Jalan-jalan Tak Harus Mahal

Masih menyambung dengan tulisan kemarin tentang tantangan blogging dengan tema perjalanan yang berkesan...

Pada dasarnya, kami adalah keluarga yang suka jalan-jalan. Suka, bukan dalam artian sesering itu. Tidak setiap pekan ataupun bulan. Bukan pula setiap liburan. Bahkan kami termasuk yang suka sebel dengan postingan teman atau keluarga di Indonesia yang mengeluh nggak bisa ke mana-mana padahal ada long weekend!

Kesebelan kami tentu saja bukannya tanpa alasan. Di Prancis ada libur sekolah selama 2 minggu setiap pergantian musim. Selain libur musim panas yang panjangnya hampir 2 bulan! Dan kami, tidak hanya libur-libur musiman, beberapa kali harus menghabiskan sepanjang libur sekolah musim panas itu di rumah saja!

Saking sebelnya, saya sempat memposting kegiatan anak-anak, terutama Butet, sepanjang liburan. Untuk menunjukkan bahwa dua bulan bisa dimanfaatkan dengan cara lain, tanpa harus ke luar kota. Dan tidak selalu dengan gadget saja!...

Kembali ke jalan-jalan...

Setiap tahun kami menyempatkan ke luar kota. Hmmm... Tidak setiap tahun. Dua tahun sekali. Satu dari dua tahunnya kan ke Indonesia (baca: menguras tabungan) tuh!

Kalau tidak ke Indonesia, kami usahakan mengunjungi kota lain untuk berganti suasana. Tidak selama ke Indonesia, tentunya... Kami tak mau mengambil jatah tabungan biaya ke Indonesia dua tahunan kami untuk jalan-jalan ke tempat lain juga...

Baru saja sempat ngobrol sedikit dengan seorang teman. Dia yang sudah lama tinggal di Eropa, ternyata belum pernah sekalipun naik pesawat selain untuk ke Indonesia! Ke mana-mana mereka berkendara saja. Memang suami-istri memiliki SIM Eropa. Tidak seperti saya yang suami tak memiliki SIM Prancis, mereka bisa bergantian menyetir untuk perjalanan jauh...

Teman saya menanyakan apa tidak mahal?

Saya jawab tidak! Banyak promosi tiket pesawat dan kereta api jika kita jeli. Tentu saja kita harus memesan dari jauh hari. Tidak bisa dadakan pergi begitu saja...

Jangan salah! Jangan hanya melihat maskapai lowcost. Tak jarang harga tiket maskapai mayor justru lebih murah! Dan coba lihat kemungkinan harga kelas di atasnya. Sering ada promo lho! Kami pernah naik kereta kelas 1 yang saat itu lebih murah dari kelas 2. Lalu kemarin saat Ucok mudik, dia naik business class yang harganya lebih murah dari kelas ekonomi!

Untuk Prancis sendiri --untuk tidak menggeneralisasi-- kami lihat harga tiket dalam negri lebih bahal daripada tiket ke luar negri. Kalau kami sudah ke Italia berkali-kali, itu bukan hanya karena kota kami berbatasan dengannya. Bukan pula karena biaya hidup di sana lebih murah. Tapi karena memang harga tiket ke sana yang rata-rata lebih terjangkau ketimbang ke Bordeaux misalnya. Kota yang sudah lama ingin kami kunjungi tapi belum trcapai juga...

Akomodasi bagaimana?

Sampai saat ini kami baru sekali menggunakan AirBnB, yaitu saat harus mengungsi ada waktu renovasi kamar mandi. Selain itu kami menyewa kamar hotel atau apartemen dari platform pemesanan biasa. Cari promosi, tentunya!

Kalau kami suka jalan, itu tak cuma soal mengunjungi, tapi juga soal jalan kaki secara harfiah...

Karena tak membawa mobil dan tak mau menyewa mobil di tempat, kami biasa mengambil penginapan di kota. Agak lebih mahal, tapi kami menghemat biaya transportasi. Atau bensin dan ongkos parkir, kalau buat mereka yang bermobil. Dan biaya parkir di Eropa itu mahal! Itupun kalau mendapat tempat!

Soal makan, kami bukan tipe yang sulit. Dan di sinilah kami banyak berhemat...

Saat mengunjungi suatu kota, kami menargetkan ke restoran satu kali. Restoran lokal dengan menu lokal. Selain itu? Fastfood, food court, atau makanan supermarket. Atau kalau memungkinkan, masak sendiri! Yang mudah-mudah saja. Steak dengan pasta misalnya. Selain murah, juga tak sulit saat membersihkan dapurnya. Karena kalau dapur kotor, uang jaminan bisa melayang...

Saat di Tokyo yang kabarnya mahal, misalnya. Kami tinggal di hostel yang tentu saja tak ada dapur individualnya. Ada kamar mandi pribadi. Kenyamanan dan privasi memang penting untuk kami. Tapi ini lebih murah ketimbang hostel yang sempat banyak direkomendasikan oleh keluarga dan teman-teman Indonesia...

Kami makan "beneran" hanya saat malam saja. Itupun di food court. Menu sarapan, kami beli roti untuk seminggu. Siang kami makan onigiri dari mini market terdekat dengan tambahan karaage, kalau ada. Pernah bekal Indomie cup dari Indonesia kami buka. Ditemani kripik paru, enak juga. Dessertnya beli satu cup besar es krim yang dihabiskan berempat saat itu juga. Cukup...

Kami sempat ke restoran sushi sekali saja. Sempat juga membeli mochi dan dorayaki dari toko terkenal di Ginza. Untuk menegaskan bahwa kami tidak menderita meski dengan anggaran seadanya...

Sengaja ke Tokyo sesudah dari Indonesia. Tak ada beban oleh-oleh yang harus kami anggarkan. Bahkan suvenir anak-anak pun berasal dari uang saku yang diberikan nenek-kakeknya...

Memang oleh-oleh ini masih jadi beban untuk sebagian besar orang Indonesia. Tapi itu bahasan lain lagi saja ya!?... 😜

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah