Soldes D'Hiver di Masa Pandemi

Siang ini Butet minta dijemput. Berjalan kaki. Dia ingin jalan-jalan sejenak di kota. Sudah lama juga. Apalagi siang ini saya sudah tidak ada jadwal atelier d'ecriture lagi. Sesi terakhir sudah berlangsung Rabu lalu. Tinggal menyeesaikan dan megirimkan cerpen saja...

Saat Butet kelas 6, saya sering menjemputnya berjalan kaki. Tepatnya, saya menjemput naik bis, lalu kami berjalan kaki pulang ke rumah. Memang Butet suka sekali jalan kaki. Dan turun naik bus-pun, saya masih harus berjalan kaki 500m-an dari halte sampai ke sekolah... *alasan

Belakangan saya turun berjalan kaki juga. Jadi total perjalanan, tanpa menghitung jalan-jalan di kotanya sendiri, pulang pergi sekitar 5 km. Lumayan juga untuk menggerakkan badan, meski kata dokter jantung saya, berjalan kaki untuk menjemput anak itu tidak termasuk olahraga! Olahraga harus diniatkan khusus untuk itu. Bukan jalan antar-jemput anak atau belanja! Hadeuh!... Tapi itu cerita lain lagi...

Berjalan kaki di masa pandemi, punya seninya tersendiri. Saat-saat ini, di musim dingin begini, jalan kaki bermasker masih nyaman-nyaman saja. Berbeda dengan saat musim panas yang gerah dan udara tak nyaman untuk dihirup. Tak urung, saya memilih mengenakan masker medikal dan meninggalkan masker kain rumahan. Lebih tipis. Lebih enak untuk bernafas...

Seperti biasa, Rabu adalah jadwal pengajian via Skype. Tapi semua sudah biasa; ibu-ibu yang harus menjemput anak sekolah, cukup pamit sebelum off. Tak banyak yang harus off cepat, mengingat hari Rabu, anak TK dan SD tidak ada sekolah...

Pusat kota ternyata tidak ramai. Mungkin karena pas jam makan siang juga... Kami menyusuri jalanan pietonnée (dikhususkan untuk pejalan kaki) rue Meynadier. Mampir ke Camaïeu. Tak lupa menggunakan gel desinfektan yang disediakan di depan pintu masuk. Gelnya lengket. Sudah tak banyak barang diskonan. Ada blazer menarik hati saya. Kebetulan ada ukurannya. Tapi saya masi ragu. Apalagi Butet juga ada satu sweater yang dia ragu. Baiklah, jalan-jalan dulu dan nanti balik lagi kalau memang nggak nemu lainnya...

Tujuan ke dua Monoprix. Membeli souris tip-ex untuk keperluan sekolah. Gel desinfektan ternyata diaktifkan dengan pedal di kaki. Petugas security-nya ramah, saat memberi tahu kami caranya. Dan tidak cuma kami yang salah! Terdengar securité yang berseru "en bas, en bas" saat kami menjauh. Seruannya terdengar geli, dan membuat kami tersenyum-senyum juga...

Kami ke Monoprix melihat-lihat majalah. Memang Butet sudah meminta untuk membeli majalah mode. Namun dia belum tahu mau membeli apa. Dia ingin majalah yang membaas tentang mode saja. Dan saya tidak bisa membantunya! Setau saya, kebanyakan majala juga punya editorial lain selain mode. Karenanya, lebih baik langsung ke toko dan melihat-lihat dulu...

Sepertinya kami malah paling lama di sana. Memang, melihat-lihat majalah dan buku itu menyenangkan. Setelah membuka-buka beberapa majalah, pilihan dijatuhkan ke Marie-Claire. Entah apakah memang majalah itu banyak membahas mode, ataukah editorial bulan ini saja yang tentang mode. Kita lihat lagi bulan depan. Yang jelas, covernya yang ada tiga macam dan formatnya yang dua macam membuat kami agak bingung. Memang baru kali ini kami membeli majalah "feminin" deh!...

Saya menemukan buku 13 a la table edisi 2021. Sekalian saja saya membelinya...

Perjalanan dilanjutkan ke Pimkie. Tak ada gel desinfektan di sana? Yang jelas, tak terlihat di depan... Tak banyak pembeli. Bisa tenang memilih-milih. Langsung kami menuju ke ukuran 32. Seperti biasa di akhir soldes di mana sudah tidak banyak barang lagi, pakaian dikumpulkan berdasarkan ukuran. Memudahkan pembeli juga dalam mencari. Ada promosi tambahan, barang ke 3 gratis. Butet menemukan 2 gilet dan 1 kulot. Dengan harga barang yang sudah didiskon, jelas kami tidak membayar mahal...

Sudah lebih dari jam 1 saat kami selesai di Pimkie. Saya sudah malas kembali ke Camaïeu. Lumayan juga sih, jaraknya. Sekitar 500m-an. Kami pun memutuskan pulang. Dengan mampir dulu di fastfood asia untuk membeli makan siang, agar tinggal menghangatkan saat sampai di rumah... 


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah