Menanti Lockdown 3.0

Wah, sudah Februari saja...

Tak terasa sudah satu tahun sejak covid-19 dinyatakan masuk Prancis. Saat itu, masih nyatei. Masih aman, terkendali. Masih tak perlu pake masker. Stok masker cukup kalau misalnya dibutuhkan. Yang ternyata kemudian tidak begitu pada prakteknya... Entah apakah kecenderungan pelarangan pemakaian masker untuk umum benar-benr didasarkan atas resiko malah terakumulasinya virus di masker yang justru lebih berbahaya saat pengguna tak bisa memanipulasinya dengan baik, atau karena memang stok masker yang bahkan untuk tenaga medispun ternyata sempat dinyatakan tak cukup!... Ya, ini terjadi juga di Prancis!

Jum'at kemarin pemerintah Prancis mengumumkan beberapa kebijaksanaan baru terkait pandemi. Di antaranya penutupan perbatasan ke luar Uni Eropa. Diperketatnya syarat masuk Prancis dengan diwajibkannya tes antigen. Lalu ditutupnya tempat perbelanjaan non bahan makanan yang luasnya lebih dari 20000 m2 mulai Minggu kemarin... 

Di departement kami, Sabtu diputuskan hanya satu yang masuk kategori untuk ditutup. Memang tak ada banyak mall di sini. Shopping center yang ada, kebanyakan merupakan zone commercial. Suatu daerah yang memusatkan toko-toko di satu lokasi. Masing-masing dengan bangunan-bangunannya sendiri. Tidak di satu gedung! Tak urung, Sabtu kemarin orang berbondong ke pusat perbelanjaan. Terlihat ramainya di berbagai liputan. Tak hanya di tokonya, namun juga di jalanan akibat kemacetan yang ditimbulkan!... Ya, di Prancis juga begitu!...

Hari Minggu kemarin, pemerinta daerah memutuskan menutup juga 4 pusat perbelanjaan lain. Padahal sebelumnya pusat perbelanjaan yang sebagian besar lokasinya merupakan hypermarket dinyatakan tidak masuk kategori. Daaan ... orang-orang pun berbondong belanja di hypermarket yang buka Minggu pagi...

Siang tadi, tambah satu lagi pusat perbelanjaan yang ditutup... Apakah masih akan bertambah lagi? Kita lihat saja...

Entah apakah efektif keputusan menutup shopping center yang besar ini. Sedangkan saat ini adalah masa soldes d'hiver, diskonan musim dingin. Apakah berjubel di toko kecil tidak lebih beresiko?...

Keputusan ini mengingatkan saya pada kejadian saat pemerintah memutuskan menutup semua toko non alimentaire. Tidak boleh menerima pelanggan, kecuali untuk mengambil pesanan saja. Toko buku langganan kami di Cannes protes. Kenapa toko buku harus tutup, padahal di supermarket juga jualan buku? Protes didengar pemerintah. Namun reaksinya sangat di luar dugaan saya; pemerintah meminta supermarket untuk menutup bagian bukunya, tidak boleh melakukan penjualan buku!

Menggelikan sekali, bukan!?

Untuk masalah masker di awal pandemi, saya masih bisa mengerti. Memang covid 19 ini virus baru. Belum dikenal sebelumnya. Para ahli juga masih meraba-raba. Bisa dimengerti kalau keputusan pemerintah juga masih sesuai pengetahuan yang ada, dan berubah saat data baru datang... Tapi soal toko buku? Soal penutupan mall?... Serasa seakan membuat keputusan hanya untuk membuat keputusan. Agar tidak dibilang kalau pemerintah tidak melakukan apa-apa?...

Euh, saya jadi berpolitik nih ya... Padahal sudah berniat nggak akan bikin postingan politis... 😁

Cuman ya emang gemes sih. Rasio kasus positif masih naik saja. Rumah sakit mulai kembali penuh. Kondisi dinilai lebih parah ketimbang gelombang pertama. Tapi pemerintah masih mempertimbangkan untuk memberlakukan lockdown...

Ya, saya memang pendukung lockdown. Apalagi melihat orang berkeliaran bebas suka-suka tak ada perlunya. Berpesta berkumpul tanpa pedulinya... 😥

Tapi saya mengerti, mengurus negara pasti pertimbangannya jauuuh lebih rumit. Lha wong saya sendiri, cuma buat memutuskan mau masak apa tiap hari aja suka pusing sendiri!... 😅


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah