Tenir Ensemble

Hari ini mendung seharian. Diramalkan, bakal hujan dari siang sampai malam. Tapi Butet malah minta tidak dijemput. Padahal hari ini ada ola raga sampai jam 17.30. Ya kami biarkan saja. Asal mengenakan jaket yang benar dan membawa payung. Samil berdo'a semoga hujan tak terlalu deras...

AlhamduliLlaah Butet pulang dengan lancarnya. Lebih cepat dari jadwal karena akhirnya pelajaran olah raga ditiadakan karena hujan...

Hari ini, temannya yang positif Covid sudah kembali sekolah lagi. Dia yang biasa makan di kantin tiap hari Jum'at, hari ini memilih pulang dan makan siang di rumah saja. Entah untuk jaga-jaga, atau takut tak nyaman saat makannya, karena hubungannya dengan geng pertemanan Butet sepertinya belum benar-benar pulih... 😅

Beberapa hari ini saya pancing-pancing si Butet, menanyakan bagaimana kabar si teman. Jawabannya selalu adalah mendapat kabar dari salah satu gengnya. Tidak langsung dari si teman. Padahal mereka mempunya grup whatsapp!

Dari lima anggota pertemanan, hanya satu orang yang masih menjalin kontak dengan si sakit. Satu orang yang Jum'at dua minggu yang lalu tidak makan di kantin. Yang tidak termasuk cas contact! Tiga lainnya masih kesal dengan si sakit. Kesal atas ketidaktransparanannya...

Berkali-kali saya ingatkan Butet bahwa mereka masih anak-anak. Keputusan, langkah-langkah, tindakan, masih tergantung pada orang tua. Apa yang dilakukan temannya, kabar yang diceritakannya, pasti ada unsur pengaruh orang tuanya. Mungkin dia bahkan tidak tahu apa-apa. Menurut saja. Karena memang, di usia remaja mereka, orang tua masih menjadi penanggung jawab sepenuhnya...

Lepas dari kasus teman Butet ini, orang tua sendiri, sebaik apapun niatnya, kadang kala meleset dari rencana. Memang secara teori kita suda dipesan; jika ada kasus positif, langsung data kontak kita selama seminggu belakangan, lalu telpon sekolah. Tapi pada prakteknya, bisa jadi kita lupa suatu detil. Bisa jadi kita terbawa panik akan terkena virusnya sendiri. Atau mungkin panik bagaimana pengaturan isolasi di rumah. Bagaimana meninggalkan anak sendiri jika orang tuanya dites negatif dan tidak bisa WFH. Banyak faktor-faktor yang mungkin kita tidak bayangkan yang membuat kita alpa...

Saya diingatkan tentang hal ini saat zoom meeting seminggu yang lalu. Dokter narasumber yang menangani kasus covid tidak bisa menyalahkan pasien yang benar-benar lupa, sudah kontak dengan siapa saja. Karena memang pasien fokus pada penyakitnya sendiri, dan tak bisa memikirkan yang lain. Baru setelah beberapa saat, biasanya mereka teringat. Sayangnya kadang sudah terlambat...

Karena itu diperlukan kesadaran dari orang sekitarnya juga. Seperti Butet yang saya puji langkahnya menyadari sebagai kontak dan meminta segera tes. Tapi tentu tetap saya ingatkan buat segera berdamai dengan sahabatnya...

Seperti kampanye pemerinta Prancis belakangan ini; Tenir Esemble. Untuk bebas dari pandemi, semua harus berpartisipasi. Semua harus berusaha. Semaksimal yang kita bisa...

Semoga semua sehat-sehat selalu, pandemi lekas pergi, kembali aman, nyaman, tanpa kekhawatiran. Aamiin...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah