Sabtu (Tak Begitu) Klasik

Hari ini saya di rumah saja. Butet keluar sesudah makan siang. Janjian dengan teman-temannya di kota. Ada salah satunya yang ulang tahun. Tapi tidak ada traktiran! Saat jajan, mereka bayar masing-masing. Memang begitu kebiasaan standar orang Prancis. Meski kadang ada juga yang saling membayari...

Tapi kalau ada yang mengajak makan bersama, jangan lupa siapkan dana. Dan harus ada kelapangan dada di sini. Karena kadang perhitungan pembayaran sesuai yang dikonsumsi, kadang ditotal lalu dibagi rata sesuai peserta. Wajarnya sih semua konsumsi setara ya. Cuma kadang harga wine kan bukannya tak seberapa...

Butet sendiri tidak memberi kado pada temannya. Tidak hari ini! Karena sebenarnya dia sudah membeli 2 buku sebelumnya. Patungan dengan salah satu sahabatnya yang juga datang bergabung di kota hari ini...

Mereka berdua tak mau hanya memberi kado buku begitu saja. Mereka ingin memberi sentuhan istimewa. Mereka akan membaca bukunya terlebih dahulu, dan memberi catatan-catatan di bukunya? Jadi kelihatan seperti buku bekas dong!? komentar saya. Tapi katanya memang sengaja biar terkenang kalau itu dari mereka...

Bukunya belum selesai dibaca. Rencananya mau diberikan minggu depan saja di sekolah. Tapi saya curiga, sepertinya dua sahabat itu memanfaatkan kesempatan dan menikmati bukunya juga!...

Seharian ini saya berusaha mengistirahatkan kaki semaksimal yang saya bisa. Agak sulit sebagai ibu rumah tangga. Beres-beres bisa agak ditinggalkan. Saat saya menulis ini, cucian tadi pagi masih di mesin...

Tapi siang tadi saya tetap memasak. Meski hanya gnocchi a poeler, tetap harus berdiri dan mondar-mandir juga kan!? Untung masih ada sisa sedikit ayam dari tadi malam untuk lauknya...

Kaki saya masih membiru tapi sudah tak bengkak. Tapi kelingking masih. Agak kemerahan. Saya sempat googling dan menemukan kemungkinan kesleo. Semoga bukan sampai retak saja, sebagai kemungkinan lainnya...

Makin deg-degan saat Butet pulang sekolah dan cerita bahwa orang tua teman-temannya sempat mengalami hal serupa. Mereka langsung ke dokter dan mendapatkan perawatan. Butet mendesak saya memeriksakan. Tapi toh sudah Jumat sore juga. Malas sekali kalau harus ke rumah sakit saat akhir pekan kan!?

Kadang berpikir apa saya terlalu kuat. Sudah berapa kali kejadian bahwa ternyata saya menahan rasa sakit yang seharusnya berat. AlhamduliLlaah tak sampai berakibat berat juga sih. Cuma sepertinya saya harus lebih perhatian pada diri sendiri...

Saya masih merasakan sakit. Dan saya bersyukur untuk itu. Karena itu indikasi bahwa saya masih bisa merasa. Rasa sakit adalah sebuah peringatan dari tubuh. Ada sesuatu yang tidak normal. Harus berhenti, istirahat, atau bahkan periksa ke ahlinya...

Cuma, level perasaan sakit saya sepertinya agak spesial. Karenanya mikir juga melihat kelingking kaki kiri yang tak bisa saya lipat ini. Apakah normal kalau saya merasa sakit saat menapakkan kaki? Apakah wajar jika biru di kaki masih bertahan sejak Rabu sore?...

Semoga saja perlahan menghilang, seperti kesleo normal yang dicontohkan dari berbagai artikel yang saya temukan saat melakukan pencarian. Katanya sih akibat kesandung memang bisa lebih parah seiring umur. Karena kualitas tulang yang menurun, juga karena kulit yang menipis. Apalagi untuk perempuan...

Tapi sepertinya saya akan tetap ke dokter hari senin untuk memastikan bahwa kelingking kaki kiri saya baik-baik saja. Meski malas sekali ke dokter karena sudah berapa kali saya konsultasi untuk masalah lutut. Kiri juga! Asal tak jadi dimarahi saja, karena mungkin seharusnya kaki saya masih harus diistirahatkan...

Sambil menunggu, sedapat mungkin saya selonjoran saja sambil mengompres kaki. Mumpung Butet dan papanya masih belum bosan makan yang bukan masakan rumahan...



Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah