Stage 3e Butet : Hari Ke Tiga

Hari ini, dimulai dengan autotes. Butet mengerjakannya sendiri. Saya bahkan lupa sama sekali!... AlhamduliLlaah tetap negatif...

Saya pastikan Butet membawa makan siangnya, yang masih tetap siap di dalam tas bekalnya. Juga uang sakunya. Yah, siapa tau saja sandwich yang saya siapkan kemarin itu ternyata kering dan tidak enak dimakan kan!?

Kami berangkat 8.45, dan sampai di parkiran 9.10. Ternyata memang 25 menit cukup, untuk jalanan yang tidak terlalu padat. Cuma memang saya memilih datang agak lebih awal. Biar ada waktu bernafas dulu sebelum kembali menyetir pulang. Sendirian!

Saya antar Butet sampai pintu masuk kantornya. Kali ini saya tak menunggu. Segera kembali ke mobil dan berangkat pulang. Rabu pagi pengajian. Dari pembicaraan di wag yang sempat saya pantau, ada masalah untuk share file presentasi pembicara. Saya tak boleh terlalu telat!...

Hanya 20 menit cukup untuk sampai ke rumah dengan jalan yang lancar. Memang jalur saya adalah jalur pulang. Semua orang di arah sebaliknya untuk pergi bekerja. Lekas saya cek grup pengajian. AlhamduliLlaah sudah ada yang berhasil menangani. Tak urung saya menyiapkan file di laptop saya sendiri untuk jaga-jaga...

Dobel Cas Contact!

Saat pengajian mulai, datang SMS dari Butet: salah satu karyawan tempatnya stage positif Covid! Dan karyawan ini, satu tim dengan pembimbing stage-nya. Dan kebetulan, hari ini Butet dijadwalkan untuk belajar dengan tim tersebut!

Sambil co-hosting, menerima peserta, mute mic yang tak perlu, mengatur spotlight, saya berbalas SMS dengan Butet. Jelas sulit berkonsentrasi. Tapi saya beruntung mempunyai rekan tim yang efektif. Semua mengerjakan bagian tugasnya dengan sangat baik. Masing-masing bisa berkonsentrasi dengan bagian masing-masing. Dan semua berjalan lancar...

Perusahaan memutuskan untuk memulangkan semua karyawannya begitu diterima kabar tadi. Karyawannya tak banyak. Apalagi sebagian juga sudah wfh. Mereka biasa makan siang bersama. Termasuk Butet. Sampai kemarin...

Ternyata pembimbingnya mengirim kabar ke suami. Awalnya, sempat kami kira Butet bisa tetap di sana hingga akhir jam kerja. Deg-degan juga saat Butet tau-tau bilang kalau sudah di terminal. Padahal bus jurusan ke kota dari sana kami jarang sekali. Ada jeda hampir 2 jam kalau bukan pas jam sibuk. Dan tadi, Butet harus menunggu 45 menit di terminal!

Untung cuaca cerah. Matahari hangat. Tak masalah menunggu di luar juga. Meski tetap saya pantau karena Butet tidak kenal daerah itu dan belum penah naik bus luar kota sendirian!

Jadi ingat tadi pagi saya sempat berpesan, kalau memang dia mau pulang sendiri, coba minta antar ke terminal bus saja. Dari sana ada bus langsung ke rumah yang biasa dinaiki papanya ke kantor dan abangnya ke kampus dulu. Masalahnya, kantor tempat stage Butet terletak di daerah agak terpencil. Dari kantor ke terminal cukup jauh dan tak ada kendaraan umum ke sana...

Kami membicarakan itu sambil bercanda. Pasalnya Butet merasa malas pergi stage hari ini. Apalagi biasanya hari Rabu dia sekolah hanya setengah hari. Katanya pengin pulang saja saat makan siang seperti biasa. Makanya saya bilang begitu. Eh, benar-benar kejadian!...

Saya baru bisa tenang saat Butet buka pintu. Dia cerita bahwa pembimbingnya sebenarnya mau mengantarnya sampai rumah. Tapi tak perlu lah. Biar sekalian belajar. Lagipula, Butet merasa tak aman bermobil berlama-lama dengannya. Kan dia lebih banyak kontak dengan yang positif tuh, begitu alasannya!...

Sudah dinyatakan sebagai cas contact karena sahabatnya, Butet tak perlu melakukan tes lagi. Apalagi dia sudah antigen hari Senin dan autotes tadi pagi. Mungkin tak ada yang lebih meyakinkan kenegatifannya ketimbang Butet di seluruh perusahaan. Tapi tetap saja tidak menyangka akan ada kejadian dinyatakan dobel cas contact!

Protokol Stage

Kembali duduk di depan laptop yang masih aktif zoom, saya merasakan sakit kepala yang sangat. Memang saya sudah memerhatikan tabiat tubuh saya yang satu ini. Kepanikan yang tak termanfestasi, bukannya karena tidak ada. Tapi tersimpan, terpendam. Dan terekspresikan saat kepanikan sudah berlalu dalam bentuk sakit kepala!...

Enfin bref. Saya pamit dari zoom yang tinggal ngobrol santai. Pengajian sih sudah usai beberapa waktu sebelumnya. Tapi memang kami suka menyempatkan ngobrol santai sesudahnya...

Butet sudah dijadwalkan untuk video conference jam 2 siang. Saya harus segera menyiapkan makan siang. Stage jarak jauh, ceritanya? Masih belum jelas saat itu tadi. Dan itu yang saya laporkan ke sekolahnya melalui telepon...

Memang sekolah meminta orang tua untuk menelepon jika ada masalah dengan stage. Tidak hanya untuk bisa membantu menyelesaikan permasalahannya sendiri, ini berkaitan juga dengan koordinasi. Ada satu guru yang ditugaskan sebagai penanggung jawab setiap siswa yang stage. Dan sepanjang stage, akan ada satu waktu dimana guru ini akan mendatangi lokasi stage siswa. Sungguh tak efektif jika guru datang tapi siswanya tak di tempat kan!? Atau bahkan kantornya tutup?...

Sebenarnya saya tak harus menelepon sekolah. Pasalnya, sekretaris di perusahaan tempat Butet stage adalah putri dari petugas administrasi sekolah. Sebelum pulang, sekretaris sempat memberitahu Butet bahwa dia akan menelepon sekolah. Sekalian telepon ibunya, katanya... Dan memang, saat saya menelepon, ibu administrasi mengabarkan kalau anaknya, euh, sekretaris perusahaan, sudah menelepon...

Ibu administrasi meminta saya memberi kabar jika Butet menunda kelanjutan stage-nya ke waktu lain. Jika stage online, tidak perlu menelepon lagi. Sekolah membuka segala kemungkinan bentuk stage di masa pandemi ini, katanya...

Dengan adanya Butet yang tiba-tiba pulang, tentu saya tak siap dengan menu makan siang yang sudah saya pas untuk berdua suami saja. Tapi Butet masih punya sandwich! Saya makan sandwich saja. Daripada disimpan lagi juga. Butet lebih memilih nasi dan ayam oven ala Indonesia. Dan ya, sandwich-nya masih enak!...

Internship From Home

Butet video conference dua kali siang tadi. Sesudah usai, dia cerita bahwa pembimbingnya sudah menjadwalkan video conference untuk dua hari ke depan. Jadi kesimpulannya, Butet melanjutkan stage-nya secara jarak jauh...

Sayang juga sebenarnya. Pengalaman berinteraksi di dunia kerja tentu tak sama jika dilakukan secara langsung dibanding secara online. Tapi mungkin dalam perkembangan jaman sekarang ini, bekal pengalaman kerja jarak jauh jadi diperlukan juga?... 😏


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah