Rumah Penuh Kisah

Ada sesuatu yang spesial dari pertemuan keluarga yang ceritanya saya tuliskan dan saya ikutkan pada tantangan blogging MGN bulan Agustus lalu; tempat pertemuannya!

Pertemuan keluarga waktu itu berlokasi di Karangnongko. Sebuah desa dengan kecamatan yang bernama sama di kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Karangnongko adalah daerah asli bapak saya. Asal kedua orang tuanya. Eyang-eyang saya...

Pertemuan bertempat di rumah ... milik adik saya! Nanti detilnya menyusul. Yang jelas rumah ini adalah rumah bersejarah yang menyimpan banyak sekali kisah...

Rumah itu adalah milik eyang saya. Empat kakak-beradik eyang putri saya memiliki rumah di sekitaran itu. Saat kedua eyang meninggal dunia, rumah itu diwariskan ke om saya, adik ayah yang paling muda. Om saya itu tinggal di Jakarta. Beliau kemudian meninggal dunia. Sudah cukup lama juga...

Tadinya tante dan putra-putrinya masih ada waktu untuk menengok dan mengurus rumah di Karangnongko. Tapi lama-lama repot juga. Dan awal tahun ini, tante memutuskan untuk menjualnya...

Saat tante mengabarkan pada keluarga besar, adik saya memutuskan untuk membelinya. Meskipun harus mengambil kredit karena dia sendiri sebenarnya sedang membangun rumah di Solo. Tapi dia tak mau kehilangan kenangan, seperti saat kami kehilangan rumah eyang dari jalur ibu. Yang saat dijual, tak ada di antara anak dan cucunya yang sudah mampu membelinya...

Jadilah satu alasan tambahan, mengapa pertemuan keluarga kemarin itu memorable untuk saya...

Sudah lama sekali saya tak ke sana. Sejak eyang meninggal dan rumah itu jadi milik om, sepertinya. Karena saat saya berkesempatan ke Karangnongko untuk nyekar bapak dan eyang-eyang, tidak pas dengan saat keluarga om sedang berada di sana juga...

Ya! Makam bapak saya ada di Karangnongko. Di lokasi yang sama dengan makam eyang-eyang yang menyusulnya jauh belakangan. Makam keluarga. Hanya berjarak beberapa puluh meter saja dari rumah eyang...

Di rumah itu eyang berdua dan anak-cucunya biasa berkumpul di sore hari pertama Idulfitri. Pagi hari pertama, kami sholat Id di desa tempat tinggal kami dan menerima beberapa tamu. Lalu kami harus ke kabupaten terlebih dahulu untuk bersilaturahmi dengan bupati dan pejabat pemda sebelum kemudian ke rumah eyang di Solo...

Agak siang kami berkeliling Soloraya, silaturahmi ke kakak-adik eyang juga kakak-adik eyang buyut bersama pakdhe-budhe, om-bulik, dan sepupu-sepupu semua. Sorenya kami berpisah untuk masing-masing berpindah ke keluarga ke dua...

Kami biasa menginap di Karangnongko. Standarnya cuma ada eyang berdua, keluarga bapak saya, dan keluarga om, adik bapak yang juga tinggal di Klaten. Selain bapak dan om, anak-anak eyang tinggal di Jakarta. Belum tentu bisa pulang saat Lebaran...

Baru keesokan harinya kami berkeliling ke para sesepuh. Mulai yang dekat dulu. Cukup berjalan kaki. Baru dilanjutkan bermobil ke yang agak jauh...

Di Karangnongko, saya merindukan jeroan ayam masak kecap ala eyang. Ditemani dengan sayur-mayur diguyur lethok alias sambal tumpang ala Klaten yang manis-gurih-pedas...

Untuk hidangan di meja tamu, saya suka kembang duren, kue kering bersalut gula. Tak ketinggalan geplak khas klaten berbentuk piramida yang dibungkus kertas minyak warna-warni. Kacang bawang, emping, dan kuping gajah, tentu saja. Lalu ada tape ketan yang saya kurang suka...

Sayang sekali belakangan hidangan ndeso itu sudah jarang ditemui. Berganti dengan nastar dan kastangel. Atau kue kalengan yang lebih praktis...

Di rumah Karangnongko itu pertama kalinya Butet bisa berjalan. Pertama kalinya berani melepaskan pegangan tangan dan langsung berkeliling kegirangan. Senang, mungkin, mendapatkan tempat yang lapang. Tidak seperti rumah susun kami di Prancis yang kepenuhan barang...

Haru, mendapati rumah Karangnongko masih seperti "itu". Masih seperti dalam kenangan saya. Dengan kamar mandinya yang di belakang, yang membuat enggan ke WC malam-malam sendirian. Dengan patio-nya yang terasa syahdu diguyur hujan di sore hari saat pertemuan keluarga itu...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah