Self-rewarding, Self-loving


Seperti kebanyakan ibu-ibu (dan bapak-bapak?), sejak memiliki anak, prioritas diri berubah. Anak menduduki posisi di atas diri sendiri. Sulit memikirkan diri sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan anak terlebih dahulu...

Ayam atau daging tinggal sepotong, mau makan, nanya anak dulu. Camilan atau kue tinggal satu, meski kesukaan, tetap menawarkannya dulu ke anak... Jangankan untuk bikin janji ketemuan dengan teman, janji temu dengan dokter spesialis yang susah dapatnya pun harus mencocokkan dengan jadwal anak-anak terlebih dahulu!...

Saat soldes mau mulai kemarin, saya sudah berencana membeli ini-itu untuk diri sendiri. Mengganti kemeja yang sudah usang, cardigan yang ternyata tinggal dua yang layak dikenakan ke luar rumah dan warnanya biru tua semua, celana yang kesempitan, ... eh?... Hehehehe...

Tentu saja, rencana itu disusun dengan mempertimbangkan membeli terlebih dahulu pakaian untuk Butet yang pertumbuhannya masih pesat. Lalu menambah baju-baju hangat si Ucok yang kebetulan waktu itu sedang mudik...

Ya! Tetap anak-anak dulu!... Bahkan anak mertua pun ikut dipikirkan karena resleting jaketnya sudah rusak dan dia harus banyak melakukan perjalanan ke luar kota yang tentunya beriklim tak sebagus Cannes!...

Saat soldes tiba, memang langsung ke pertokoan. Tapi proses melihat-lihatnya lama. Milih-milihnya rumit. Berpikirnya panjang. Bukannya belanja buat diri sendiri, malah jadi beli gaun buat si Butet dan mantel panjang buat si Ucok di luar rencana! Yang akibatnya, jadi segan mau mengeluarkan uang lagi. Merasa sudah melampaui budget yang dipatok sendiri...

Sampai saat soldes hampir usai, saya masih belum dapat apa-apa! Akhirnya ya, belanja online! Itupun setelah didesak si Butet yang malu lihat mamanya pake baju itu-itu saja. Plus lirikan maut suami yang kesal karena saya kelamaan mikir, nggak cepat beraksi, tapi ngomongin terus!... Hahaha...

Tak cuma soal beli-beli. Hal-hal sederhana seperti menu masakan pun, suka ngalah sama selera anak-anak. Padahal siapa yang masak, coba ya? Siapa yang belanja juga?... AlhamduliLlaah suami saya gampang. Makan apa saja oke. Paling kalau kurang selera, nanti porsi ngemilnya yang diperbesar. Hadeuh!...

Terus terang, kalau soal menu itu malah suka membantu sih. Saya jadi nggak perlu pusing-pusing mau masak apa. Dan itu adalah penghematan tenaga yang cukup berarti. Nggak perlu banyak mikir, tinggal eksekusi. Apalagi kalau semua bahan tersedia. Setuju kan, ibu-ibu?...

Tentu saja ada masanya saya ingin menyenangkan diri sendiri. Meski tetap, standarnya menunggu saat anak-anak dan suami tak membutuhkan kehadiran saya...

Shopping bukan bidang ketertarikan saya. Apalagi fashion. Saya tipe praktis fungsional. Tak peduli mode... Kecuali ... shopping buku!... Naaaah...

Tapi tetap, lagi-lagi saya banyak tergoda lebih ke buku untuk anak-anak. Sulit sekali menahan diri. Contoh kecilnya ya seperti kemarin saat membeli katalog pameran. Sama sekali di luar rencana. Memang harganya lebih murah ketimbang tiket masuk sih. Tapi itu sudah termasuk shopping impulsif kan ya?...

Untuk buku bacaan Butet ini, saya sudah menerapkan jatah bulanan. Lebih untuk menahan diri saya sendiri, selain untuk mengendalikan anaknya. Kemarin saya jadi berpikir, kenapa tak ada jatah buat diri saya sendiri juga? Menjadwalkan sebulan sekali menyenangkan diri? Kenapa tidak?

Dan saya mulai dari bulan ini. Hari ini!...


Tadi, saat ke toko mencari buku La Faucheuse jilid 3 yang edisi pocket-nya dijadwalkan keluar hari ini untuk Butet --yang ternyata tidak tersedia dan harus dipesan--, saya membeli buku Abandonner un chat - Souvenirs de mon père otobiografi Haruki Murakami yang diilustrasi oleh Emiliano Ponzi, yang sudah saya lirik dan timbang-timbang sejak terbitnya bulan Januari lalu (dan tak tergoda untuk berubah pikiran, membeli buku lain lagi untuk Butet)!... 😍


Comments

  1. Klasik banget ya emang ibu-ibu itu merhatiin keluarganya yang utama. Bagian yang nyenengin diri malah lupa dan yang paling fleksibel digeser prioritasnya. Enjoy your book Fi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ma kasih teteh... 🤗😘
      Ini Scythe jilid 3 juga dah sampe nih. Tapi musti ngantri Butet dulu deng... 😁

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah