Asisten Moderator

Siang ini aku kembali menjadi asisten moderator. Co-moderator, di sebuah zoom meeting. Tugas baru yang dipercayakan sejak November lalu, dan dikukuhkan dengan dicantumkannya namaku di flyer. Bahkan kadang lengkap dengan foto. Meski aku sebenarnya sudah menolaknya. Menolak ditampilkan di flyer, bukan menolak tugasnya...

Pasalnya, apa sih sebenarnya tugasku? Hanya membantu share video atau foto, menyampaikan pertanyaan peserta yang ditulis di chat room, atau mengatur flux pertanyaan direct. Setelah itu screenshot pembicara selama acara dan keseluruhan peserta di akhir acara untuk dokumentasi. Tak lupa menerima peserta dan me-mute-kan mereka yang tiba-tiba tak sengaja unmute dan mengganggu pembicara. Singkatnya adalah membiarkan moderator inti berkonsentrasi dengan acara utama...

Selama ini, tugas berjalan lancar. Sampai dua minggu yang lalu!

Sabtu pagi itu, tiba-tiba aku tersadar bahwa mouse yang biasa aku pakai tergeletak di lantai. Berkeping-keping! Nggak sampai remuk sih... Tapi terbuka dan setiap bagiannya terpisah; atas, bawah, isi, roda scroller, ... Aku coba mengumpulkan tiap bagiannya dan menyusunnya kembali. Tak berhasil. Mouse tak berhasil tertutup rapat dan tak bisa digunakan. Belakangan ternyata ada bagian penting yang terlempar jauh. Yang jika dipasang, bisa membuat mouse berfungsi. Seperti hari ini!

Tapi hari itu aku tak melihatnya. Sudah terburu panik juga. Tanpa mouse, aku tak bisa memakai desktop. Akan repot jika setiap kali harus menggunakan shortchut di keyboard. Lagipula, aku tak hafal semuanya!...

Dengan bete, ngambek ke suami sebagai penanggung jawab atau jatuh dan berkepingnya mouse, aku memutuskan untuk memakai laptop tapi dengan webcam dari desktop. Segera cari tempat yang lumayan nyaman dan berlatar tembok netral, dan berpesan, jangan diganggu!... Dan kemalangan pun berlanjut ke tahap dua; teteh moderator memintaku memutar video. Dan aku tidak merasa sama sekali bahwa dia mengirimiku video!...

Panik, jelas! Ternyata teteh mengirim malam, dan aku tak sempat memperhatikannya saat mengecek whatsapp pagi karena langsung teralihkan membahas pesannya tentang lain!

Video ketemu, donwload cepat saja karena memang hanya file kecil, namun entah mengapa tak bisa share di zoom. Tak terlihat saat klik share file. Panik panik... Untung teteh moderator gapai mengisi kekosongan selama kepanikanku. Tutup-tutup windows, akhirnya terlihat di share zoom. Baiklah, satu terlampaui, tapi masih ada lagi!...

Aku membaui aroma panas. Tak sadar dari mana. Tau-tau, laptop mati! Aku langsung cek kabel. Mungkin karena kabel power tertarik. Memang batre laptopku sudah boleh dibilang tak berfungsi lagi. Harus selalu tersambungkan ke listrik untuk menggunakannya... Tapi bukan! Bukan masalah sambungan listrik. Aku raba laptopku terasa panas!...

Laptop kepanasan hanya terjadi di musim semi dan terutama musim panas saja. Tak pernah di musim dingin. Apalagi, laptop bukannya sudah lama digunakan. Baru aku nyalakan sebelum sesi zoom dimulai. Tapi entah kenapa hari itu laptop mati kepanasan!...

Lekas aku kirim whatsapp ke teteh moderator. Aku kabarkan kalau laptopku mati. Aku pindah ke desktop dengan terbata-bata. Aku tak hafal semua shortcut windows. Dan tentunya, sulit untuk berpindah dari satu menu ke menu lain dengan tab. Daaan ... ada bagian zoom yang tak tersorot oleh tab sama sekali; panah menuju halaman berikutnya dari galleri peserta zoom! Adakah yang tahu?...

Jelas aku tak bisa men-capture semua peserta. Untung ada yang kemudian bisa membantu untuk itu. Untung juga kami sudah bersepakat bahwa pertanyaan hanya diterima langsung dengan raise hand, tidak melalui chat seperti biasa. Aku sudah catat orang-orang yang raise hand sebelum laptop mati. Aku kirim semua ke teteh moderator utama...

Zoom meeting berjalan cukup lancar. Tapi ada yang menyesak di dadaku. Ada rasa tak bertanggung jawab yang mengganjal. Ketidakprofesionalan, meski kami memang cuma amatiran... Kesal atas kesalahan, terutama tentang video. Kalau soal laptop panas, itu kan di luar kendali...

Mungkin bete di awal memang sudah merusak mood. Atau diingatkan sama Allah, nggak boleh ngambek sama suami?... Padahal aku marah juga cuma sebentar. Sesudah itu aku langsung browsing memilih, dan meminta suami membelikan mouse baru yang langsung dieksekusinya...  

Beberapa hari aku menyesal tak teliti. Ada rasa tak percaya diri saat si teteh mau mengadakan zoom meeting lagi Sabtu berikutnya. Namun akhirnya diundur ke Sabtu ini tadi... 

Masih ada rasa takut untuk memulai lagi. Dari pagi sudah aku siapkan komputer dan file video. Tak lupa minta tes video sebelum meeting dimulai. Ada panik saat mulai menerima peserta. Juga saat ada peserta yang mic-nya terbuka... AlhamduliLlaah semua lancar. Zoom meeting menyenangkan sarat ilmu dalam suasana kekeluargaan... 

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah