Perjalanan Akhir Februari 2020

Hari ini saya dan suami ke boucherie. Membeli daging dan beras. Tak lupa membawa attestation. Malamnya, seperti biasa, kami video conference dengan Ucok... 

Tepat setahun yang lalu, kami sedang berada di Paris. Kami tiba tanggal 26, dan bertolak tanggal 29. Tiga malam di Paris dengan seluruh biaya transport dan akomodasi tidak dari kantung sendiri. Sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan yang menerima suami sebagai karyawan barunya. Ya, perjalanan kunjungan kota yang masuk dalam moving package... Siapa sangka setelah itu kami belum bisa mengadakan perjalanan wisata lagi?... 😒

26 Februari

Kami berangkat menggunakan Air France. Di bandara, sempat ada insiden bagasi tak bertuan yang menyebabkan kami tidak bisa langsung masuk ke terminal keberangkatan. AlhamduliLlaah tidak menyebabkan keterlambatan bagi kami...

Berangkat dari Nice dengan cuaca cerah dan udara hangat, tiba di Paris dengan langit mendung dan cuaca dingin. Rupanya paginya sempat turun salju... 

Kami menuju kota menggunakan Uber. Sopirnya luar biasa ramahnya. Agak terlalu, malah... 😅

Check in di hotel agak bermasalah. Rupanya kantor memesan dua kamar. Dan tidak atas nama satu orang saja. Satu atas nama suami, satu atas nama saya. Padahal connected room... 

Kami makan siang di dalam kamar. Dengan mengirim Ucok dan papanya belanja ke monoprix yang tak jauh dari hotel. Sorenya baru kami jalan-jalan. Melihat-lihat 15e dan 16e arrondissement yang masuk dalam sasaran pencarian tempat pindah kami...

Kami makan malam di mall Beaugrenelle yang terletak di sebelah hotel. Cukup spesial, jalan-jalan di mall, mengingat kami orang kampung yang boleh dibilang hanya masuk mall saat mudik di Indonesia... 😜

27 Februari

Tanggal 27 kami berjalan-jalan ke Versailles. Mengunjungi kastil, sekaligus untuk melihat suasana kotanya. Versailles juga menjadi salah satu alternatif pilihan kota tujuan kepindahan di luar Paris...

Ucok sudah sempat ke Versailles sebelumnya. Namun hanya mengunjungi tamannya saja. Kali ini, kami rela mengantri di tengah hembusan angin kencang untuk bisa mengunjungi kastilnya. Berempat...

Di sini, kami mengalami evakuasi. Entah apa yang terjadi. Insiden teknis. Tak ada penjelasan lebih jauh. Sampai hari ini pun, kami tak menemukan penjelasannya di internet...

Semua pengunjung dikeluarkan dari kastil. Berkumpul di halaman, berusaha menepi semenempel mungkin dengan bangunan kastil. Agar tak tertiup angin yang berhembus kencang sekali...

Kami memutuskan untuk ke taman saja. Sambil berjalan menuju ke palais d'été. Tak mau menunggu untuk masuk lagi. Sudah cukup banyak yang kami kunjungi. Dan sebagian ruangan sudah diumumkan kalau sedang ditutup...

Angin masih kencang. Kami memilih berjalan di dalam taman-taman kecil, tidak di jalur utama. Ada jalan memotong juga. Tapi ternyata jalan terpotong karena ada jembatan yang hilang dari peta yang membuat kami memutar jauh...

Dan ternyata, hanya sebagian kecil ruangan Palais d'été yang dibuka untuk umum. Bagian yang menarik justru tutup... Kami sudah lelah. Tak kami lanjutkan perjalanan ke Hameau Marie Antoinette yang sebenarnya sudah dekat. Kami memilih jalan balik untuk pulang saja. Apalagi hari sudah menjelang senja...

28 Februari

Hari ini adalah agenda utama; mengunjungi kota yang kami jadikan pilihan utama untuk tempat tinggal selanjutnya; Saint Germain en Laye...

Di sana ada agen dari kantor yang membawa kami melihat sebuah apartemen. Kemudian kami dibawa dengan mobilnya keliling melihat suasana kota, letak sekolah, dan jalanannya yanh membuat kami jatuh cinta...

Selain Saint Gers, kami juga mengunjungi kota-kota di sekitarnya bermobil, sambil menuju ke Le Vesinet yang merupakan pilihan ke dua. Tenang, sepi, entah memang karena kota kecil sekali atau karena hari hujan. Anak-anak kurang suka karena sepinya itu...

Malamnya kami makan di sebuah bistrot di Paris. Menyusuri sungai Seine di waktu malam indah juga. Meski diwarnai kemacetan akibat demo di sekitaran Arc de Triomphe...

29 Februari

Penerbangan kami dijadwalkan sore hari. Ucok ada janjian dengan temannya yang kuliah di Paris. Bertiga, kami berjalan menuju menara Eiffel dari arah Champ de Mars. Lanjut ke arah Invalides dan Place de La Concorde sekalian melihat-lihat 7e arrondissement meski peluang cukup tipis, mengingat harganya yang lumayan... 🤑

Saat berangkat, langit cukup cerah. Pelan-pelan menggelap. Dan turun hujan tepat saat kami di sampai di Place de La Concorde. Tak ada tempat berlindung. Dan kami lupa di mana letak stasiun metro. Hujan es turun tepat saat kami menyeberang! Tidak cuma basah, namun sakit juga menerima butiran-butiran tajam di wajah... 😥

Kami menunggu hingga hujan agak reda. Berbasah-basah kami naik metro kembali ke hotel. Kami sudah chech-out, tapi masih menitipkan koper di sana. Berganti pakaian di sana, ke mall untuk makan siang, lalu bertolak ke airport. Ucok langsung ke airport dari tempat janjiannya...

Saat itu, covid sudah mulai masuk Prancis. Sudah ada korban meninggal saat kami sedang di Paris. Sudah ada yang panik mencari masker. Namun secara keseluruhan masih tenang. Semua masih berjalan normal. Baru terlihat personil airport yang mengenakan masker. Itupun tidak semua...

Perjalanan diawali dengan Ucok yang kejatuhan koper kabin dari salah seorang penumpang yang kesulitan meletakkannya ke tempat bagasi di atas. Koper sempat mental dua kali sebelum berhenti di kepala Ucok yang sedang konsentrasi dengan teleponnya. Saya malah berpikir, untung tak jatuh di barisan depan kami karena di sana ada bayi. Memang pesawat penuh. Maklum menjelang masuk sekolah. Bahkan ada teman Butet dan keluarganya yang satu pesawat dengan kami...

Oh ya, alhamduliLlaah Ucok tidak apa-apa. Si pemilik koper minta maaf berkali-kali. Bahkan saat turun pesawat juga. Beberapa pramugari juga mendatangi untuk menanyakan kondisi Ucok. Semua baik-baik saja. Hanya kaget, tentunya...

Siapa sangka dua minggu kemudian diberlakukan lockdown? Siapa sangka setahun kemudian kondisi masih tidak nyaman?... 

Yang jelas bukan kami... 




Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah