Swedia 2021 H6 : Stockholm

Pagi itu suami saya keluar lagi mencari sarapan. Sudah lebih berpengalaman, dia langsung menuju tempatnya membeli kopi sehari sebelumnya. Pulang membawa muffin yang dia pikir vanilla dan coklat. Tanpa kayu manis. Yang coklat. Karena yang dia pikir vanila ternyata adalah carrot cake. Tentu saja ada kayu manisnya!

Setelah menimbang-nimbang museum mana yang ingin dikunjungi, kami memilih ke museum nasional. Kami berangkat pagi. Ya, sesudah jam 10 😁 Berencana makan siang sesudah ke museum saja, dan pulang cepat agar bisa lekas beristirahat. Persiapan ke Uppsala esoknya...

Oh ya. Saat kami tiba di Stockholm, sepupu mengabari bahwa dia sekeluarga sakit. Gejalanya mirip Covid 19. Mereka sedang menunggu hasil tes swab. Tapi kalaupun negatif --dan memang begitu dan alhamduliLlaah saat ini mereka sudah jauh membaik--, lebih baik tidak bertemu saja dulu karena mereka perlu istirahat...

Rencana kami ke Uppsala adalah hari Sabtu. Tapi karena ada kabar itu, kami urung. Tadinya kami memutuskan batal saja. Tapi kemudian pikir-pikir, bagaimanapun kami ingin mengunjungi Uppsala juga. Apalagi Uppsala hanya 40 menit berkereta dan kami tak ada agenda lain. Tak apa ke kotanya tanpa bertemu sepupu. Karenanya, kami berencana ke Uppsala hari Minggu saja...

Kami berjalan kaki ke museum nasional. Menyusuri tepi singai. Eh, laut deng! Laut Baltik. Meski pantainya lebih menyerupai tepian sungai saja di kota kepulauan itu...

Akses ke koleksi permanen museum Nasional gratis untuk umum. Berbayar untuk bagian pameran spesial periodik. Tak tertarik pada pamerannya, kami ke bagian koleksi permanen saja. Itupun sudah banyak sekali!...

Kami melihat sepasang kakek-nenek yang mengnakan masker di tengah-tengah pengunjung tak bermasker. Saat kami dengar mereka berbicara, kami menangkap bahasa Prancis!...

Kami menyusuri setiap koleksi dari lantai paling atas. Mengikuti petunjuk. Seperti biasa, jika di museum Butet suka berlama-lama. Waktu standar dua jam tak terasa kami lalui. Kami baru keluar lewat tengah hari...

Setelah mengunjungi butik suvenir (passage oblige!) tanpa membeli (karen tak ada yang benar-benar menarik baik dari segi barang maupun harganya), kami memutuskan untuk makan siang di kafe museum saja. Kabarnya kafenya bagus, makanannya enak...

Lagi-lagi kami bertemu dengan tipikal toast skagen. Sepertinya udang campur kentang dan mayones ini menu klasik di Swedia. Kami lihat di banyak restoran. Termasuk yang ditawarkan di hotel dan saat di ferry...

Tapi toast skagen di museum nasional beda! Tampilannya ala restoran keren. Kami dilayani di meja meski harus memesan dan membayar di kasir sebelumnya. Kentangnya dipisah. Rotinya diganti crackers Swedia. Dan rasanya, setara dengan tampilannya...

Meskipun secara kuantitas kurang sepadan dengan harganya, kami cukup kenyang juga. Apalagi kami diberi roti dan keju putih sebagai aperitifnya secara gratis. Air putih juga disediakan gratis self service...

Sesudah makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Moderna Musset yang terletak di pulau kecil tak jauh dari National Musset. Museum seni modern itu tadinya masuk pertimbangan pilihan. Butet kurang suka seni kontemporer. Tapi karena sudah dekat, kenapa tidak? Apalagi aksesnya gratis. Lagi-lagi kecuali pameran temporer...

Sebelum masuk gedung, kami sempat berlama-lama di luar. Kami bertemu dengn iringan bebek-bebek yang datang entah dari mana menuju kolam di depan museum. Lucu juga melihat bebek-bebek itu. Meski kolam jadi terlihat hitam kotor dan penuh bulu-bulu...

Di museum, sepertinya kami salah jalur. Memang kami tidak mencari brosur petunjuk juga. Kami langsung saja memasuki pintu pertama yang terlihat. Setelah selesai, baru kami pikir-pikir, bahwa rasanya akan lebih pas jika kami memulai kunjungan dari pintu terjauh. Dari karya seni yang paling tua; Picasso dulu baru ke Warhol, baru lanjut ke yang lebih muda lagi. Jadi dari yang mudah dipahami, ke yang aneh dan tak jelas itu...

Tak apa juga. Kami keluar dari museum dengan tenang karena merasa bisa menikmati seni di ruangan terakhir. Eh, pertama. Tapi yang terakhir kami kunjungi!...

Dari sana kami pulang ke hotel. Capek juga. Ingin istirahat berbaring santai. Apalagi langit mulai mendung. Memang diperkirakan hujan turun siang itu...

Malas keluar makan malam meski hujan sudah reda, suami saya yang semangat jalan mengajukan diri keluar mencari makan. Dia pulang membawa bibimbap yang memang sudah diinginkannya. Sayangnya, dia membeli tiga menu yang sama! Jadi nggak bisa saling cicip, laaah...

Satu mangkuk, isinya banyak juga. Memang porsi makan di Swedia terbukti banyak! Harga setara dengan di Cannes, tapi lebih kenyang!... 

Kami pun tidur enak meski agak kesal karena sabun mandi tak juga ditambah lagi. Dan suami tak bisa meminta ke resepsionis yang Sabtu malam itu menerima banyak tamu yang baru datang. Mungkin besok saja. Kami mandi menggunakan sabun wajah saja dulu...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah