Batal Julid

Kemarin saya bertelepon dengan seorang sahabat. Cerita ngalor-ngidul. Ngomongin orang? Jelas! Ghibah dong? Heu... Relatif!... Julid? Insya Allah enggak... 

Memang kami membicarakan tentang seseorang. Tapi lebih ke tidak mengertian kami akan sikapnya. Kami ingin memahami mengapa dia berlaku seperti itu. Dan kalau bisa, menemukan solusinya...

Kami berdua saling percaya bahwa apa yang kami dengar, berhenti di kami. Tidak akan ke mana-mana. Dan karena itulah kami merasa saling bebas bercerita...

Tapi bukan tentang orang ke tiga itu yang mau saya ceritakan hari ini...

Ngobrol sana-sini, tiba di satu titik di mana sahabat saya menceritakan tentang obrolannya dengan orang lain lagi. Seorang teman yang saya kenal juga. Tentang saya!

Teman itu menanyakan kabar saya. Sahabat saya menceritakan tentang petualangan pindahan saya yang belum jadi-jadi juga. Teman saya tahu mengenainya. Tapi tak banyak tahu perkembangannya karena dia sendiri pindah dan saya tak terlalu dekat dengannya...

Ternyata anaknya sekantor dengan suami saya! Di bagian yang berbeda. Teman itu berkomentar pasti gaji suami saya besar karena gaji anaknya yang baru lulus saja termasuk besar dibanding gaji pemula di perusahaan lain...

Dan sahabat saya menjawab jelas saja! Karena kami sempat hampir menyewa apartemen --yang akhirnya gagal karena lockdown-- yang harganya mahal! Dan dia menyebutkan angka yang 1000 euro lebih tinggi dari harga sebenarnya!

Buat yang belum tahu, untuk menyewa rumah di Prancis tidak bisa sembarangan. Ada batas standar maksimal harga sewa yang boleh diambil, yaitu sepertiga pendapatan penyewa!

Di sinilah boleh disebut bahwa gaji orang Prancis bisa ditebak. Ya, dari harga sewa rumahnya itu. Tinggal kalikan 3 harga kontrakan, bisa diperkirakanlah pendapatannya per bulan!...

Dan 1000 euros itu banyak sekali, kawan! Apalagi kalau dikalikan 3 kan!?...

Saya pun tertawa! Ngeri-ngeri sedap membayangkan apa yang ada di pikiran teman kami itu! Apalagi sahabat saya menambahkan pas banget gajinya naik. Makanya bisa tenang menyekolahkan Butet di sekolah swasta. Lalu juga pas banget bertepatan dengan berangkatnya si Ucok ke Swedia. Yang memang benar semua. Tapi ya, budget kami tak sebesar itu lah!... Hahaha...

Tapi itu tidak ada hubungannya dengan julid. Apalagi nyinyir. Mereka berdua, sahabat dan teman saya itu jauh lebih kaya material ketimbang kami. Dan mereka berdua orang sukses, berpendidikan. Mereka ikut bahagia saat kami juga berbahagia...

Saat sahabat saya memastikan kalau benar-benar bukan harga yang dia sebutkan, saya bilang aamiin saja...

---

Tulisan di atas tadinya mau diteruskan untuk diikutkan ke Tema Tantangan Mingguan KLIP yang minggu ini bertema Julid. Tapi batal...

Saat Butet pulang sekolah, dia mengajak ngobrol. Tak terasa sampai 2 jam lebih! Kami berhenti karena sudah dekat maghrib. Saya suruh dia segera menjamak sholat dhuhur dan asar sementara saya mandi untuk kemudian maghrib berjamaah...

Sudah lewat deadline untuk TTM. Dan saya kehilangan ide juga untuk melanjutkannya. Lupa mau nulis apa. Mungkin emang saya nggak boleh julid ya? Eh?... Hehehehe...

Ya sudah, jadi bahan setoran biasa saja lah ya... 😄


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah