Tes Antigen Sekeluarga

Sabtu sore kemarin, kami tes antigen berempat. Bukaaan... Bukan karena kami dicurigai kena Covid. AlhamduliLllah kami sehat-sehat saja, dan sudah seminggu praktis menghindar ke mana-mana...

Kami tes untuk persiapan ke Swedia. Yang menurut standar Uni Eropa meski sudah vaksin lengkap, tapi masih belum dianggap aman jika belum 2 minggu sesudahnya!...

Ini adalah tes yang pertama kalinya untuk saya dan suami, yang ke dua untuk Butet, yang ke EMPAT untuk Ucok! Ya, sudah empat kali dia tes antigen. Pertama, saat sebelum berangkat ke Swedia, ke dua saat hendak kembali ke Prancis, dan ke tiga saat transit di Oslo dan tes antigennya dianggap kadaluwarsa karena suwah lewat 48 jam!...

Memang Ucok terlalu cepat tes antigen. Ceritanya di Swedia dia membuat janji temu untuk tes PCR, 72 jam sebelum keberangkatannya, seperti yang tertera dalam aturan Prancis. Namun saat sampai di tempat tes, petugas memberitahu bahwa dia tak harus PCR, cukup antigen saja...

Mengingat bahwa tes Covid-19 di Swedia berbayar, dan tes antigen harganya hanya setengah dari tes PCR, Ucok pun mengiyakan saja saat ditawari tes antigen. Apalagi hasilnya bisa langsung diambil. Tak perlu menunggu lama...

Entah petugas tak memperhitungkan waktu perjalanan atau Ucok juga tidak menginformasikannya, saat harus transit di Oslo, waktu 48 jam tanpa berlakunya tes antigen sudah lewat. Hasilnya, dai harus tes ulang. Pada akhirnya, biaya yang diperlukannya untuk tes jadi sama saja dengan jika dia mengambil sekalian tes PCR seperti yang direncanakan!...

Tes antigen di Prancis tidak berbayar. Ditanggung oleh jaminan sosial. Demikian juga PCR. Paling tidak, sampai Oktober, katanya. Sesudah itu, tes akan jadi berbayar, kecuali jika dengan resep dokter...

Mulanya kami mencoba membuat temu janji dengan apotik yang lebih dekat dari rumah. Yang menurut informasi di website Santé, menyelenggarakan tes hingga sore hari. Memang kebanyakan hanya menerima tes sampai tengah hari saja. Dan beberapa apotik bahkan tutup Sabtu siang...

Saat suami saya ke sana menanyakan, apoteker menjawab bahwa mereka sedang tak memiliki alat tes. Kehabisan! Padahal untuk tes di sana harus membuat janji temu dulu. Yang jelas tak praktis dibanding apotik-apotik lain yang bisa datang sewaktu-waktu...

Apoteker menyarankan kami ke apotik yang agak lebih jauh, tempat Butet dulu melakukan tesnya yang pertama...

Suami saya menelepon ke sana, memastikan keberadaan tes, dan menanyakan waktu pengetesan. Ternyata apotik bisa menerima tes hingga jam 6 sore! Tidak hanya siang, seperti informasi yang saya dapatkan sebelumnya...

Seperti saat Butet tes, kali ini pun kami tak perlu berjanji temu. Namun untuk amannya, karena suami saya lupa menjelaskan bahwa kami tes berempat, kami datang lebih cepat. Dari yang ditanyakannya jam 5 sore, kami sudah berangkat setengah 5. Hanya sepuluh menit berjalan kaki, belum jam 5 kami sudah bisa mulai tes...

Yah, semoga tidak perlu tes lagi ke depannya ya! Memang tidak sakit, tapi sungguh-sungguh tidak nyaman sama sekali!...

Saya yang dulu sempat heran mengapa Butet meneteskan air mata sesudah tes jadi paham. Bukan karena menangis, tapi sepertinya memang alat tes menyentuh entah kelenjar apa di hidung yang menyebabkan keluarnya air mata. Dan saya pun menangis!...

AlhamduliLlaah kami semua negatif. Dalam beberapa menit saja (15?) hasil sudah keluar. Langsung diprint sebagai EU Digital Covid Ceritificate, dan versi digitalnya bisa diunduh di link yang dikirimkan melalui SMS. Praktis dan cepat... 

Hanya suami saya yang mengganti nomor teleponnya di tempat yang tidak mendapatkan SMS. Entah dia yang salah menyebutkan nomor, atau apoteker yang salah mencatat. Tapi toh sudah ada versi kertasnya juga...

Kami pun pulang dengan lebih lega. Insya Allah jadi berangkat ke Swediaaa!...

Malamnya kami makan di restoran yang tak jauh dari apoteker. Ucok ingin makan steak tartare!...

Bukaaan... Bukan mengetes passe sanitaire. Karena ternyata passe untuk ke restoran baru diwajibkan mulai besok pagi. Dan restoran kecil tempat kami makan itu juga tak perlu pengecekan passe karena kapasitasnya...

Baru sekali kami makan di situ sebelumnya. Itu pun sudah lama sekali. Restoran sudah berganti dua kali pemilik, kalau tak salah. Dan kemarin kami puas. Masakannya enak, dan pelayanannya ramah. Bahan-bahannya pun segar, karena dibeli langsung dari boucherie dan poisonnerie yang terletak di dekat restoran. Kami lihat sendiri bagaimana daging dan dikannya dibawa masuk...

Rasanya sayang sekali kami melewatkannya selama ini. Namun memang pada dasarnya kami juga jarang makan di restoran, kan!?...  

Hari ini kami istirahat santai saja di rumah. Menghemat tenaga. Makan pun mau delivery saja. Hanya siang, Ucok tetap memasak karena ingin makan merguez. Sosis kambing yang masih belum ditemuinya di Visby!... 😋


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah