga tiket kan lumayan juga. Dan kami meragukan penampilan timnas Indonesia!

Bukan apa-apa. Timnas saat itu baru saja memenangi Thomas Cup. Tak yakin bakal menurunkan atlet-atlet handalan di French Open. Kalau yang diturunkan bukan handalan, atau yang handalan turun tapi sekedarnya saja, apakah bakal sampai ke tahap final? 

Dan benar saja. Tak ada Ginting atau Jojo, misalnya. Tapi kami cukup senang masih ada jagoan-jagoan dari ganda putra...

Kami yang sampai Paris hari Jumat pun berpikir untuk harus menonton perempat final. Biar bisa nonton banyak. Bisa menonton pertandingan atlet bulu tangkis ternama secara langsung. Mumpung masih banyak atlet Indonesia juga. Biar ga rugi bandar. Karena tiket dijual per setengah hari. Bukan per pertandingan...

Ragu mau membeli sekalian paket weekend atau hari itu saja. Tapi kami ingin menyempatkan jalan-jalan di Paris juga. Meski akhirnya tak tercapai...

Kami hanya sempat jalan-jalan tak jelas di sekitaran Grands Boulevards. Sejak pandemi, untuk ke museum harus memesan tiket yang terbatas alokasinya terlebih dahulu. Dan kami tak dapat tempat, sampai hari Minggu. Sedangkan kami harus pulang Senin pagi-pagi sekali. Demi tiket murah, tentunya!...

Perempat final pasangan Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardian
melawan ganda dari Jepang

Saya ingat saat Jumat sore memasuki ruang pertandingan, pas menjelang ganda putri terakhir Indonesia disingkirkan. Kami menonton sampai tengah malam. Masih ada Rhustavito dan dua tim ganda putra Indonesia yang akan bertanding. Terasa manfaat penginapan tinggal selemparan batu saja...

Semi final Sabtu, hanya suami yang nonton. Tinggal dua tim ganda putra yang lolos. All Indonesian semi final. Saya dan Butet bukan fans berat olah raga. Biarkan suami nonton sendiri. Toh sudah pasti Indonesia lolos ini!... Tak perlu menunggu hasilnya, kami langsung beli tiket final hari Minggu untuk bertiga!...

Bangga Indonesia!

Untuk final, kami beli tempat yang termahal. Tak apa hanya satu tim Indonesia di final. Setelah pengalaman menonton perempat dan semi final di kelas 2, kami ingin menonton aksi pebulutangkis tingkat dunia dengan lebih nyaman. Meski jelas itu tak ada jaminan. Kelas tiket hanyalah menunjukkan lokasi tribun. Tempat duduknya tetap tanpa penomoran!...

Saat kami datang, gedung sudah cukup banyak orang. Kami mendapat tempat agak di tengah tribun bawah. Kami lihat ada keluarga Indonesia agak di depan. Selain itu ada rombongan yang membawa bendera Indonesia di tribun atas kelas 3. Sepertinya anak-anak mahasiswa...

Menjelang pertandingan final ganda putra, penonton berganti. Ada yang keluar, ada yang datang. Ada yang berpindah tempat. Termasuk dua orang perempuan muda yang tadinya sempat saya lihat di belakang, yang mengambil tempat di depan kami. Kami saling menyapa. Mahasiswa Indonesia. Mahasiswa kaya, melihat cara berpakaian dan aksesoris mereka. Dan bahwa mereka membeli tiket kelas 1... 😜

Banyak penonton mendesak masuk ke tribun bawah. Bergerombol dekat pintu masuknya atlet ke lapangan. Suporter Indonesia!

Sempat sungkan terhadap suporter lain yang terlihat kalem-kalem saja di pertandingan-pertandingan sebelumnya. Tapi ternyata, saat tim Indonesia masuk lapangan, semua suporter jadi berubah karakter!

Yang tadinya sekedar tepuk tangan atau sekali-kali berseru, jadi ikut-ikutan heboh. Tak cuma pendukung Indonesia, namun juga pendukung tim Korea Selatan. Semua rame. Tapi tetap sportif. Tepuk tangan di setiap poinnya. Tetap sopan. Kembali duduk manis, begitu pertandingan dimulai...

INDONESIA!!! πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘

Ayo Marcus!!!

Ayo Kevin!!!

Rasa hangat menjalar di seluruh tubuh. Dada rasanya penuh. Mata berbinar. Tak cuma saya dan suami yang lahir dan besar di Indonesia, Butet yang lahir dan besar di Prancis pun terlihat semangat. Ikut bersorak, bertepuk tangan menyuporteri atlet Indonesia. Meski tak mau ikut-ikutan teriak-teriak norak seperti mamanya, dia ikut sedih saat Minions kehilangan poin, dan ikut gembira di setiap raihan angka... 

♪♪ Garuda di dadaku
Garuda kebanggaanku
'Ku yakin hari ini pasti menang ♪♪

Walau akhirnya mereka tak meraih juara pertama, kami tetap sangat bangga! 🀩

Penyerahan hadiah untuk ganda putra

French Open 2022?

Setelah dua puluh tahun tinggal di Prancis, akhirnya kami bisa menonton langsung perjuangan para pahlawan bulutangkis bangsa! 

Memang Cannes-Paris tidaklah dekat. Meski jarak 900 km itu bisa ditempuh dalam 1 jam berpesawat atau 5 jam dengan si TGV kereta cepat. Atau mungkin memang niat kurang kuat?...

Yang jelas kami puas. Kami senang bisa menyuporteri para atlet Indonesia secara langsung. Melihat aksi mereka secara langsung itu sungguh menakjubkan. Kekuatan smash, lompatan, dan gerak lincahnya. Belum lagi suasananya yang sungguh-sungguh memompa rasa cinta bangsa...

Jadi begitulah perjalanan kami demi membela bangsa alias perjalanan untuk menjadi suporter tim Indonesia di French Open! Mohon maaf buat yang mungkin berharap membaca cerita tentang kami berkompetisi atas nama bangsa, atau bahkan berperang entah di mana dan untuk apa... 😁

Kami berniat untuk kembali lagi di kompetisi-kompetisi mendatang. Semoga kesampaian. Semoga sudah tanpa masker biar bisa lebih bebas teriak-teriaknya. Tapi nanti kami mau lebih siap lagi dengan berbekal aksesori dan bendera Indonesia!... 😎


Comments

  1. Ini nih salah satu bucket list, bisa nonton pertandingan olahraga level internasional secara live. Seru Fi sharingnya.

    ReplyDelete
  2. Teh Alfi, kebayang pasti seru banget. Garuda di dadaku, Indonesia keren banget emang.

    Tapi aku ga kuat nonton live pertandingan olahraga, deg-degan banget pasti. Kaya waktu final Olympic yang ganda putri, itu aku sempat ga berani nonton haha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha... Emang tegang sih... Tapi seneng. Bangga banget padahal bukan diri sendiri yang tanding... 😁

      Delete
  3. Wahhhh Mba Alfi, pengalaman yang langka dan pastinya luar biasa memorable. Bisa menyaksikan secara langsung pertandingan bulutangkis kelas dunia, ditambah Indonesia memiliki anak bangsa yang hebat dan terdepan di bidang olahraga ini. :)

    Mba Alfi, Butet itu nama putrinya ya? Ucok, nama putranya?

    Jadi, akan pindah ke Paris ya Mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ucok dan Butet itu penamaan di dunia maya saja. Untuk tidak menyebutkan nama aslinya. Dalam rangka menjaga privasi anak... πŸ˜‰
      Soal pindahan? Entahlah. Jalani saja lah... πŸ˜…

      Delete
  4. Kebayang serunya teh. Kalau ada disitu memang jiwa keindonesiaannya terbakar lah ya

    ReplyDelete
  5. perjalanan berharga teh Alfi juga untuk Butet pasti senang ya langsung on the spot liat pertandingan ini.
    salam jalan-jalan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya itu pertama kalinya melihat Butet benar-benar mengungkapkan rasa bangga sebagai orang Indonesia deh... 🀩

      Delete
  6. Kalau nonton langsung di stadion, tuh, ibarat jadi saksi mata ya, teh hehe.. Atmosfernya juga beda. Emosi yang terasa jadi berlipat-lipat pastinya daripada nonton lewat layar 🀍.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apalagi kami ga punya tivi. Eh?... Hihihihi... Tapi bener, bisa merasakan atmosfernya itu beda banget... 😍

      Delete
  7. Astaga... aku ikut merasakan gegap gempita tempat pertandingan bulutangkisnya dari tulisan ini. Padahal aku bukan orang yang suka nonton acara olahraga apapun biasanya hehehhee. Emang beda ya kalau yang menceritakan orang yang kita kenal.

    Eh btw, kalian emang mau pindah ke Paris? Bisa lebih sering nonton acara2 begini dong ke depannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, itu adalah dua paragraf yang terpaksa aku potong karena melebihi batas: tentang bahwa kl kami pindah Paris, mau nonton French Open setiap tahunnya!... 😁

      Delete
  8. Wahh seru banget mba bisa nonton pertandingan langsung disana yaaa, kebayang itu teriak-teriaknya pasti heboh πŸ˜„

    ReplyDelete
    Replies
    1. Butet bilang untung juga pake masker. Jadi bisa langsung ngumpet habis teriak! πŸ˜‚πŸ˜‚

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah