Musim Gugur Tiba

Musim panas sudah berlalu. Musim gugur resmi datang, ditandai dengan equinoxe tanggal 23 September 2022 kemarin. Matahari tepat di atas khatulistiwa. Saatnya menyeberang dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan...

Langsung terasa perbedaan cuacanya. Suhu turun nyaris tiba-tiba. Masih belasan, sih, di daerah kami. Tapi kalau dilihat dari data, menurun 10°C dalam seminggu, lumayan juga...

Banyak yang kaget, tak terbiasa. Apalagi musim panas kemarin, suhu udara lumayan tinggi dari biasanya. Meski siang masih bisa berlengan pendek atau berkemeja tipis. Tapi pagi dan malam, harus sudah mengeluarkan cardigan...

Mengantar Butet ke halte sudah harus bersweater. Sepatu tertutup, tak boleh bersandal jepit, meski itu yang ternyaman dengan kaki beperban. Meski malas, Butet pun demikian. Saat pulang tak terlalu larut, tas jadi lebih berat saat pulang sekolah, karena beban bertambah dengan sweaternya...

Di rumah, yang paling gagap. Jendela kaca masih terbuka lebar. Masih terbiasa membiarkan rolling door menerawang, tak tertutup rapat. Baru kemarin saya mulai menutup jendela kaca meski belum seluruhnya. Karena pilek datang!...

Yak! Hari ini saya sukses terkapar. Pilek berat melanda, yang tentu saja berefek ke kambuh asma. Praktis seharian istirahat saja. Melahap 2 episode terakhir kdrama Police University. Membiarkan 2 putaran cucian; satu di keranjang jemuran dan satu lagi masih di dalam mesin...

Makan siang kami poulet roti supermarket saja. Sayang sekali kentang panggang yang biasa menyertainya sudah tidak tersedia. Terpaksa saya harus memasak nasi. Terpaksa? Karena mangkuk rice cooker belum dicuci. Padahal saya berniat menghindar menyentuh air...

Malam ini saya masak steak hachee (burger steak) saja. Ditemani nasi sisa tadi siang. Sisa poulet roti, yang tadinya mau dijadikan menu makan malam, sukses dicemili Butet dan papanya saat jam minum teh tiba. Dan saat membeli daging melalui Uber Eats, brochette d'agneau (semacam sate, daging kambing yang dipotong kotak dan disusun dalam tusuk lidi dari bambu) yang kami pesan agar tak repot proses memasak, malah ternyata tidak tersedia...

Meski banyak persediaan daging, saya tak mau susah. Tak mau banyak menyentuh air dingin dulu. Tak mau lelah menyiapkan bahan makanan. Tak mau capek memasaknya. Dan tak mau repot beres-beres dan bersih-bersih sesudahnya...

Saya mau mengutamakan istirahat saja dulu. Agar pilek lekas menghilang. Kalau istirahat cukup, biasanya 2 hari juga sudah sembuh. Semoga kali ini demikian juga...

Untungnya kelelahan tak bertambah dengan pengalaman unik dengan kaki saya, Sabtu kemarin...

Entah mengapa, sejak pagi jari-jari kaki kiri saya ingin meregang. Otot-ototnya berusaha untuk memisahkan posisi jari-jari agar tak berdempetan. Termasuk jari kelingking dan jari manis yang diperban! Sepertinya mereka lelah terkungkung kehilangan kebebasan...

Akibatnya saya yang jadi lelah. Usaha jari-jari saya jelas sia-sia. Tapi usaha itu ada dan menguras tenaga. Dan saya tak bisa mengendalikannya begitu saja...

Saya harus memegang kaki saya untuk menenangkannya. Melingkupinya agar jari-jarinya merapat. Metode ini berhasil membuat otot-otot kaki rileks ... untuk beberapa saat. Beberapa waktu kemudian, sesudah pegangan tangan dilepaskan, otot menegang lagi...

Sempat berpikir untuk membebatnya dengan perban. Namun saya menunggu sesudah wudhu. Meski tak boleh dibasahi, saya tetap mengusap bagian kaki yang tak terbungkus perban dengan air. Niatnya habis wudhu baru membebat kaki. Tapi lalu lupa, karena habis wudhu, kaki rileks saja. Dan alhamduliLlaah ketegangan kaki hilang sendiri...

Sama sekali tak terpikir akan mengalami hal seperti itu. Benar-benar pengalaman unik yang semoga tak akan terulang lagi...




Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah