Belajar Menulis Melalui Tantangan

Saya pernah menulis tentang jalur-jalur belajar menulis di Instagram. Pelatihan, kursus, webinar, tutorial, atau MOOC bisa jadi pilihan. Tapi menulis tidak hanya belajar teori. Menulis harus dipraktekkan juga. Praktek yang konsisten. Dan ini tidak mudah tanpa motivasi yang kuat. Untuk itulah saya tuliskan juga tentang grup Whatsapp atau Facebook. Juga tentang mengikuti tantangan. Seperti tantangan 30 Hari Bercerita di mana saya menuliskan tentang belajar menulis itu...

Sudah kali ke empat saya mengikuti tantangan 30 Hari Bercerita. Saya mengenal tantangan ini dari seorang teman SMA yang merupakan penulis dan suda megeluarkan beberap novel. Awalnya ragu, apakah bisa konsisten menulis selama 30 hari berturut-turut? Apaka akan selalu ada ide? Namun platform Instagram memang memudahkan pegarahan ide. Mengupload foto menimbulkan ide menulis meski hanya sekedar tentang foto apa, diambil di mana, mengapa, ... Dan sering kali bisa membangkitkan ide tulisan lain; puisi, fiksi, cerita di balik foto, kenangan yang timbul saat meliat foto, ... Namun harus diakui, tahun ini saya banyak terbantukan oleh tantangan tematik tiap dua hari sekali yang menjadi fitur baru 30HBC...

30HBC bukan tantangan menulis pertama yang saya ikuti. Sebelumnya, dan sampai bulan lalu, saya rutin mengikuti Sinergia Artmazing Challenge yang diadakan oleh Sinergia Consultant melalu laman facebooknya. Kebetulan pemiliknya adalah teman SMA juga. Tantangan ini diadakan selama seminggu setiap bulannya. Ada satu tema besar, dan 7 tema harian. Tulisan memang menjadi lebih terarah. Namun juga kadang sudah terlanjur menulis tentang sesuatu, eh, ternyata dijadikan tema hari berikutnya!... Saya rutin mengikuti tantangan menulis ini sejak namanya masih Sinergia Writing Challenge, hingga Januari kemarin sudah mencapai SAC yang ke-52. Sempat absen beberapa kali awal tahun kemarin. Tapi itu cerita lain lagi... 😉

Tahun ini, saya diajak mengikuti tantangan yang lebih besar lagi! Kali ini, yang mengajak adalah kakak kelas saat kuliah. Bukan teman SMA lagi! 😁 Tantangannya adalah menulis selama setahun penuh, yang diseleggarakan oleh Kelompok Literasi Ibu Profesional. Oh, tidak... Tidak harus menulis setiap hari selama setahun penuh kok! KLIP ini ditujukan untuk menjaga konsistensi kita menulis. KLIP memberi reward untuk memotivasi. Good Badge untuk yang menulis 10 kali dalam sebulan, Excellent Bagde untuk 20 tulisan, dan Outstanding Badge untuk 30 tulisan (spesial untuk Februari 27 dan 20 untuk Desember)...

Saya sendiri hanya bisa meraih Good Badge, Januari lalu. Padahal saya cukup optimis karena bersamaan dengan 30HBC, kan!? Sayangnya batasan minimal 300 kata untuk KLIP sering kali tak tercapai dari tulisan di 30HBC. Dan saya nggak mau selalu ngejar juga sih... Dan SAC52 yang saya harap bakal banyak membantu, malah membuat buntu. Tak bisa membuat tulisan panjang sekalipun kemarin itu... 😞

Kalau bulan ini saya rajin isi blog, salah satunya adalah untuk mencoba meraih Outstanding Badge. Cieeehhh... Hahaha... Mumpung bulan diskon, ini... "Cuma" 27 tulisan untuk Februari... Tapi saya nggak maksa juga sih. Minimal Good Badge harus teraih. Syukur-syukur kalau bisa Excellent Badge, gitu... Yang penting, target utama adalah lulus tantangan KLIP 2021!... 💪

Tertarik? Masih ada waktu seminggu lagi untuk bergabung. Pendaftaran terbuka sampai 19 Februari 2021. Cara mengikuti dan syarat lengkap pendaftarannya bisa dilihat di website KLIP. Jangan sungkan tinggalkan pesan kalau ada pertanyaan yaaa... 😉


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Image
Kalau Shakespeare bilang "What's in a name", apalah arti sebuah nama, dalam tradisi Jawa dikenal ungkapan "asma kinarya japa", nama adalah pengharapan. Nama mengandung doa. Karena itu pemilihan nama anak merupakan hal yang penting. Setiap kali kita memanggil sebuah nama, seakan kita melantunkan apa yang dimaksud dalam nama itu.  Apakah itu, yang menjadi alasan orang tua memberi anaknya nama yang panjang? Untuk menambah lengkapnya doa? Kalau anak-anak saya hanya memiliki satu nama depan—untuk selanjutnya akan saya sebut dengan "nama" saja—, itu tak disengaja. Terutama untuk si sulung. Saya dan paksu tak berencana memberi nama yang panjang juga. Dua cukup lah. Yang nantinya total jadi tiga kata, setelah ditambah nama keluarga yang diambil dari kata terakhir dari nama ayahnya sesuai aturan di Prancis. Kebetulan suami, dan juga saya, tak menggunakan nama keluarga seperti kebanyakan orang Indonesia.  Namun takdir menyatakan lain .... Kelahiran Anak Harus Di...
Read more

Menyusun Tagihan

Image
Pemilihan Umum 2024 baru saja dilaksanakan. Sampai saat saya menulis ini, penghitungan suara masih dilakukan. Tapi sudah terlihat arah calon Presiden baru Indonesia. Ya, masih calon. Karena pelantikannya masih nanti di bulan Oktober kan!? KPU saja belum merilis hasil akhirnya tuh. Sabar, yaaa.... Saat mengetahui arahan hasil Pemilu, saya membaca-baca lebih detil visi dan misi calon kandidat terpilih. Dan seperti saat memilih, saya fokus pada kepentingan pribadi saya.  Egois amat? Ya, kan, visi-misinya buanyak. Belum dikali tiga pasangan calon. Belum ditambah kalau mencari visi-misi para caleg. Makanya saya lebih mencari spesifik yang bersangkutan dengan saya pribadi saja dulu. Lagipula kalau yang global-global seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan layanan kesehatan, memajukan pendidikan, swasembada pangan, ... gitu-gitu kayaknya semua kandidat sama saja. Ya nggak sih? Daaan ... yang saya sebut kepentingan pribadi adalah program-program yang berkaitan dengan diaspora. Dengan W...
Read more

Blogger Curcoler? Yes!

Image
Pagi tadi, buka Facebook, diingatkan posting 8 tahun lalu berupa video Butet membaca buku yang ditulisnya sendiri. Digambar, lebih tepatnya. Umurnya baru 4 taun 2 bulan. Belum bisa baca-tulis selain namanya sendiri. Tapi dari rekaman pembacaannya , ada cerita yang cukup terstruktur, meski belum secara bahasa. Terlihat dari judulnya saja dia masih belum bisa menentukan apakah Fée tombé (tapi tidak ada adegan si peri jatuh) atau Fait tomber (tanpa subjek dan objek?), yang memang sama secara pengucapan... Saya sendiri sudah lupa konteks mengapa Butet menyusun buku itu. Saya hanya ingat bahwa sebenarnya ini bukan "buku" pertama yang disusunnya. Tapi ini yang pertama dengan cerita dan tentu yang sempat terekam videonya... Terdengar dia sempat terbatuk di tengah rekaman. Sedang sakit kah?... Melihat suvenir-suvenir seperti ini, membuat saya menyesal kenapa tidak mencatatnya lebih detil... Padahal sebenarnya  saya sudah ngeblog sejak taun 2004. Saat itu anak sulung saya baru 3 tau...
Read more