Saat Alam Murka

Seminggu yang lalu, semua sekolah, dari PG sampai perguruan tinggi di seluruh departement (setara kabupaten) kami ditutup. Para siswa diliburkan. Keputusan ini diumumkan Kamis sore. Butet yang sudah selesai sekolah pukul 15.30, membaca pengumuman ini di instagram sekolahnya. Saya yang sedang bersiap untuk mengantarkannya kursus tap dance langsung mengecek facebook. Dan benar, ada pengumuman dari kabupaten tentang itu...

Memang Meteo France sudah memperkirakan hujan besar dan angin kencang karena badai Alex. Siaga oranye. Dan bisa jadi dinaikkan ke siaga merah. Kami sudah tahu. Tapi kami tidak menyangka sama sekali bahwa pemerintah sampai menutup sekolah-sekolah...

Baiklah... Butetpun bersantai. Tidak lagi mengejar waktu menyelesaikan PR-PRnya untuk Jum'at sebelum berangkat tap dance... Saya pun santai, tidak mengejar menyiapkan makan malam karena bisa makan lambat. Tak apa tidur lambat karena besoknya tak perlu bersiap pagi-pagi untuk sekolah...

Jum'at itu saya ada janji temu dengan podolog untuk masalah jempol kaki kanan saya. Saya ragu untuk menelepon menggantinya. Sudah mepet. Tidak enak. Apalagi ini pertemuan pertama. Saya tak mau ada kesan negatif. Apalagi saya percaya diri masih bisa lah, jalan ke podolog yang memang tidak terlalu jauh. Tapi ternyata malah podolog sendiri yang menelepon saya untuk menawarkan penggantian janji temu...

Besoknya, hujan memang turun deras. Tapi tidak seharian. Angin juga kencang. Saya masukkan pot mawar dan pot cabe yang sedang berbunga. Yang lain hanya saya pepetkan ke tembok saja. Tak ada tempat di dalam rumah... 

Hujan turun tidak secara terus menerus. Ada periode berhenti. Angin juga demikian. Saya sempat berpikir bahwa sebenarnya saya bisa saja kenpodolog dengan aman. Namun semakin sore, hujan dan angin makin kencang. Di situ kami mengakui bahwa keputusan menutup sekolah memang tepat. Trauma banjir dua tahun berturut-turut masih menghantui. Kami lihat di media sosial, kota-kota yang terkena musibah sebelumnya sudah menyiapkan pompa-pompa untuk mengurangi beban sungai dan saluran air yang dulu mengakibatkan banjir tak terkendali...

Makin sore, makin banyak berita tentang akibat badai Alex. Bukan di kota-kota sekitar pantai seperti yang dikhawatirkan, namun di kota-kota pegunungan! Tanah longsor, jembatan runtuh, ... Namun baru keesokan harinya kami menyadari parahnya efek badai!...

Sampai hari ini, masih ada beberapa kota yang belum bisa diakses. Masih ada beberapa orang hilang yang belum diketahui nasibnya... Namun solidaritas juga mengalir. Terutama dari kota-kota di kabupaten kami sendiri. Menunjukkan solidaritas atas musibah tetangga dekat kami sendiri...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah