Pelajaran Olah Raga di Masa Pandemi

Sejak Januari kemarin, pemerintah melarang kegiatan olah raga di dalam ruangan utuk anak-anak sekalipun. Memang untuk dewasa, kegiatan olahraga di dalam ruangan sudah dilarang sejak ... aduh, sampai sudah lupa sejak kapan. Kalau tidak salah sejak September...

Ya, sepertinya September atau Oktober 2020. Saya ingat waktu itu Butet sempat kembali mengikuti kegiatan tap dance di Centre Loisirs Les Campelieres di Mougins mulai rentrée September, setelah vakum sejak lockdown pertama. Saat minggu ke dua kursus, saya mendaftarkannya secara resmi. Namun bagian pendaftaran menolak. Karena ada isu-isu bahwa pemerintah akan kembali menutup centre loisirs. Dia meminta saya menunggu minggu depannya saja untuk memastikan. Memang kursus tap dance anak-anak diadakan pas hari Kamis, di mana pemerintah Prancis biasa memberi pengumuman tentang pandemi. Dan sore itu, diumumkan bahwa hanya kegiatan di dalam ruangan untuk dewasa yang dilarang...

Minggu depannya, saya membereskan administrasi. Ternyata akhir Oktober, bersamaan dengan diumumkannya lockdown ke dua, kegiatan dalam ruangan untuk anak-anakpun ikut dilarang. Namun masih terbatas untuk kegiatan di luar sekolah. Januari ini, kegiatan pelajaran sekola pun dibatasi...

Kebetulan, kelas Butet trimester ini mendapatkan jatah olahraga tenis meja di dalam ruangan. Pasca lockdown pertama, kelas Butet juga sempat tenis meja. Dan waktu itu, diadakan di luar. Dengan desinfeksi meja, bola, juga bet pingpongnya, tentunya. Para siswa yang memiliki, diminta membawa bet sendiri dari rumah. Sepeti Butet. Di bulan Mei, tenis meja di luar relatif tidak ada masalah. Malah menyenangkan, sekalian cari udara segar. Di musim dingin begini, bukan hanya dingin, nmun juga resiko angin dan hujan. Tenis meja pun diganti dengan sirkuti pembentukan otot. Hmmm... Apa ya, istilah pasnya? Renforement muscualire. Lari, push-up, sit-up. Selama 2 jam pelajaran, lumayan juga...

Jelas Butet lebih suka tenis meja. Apalagi tahun ini perkembangan kemampuan bertenis mejanya lumayan meningkat. Dia berhasil meraih meja ke 5 dari 8 meja total! Biasanya dia hanya di meja terkahir saja. Karenanya, sedih juga olah raganya diganti begitu...

Hari ini jadwal Butet renforcement musculaire. Saat berangkat tadi, Butet mempertanyakan, kenapa olaraga nggak dihapus saja sekalian?

Bisa dibayangkan ribetnya dan tidak nyamannya anak-anak sekolah saat ini. Di satu sisi mereka mengerti saat diminta menjaga protokol kesehatan, tapi di lain pihak ada banyak faktor yang menghalangi penerapannya...

Misalnya saja mengenai kostum olahraga. Sekolah Butet tidak mewajibkan seragam di kesehariannya. Hanya saat olahraga, para siswa diminta mengenakan t-shirt warna biru tua dan celana olah raga warna hitam. Kostum olahraga inihanya bole dikenakan saat pelajaran olah raga. Di luar itu, siswa megenakan pakaian bebas, non sportwear. Sejak pandemi, anak-anak diminta langsung mengenakan seragam olahraga, dan mereka tidak diberi kesempatan untuk berganti pakaian setelahnya! Tentu tidak nyaman mengenakan pakaian kotor dari pelajaran olah raga yang kebetulan dijadwalkan pagi, hingga akhir pelajaran yang kebetulan full sampai 16.30 tiap Selasa ini...

Hari ini Butet meminta saya menjemputnya ke sekolah. Kemarin dia juga minta dijemput. Padahal biasanya dia lebih memilih pulang naik bus bersama teman-temannnya saat gerimis sekalipun...

Butet terlihat lelah. Seperti saya. Seperti banyak orang lainnya. Semua sudah lelah, capek dengan pandemi yang berkepanjangan ini. Lelah, tapi tetap tak boleh lengah...

Semoga pandemi lekas pergi, semua lekas kembali aman, nyaman, tanpa kekhawatiran...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah