Menonton French Open 2022

Vacances de la Toussaint 2022 ini pun kami ke Paris. Ya! Menonton Yonex French Open Badminton lagi!...

Perjalanan kali ini dimulai dengan membeli tiket final terlebih dahulu. Bukannya tiket pesawat atau kamar hotel, seperti tahun lalu. Suami, si penggemar bulu tangkis, bertekad harus menonton French Open lagi. Harus mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Lebih nyaman dari tahun lalu. Karenanya, dia cepet-cepat membeli tiket final begitu penjualannya dibuka!...

"Untung" saja dia sudah membeli tiket final. Kami jadi "terpaksa" membeli tiket pesawat dan memesan kamar hotel. Dan kami pun jadi bisa liburan ke Paris bertiga...

Pulang-Pergi Tak Bareng Lagi

Kali ini, saya dan Butet pergi berdua saja lagi. Sudah lebih berpengalaman, tentu. Tak hanya tahun lalu yang sudah pp berdua saja, tapi juga telah sempat terbang jauh saat kembali dari Jakarta seusai liburan ke Indonesia Agustus lalu...

Perginya sama, karena suami sudah berposisi di Paris untuk urusan pekerjaannya. Pulangnya sebenarnya kami berniat satu pesawat Air France. Sayangnya, karena tiket tak segera dibeli, di musim liburan begini, harga tiket melonjak tinggi. Demi menghemat 200 euro, suami terbang 30 menit lebih lambat dengan pesawat lowcost Easyjet...

Tolong, jangan dikonversi! Karena biaya hidup di Prancis kan tak tergantung rupiah. Bersyukur ada jadwal berturutan begitu. Butet dan saya hanya menunggu sebentar saja untuk kemudian melakukan perjalanan bersama dari bandara ke rumah...

Tak Ada Indonesia di Final

Saat membeli tiket, masih belum ada susunan tim Indonesia yang akan berangkat ke Prancis. Ke Denmark pun belum. Tapi akami berprinsip bahwa kalaupun tak ada tim Indonesia, tak apa. Menonton pertandingan final adalah suatu kesempatan istimewa. Melihat aksi para pebulu tangkis dunia secara langsung itu meninggalkan sensasi tersendiri...

Tak urung saya kaget dan sedih saat mendapatkan komentar "Memang yakin, Indonesia masuk final?" Saat itu atlet-atlet Indonesia sudah mulai berguguran. Bahkan di hari pertama!...

Kami tiba di Paris hari Jumat siang. Turnamen memasuki babak perempat final. Masih ada Jonathan Christie di tunggal putra, pasangan ganda putra Muhammad Shohibul Fikri dan Bagas Maulana, lalu pasangan ganda campuran Rehan Naufal Kusharjanto dan Lisa Ayu Kusumawati. Kami membeli tiket dadakan dan duduk di tengah-tengah suporter Prancis yang sangat bersemangat mendukung pasangan ganda campurannya, satu-satunya yang masih bertahan... 

Jojo walk out di set ke-3 karena cedera. Bagas-Fikri dikalahkan pasangan Taiwan yang akhirnya jadi runner up, setelah pertandingan yang luar biasa serunya. Hanya Rehan dan Lisa yang tadinya tidak diunggulkan, yang malah lolos ke semi final, mengalahkan tuan rumah!...

Di hari semi final, kami ke museum Orsay. Kami berniat menyusul dadakan menonton khusus saat Rehan-Lisa tanding saja. Kami cukup percaya diri bahwa pasangan ganda campuran Indonesia akan lolos ke final. Di atas kertas, mereka unggul dibanding pasangan Belanda...

Namun lagi-lagi saya mendapat komentar bernada negatif, "Asal Rehan dan Lisa tidak kelelahan saja, sesudah pertandingan perempat final." Komentar apa, itu? Memang lawannya tak tanding perempat final? Bahkan mereka tanding lebih malam!... Saya yang berprinsip bahwa perkataan itu doa, menangkap hawa-hawa negatif di sini, seperti komentar-komentar di awal turnamen...

Sayangnya kami tak bisa mengejar pertandingan Rehan-Lisa. Kami hanya mengikutinya melalui internet, dan tertunduk kecewa di bangku depan butik suvenir museum saat mereka terkejar poin dan kalah di set ke-2, lalu tersingkir di set ke-3...

Tetap Menikmati

Di hari final, kami tak menonton sepenuhnya. Kami jalan-jalan dan melewatkan pertandingan tunggal putra yang dimenangi Viktor Axelsen dengan mudahnya. Kami datang saat pertandingan ganda putri, break keluar untuk salat saat ganda campuran --bukan, bukan karena sakit hati--, lalu masuk lagi saat tunggal putri, dan lanjut sampai selesainya pertandingan ganda putra...

Kami tetap menikmati turnamen. Meski ada kekecewaan tak adanya atlet Indonesia di final. Di sisi lain, kami jadi lebih merasakan antusiasme para penonton yang kebanyakan orang Prancis, yang atlet terakhirnya disingkirkan Rehan dan Lisa. Sportifitas. Bertepuk untuk siapapun yang meraih angka, berteriak mendukung siapapun yang sedang ketinggalan...

Kami tetap menikmati liburan. Bertemu dengan banyak atlet, pelatih, dan juga reporter ternama. Sayangnya tak siap perlengkapan fans club. Tapi toh kami tak mau menggangu mereka karena sering ketemunya saat sarapan pagi. Hanya sekali mengambil foto bersama Fikri dan Lisa saat bertemu mereka di depan lift hotel... 

French Open 2023?

Apakah kami akan kembali lagi ke Paris tahun depan? Kita lihat saja...

Sepertinya kami harus mempertimbangkan mengambil hotel di tengah kota, agar kami bisa lebih leluasa menikmati kota Paris juga. Paling tidak, sesudah perempat final terlewati. Karena sesudah itu, pertandingan tak akan sampai larut malam. Tak ada gunanya bayar mahal, menginap di hotel dekat stade Coubertin. Hotel yang sama dengan para atlet...

Butet tidak terlalu fans bulu tangkis. Suami bukan tipe pengejar foto bareng atlit. Dan saya? Sepertinya sudah lewat masa fansgirling-nya deh... 

Semoga panjang umur, banyak rezeki, terutama kesehatan...

Semoga ke depannya tim Indonesia lebih berprestasi!...


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi