Pelonggaran Protokol Pandemi Februari 2022

Jumat 25 hingga Minggu 27 hari ini diselenggarakan Festival International de Jeux di Palais des festivals Cannes. Tapi kami tak ke sana...

Mulanya Butet berminat. Masih bimbang mau bersama saya atau papanya, atau mengajak temannya. Sahabatnya yang baru pindah ke Cannes dua tahun yang lalu belum pernah ke sana. Tahun lalu, festival tak diadakan karena pandemi. Tapi akhirnya tak jadi pergi...

Butet merasa sepertinya sudah tak seasik dulu lagi mencoba-coba permainan dalam kategori keluarga. Namun belum berminat juga ke permainan kategori dewasa. Lagipula dia memang enggan sekali ke keramaian meski katanya pandemi di Prancis sudah mereda...

Setelah sejak 2 Februari pemakaian masker tak lagi diwajibkan di luar, mulai besok pemakaian masker di dalam ruangan yang mewajibkan sertifikat Covid juga tak lagi diperlukan. Museum, bioskop, restoran, ... sudah tak perlu bermasker lagi. Namun tetap harus bermasker di dalam transportasi umum...

Anak sekolah masih harus bermasker di dalam kelas. Mereka sudah bisa melepaskannya saat jam istirahat, di luar kelas...

Mulai 28 Februari, mereka yang dinyatakan cas contact tak lagi wajib tes 3 kali. Cukup tes satu kali saja, dua hari sesudah dinyatakan cas contact...

Hari ini, kami di rumah saja. Cuaca mendung sejak Kamis. Langit berawan seharian. Matahari sempat muncul sesekali. Tapi tetap saja, jam 4 sore sudah terasa gelap. Muram. Atau perasaan saya saja yang mungkin sedang muram?...

Memang sedang ada beberapa persoalan. Tapi tak perlu dicatat lah ya, sampai ada penyelesaian. Penyelesaian yang menyenangkan, tentunya! Semoga segera. Aamiin...

Seharian ini banyak saya habiskan dengan membaca. Dirasa-rasa, memang menonton drama itu mengambil waktu membaca. Buktinya, seminggu ini saya menghabiskan dua buku di iPusnas. Itu belum termasuk buku 13 à table 2022 yang saya baca di ruang tunggu, plus La Faucheuse : Le glas yang saat ini menjadi bacaan dalam bentuk buku fisik saya...

Semalam, sambil nonton The Voice, saya mencari-cari buku tentang menghambar di iPusnas. Untuk Butet tentunya. Sayangnya, daei beberapa percobaan, tak ada yang sesuai dengan selera kami. Terlalu banyak bla bla-nya. Teoriii saja. Dan mohon maaf, hasil gambarnya kurang apik. Tapi itu mungkin karena kualitas cetaknya juga sih ya...

Hasilnya, saya jadi tahu bahwa meminjam buku di iPusnas itu ada batasannya. Maksimal 5 buku per hari! Kemarin saya sempat mentok, tak bisa pinjam lagi...

Tapi karena kami tidur lewat tengah malam, saya bisa meminjam lagi. Hmmm... Saya belum yakin menangkap apakah per hari itu diperhitungkan dari tanggalan. Dan itu sesuai pewaktuan lokal aplikasi?

Sayangnya saya tak seiseng itu untuk mengubah pewaktuan tablet saya untuk mengetesnya...

Yang jelas, saya sempat meminjam 2 buku tentang menggambar lagi --yang lagi-lagi kurang sesuai dengan selera kami-- dan 3 buku fiksi untuk saya, yang dua di antaranya akan saya kembalikan sesudah 24 jam karena setelah membuka-bukanya, saya tak berminat membacanya...

Dua buku itu selain temanya yang kurang menarik, juga formatnya yang kurang nyaman untuk saya. Saya tak yakin apa nama formatnya. Tapi tak jelas batas halamannya. Padahal, format ini menawarkan kemungkinan mengganti ukuran teks yang tentunya merupakan fitur yang sangat bermanfaat...

Di laci buku iPusnas saya, tersisa Di Bawah Lindungan Ka'bah-nya Hamka, novel klasik yang belum pernah saya baca, yang ternyata hanya 91 halaman saja... 😏


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah