Posts

Seni Bertahan Menjadi Perantau

Image
Setengah bulan Ramadan telah terlampaui. Hari ini kita masuk paruh kedua. Bagaimana  puasa di Prancis?  Wah, jangan tanya ke saya. Sudah 25 tahun tinggal di Negeri Napoleon ini, saya sudah merasa biasa-biasa saja, tak ada yang spesial. Ya, tahun ini adalah tahun ke-25 saya merantau. Pertama kali menginjak benua biru di bulan November 2000, sudah 25 Ramadan saya lalui jauh dari tanah air. Suami? Tambah setahun lagi. Saya tiba hanya beberapa hari sebelum Ramadan. Saat itu, saya terkaget bahwa puasa berdurasi 10 jam saja. Enak sekali. Mana hawa adem musim gugur. Dari tahun ke tahun, Ramadan makin panjang. Puncaknya saat jatuh di musim panas. Lalu perlahan memendek lagi. Saat ini, Ramadan praktis berlangsung di musim dingin. Dari negara khatulistiwa ke negara empat musim, tentu perlu beberapa penyesuaian dalam pelaksanaan Ramadan. Tak hanya tak terdengarnya azan penanda buka atau tak memungkinkannya taraweh di masjid. Atau tak ada rame-rame penjualan takjil di sore hari. Dan past...

1 Syawal 1446 H

Idulfitri tahun 1446 H ini, saya dan Paksu akhirnya ke Marseille. Ya, berdua saja. Seperti yang sempat saya singgung kemarin, kami mengambil keputusan yang sangat rumit! Mungkin harus dibahas dulu mengapa Butet tak ikut. Selain karena minggu depan yang akan berat bebannya, Butet tak enak badan sejak kemarin. Tubuhnya protes minta diistirahatkan. Memang seminggu yang lalu dia sibuk sekali. Antara berbagai evaluasi di sekolah, ujian lisan, penyusunan film pendek, plus finalisasi Parcoursup untuk pendaftaran perguruan tinggi negerinya. Dia pilek dan memang terlihat lelah. Karenanya, saya tak terlalu memaksa saat dia keberatan ikut ke Marseille. Apalagi kami harus berangkat pagi-pagi sekali. Pagi sekali, jam 4 musim panas yang baru dimulai hari ini. Dini hari jam 3 untuk jam musim dingin yang baru dilalui kemarin! Tentunya, kami harus bangun lebih pagi lagi untuk bersiap kan!? Saya dan Paksu sudah sempat menyerah untuk mengejar waktu salat Id di KJRI. Kereta dan bus pertama di hari Minggu ...

Ramadan 1446 H: Hari 29

Image
Alhamdulillah, Masjid Agung Paris bersama organisasi-organisasi Islam yang berada di Prancis telah memutuskan bahwa 1 Syawal 1446 H di Prancis bertepatan dengan Minggu, 30 Maret 2025.  Sebelum diumumkan jam 6an sore tadi, sudah banyak masjid di segala penjuru Prancis yang mengumumkan jadwal salat Id hari Minggu. Termasuk Masjid Iqraa di Cannes.  Beberapa hari yang lalu Masjid Agung Paris sempat mengingatkan bahwa penentuan hari raya belum final, menunggu sidang Isbat sore tadi. Dan ini diikuti KJRI Marseille dan KBRI Paris yang membuat pengumuman penyelenggaraan Salat Idulfitri dengan tanggal terbuka, 30 atau 31 Maret, dan mengeluarkan pengumuman lagi setelah adanya konfirmasi tanggal. Namun memang, seperti sudah sempat saya tulis sebelumnya, sudah ada hasil perhitungan dari CFTM yang menyatakan 1 Syawal jatuh tanggal 30. Dan ternyata memang benar demikian. Butet pun sempat menanyakan, kenapa tak ditentukan jauh hari? Teknologi masa kini sudah mampu. Mengapa tak dimanfaatkan?...

Ramadan 1446 H: Hari 28

Weekday terakhir sebelum Lebaran.  Seharian saya relatif santai. Menghabiskan bacaan buku , menontoni 2 episode pertama beberapa (ya, beberapa!) drakor di Viki karena mau menunggu masuk April untuk subscribe , ...   Sore-sore baru merasa menyesal, kenapa saya nggak keluar belanja untuk hidangan spesial Lebaran!? Heu.... Pasalnya kami masih belum tahu apakah bisa ke konsulat Marseille untuk merayakan Lebaran. Yang artinya, makan siang kami belum terjamin! Hahaha. Ya kalau Lebaran Senin. Kalau Minggu, berarti waktu untuk belanja tak ada lagi. Kerena besok siang ada pertemuan Club Lecture. Tentu saja paginya saya berencana untuk menghemat tenaga. Sindrom hari Jumat di mana saya merasa lelah sesudah pulang malam karena kursus Kamisnya. Lelah karena sampai malamnya, atau karena harus memeras otak intensif selama 1,5 jam? Plus seperti biasa, Kamis sepagian saya menyelesaikan PR dan menyusun cerita yang biasa disampaikan di awal kursus. Gabungan semuanya sih ya, sepertinya!?...

Ramadan 1446 H: Hari 27

Hari ini saya tak mencicil menulis draft lagi. Sore tadi saya sempat bertanya-tanya: ngapain aja saya seharian ini? Kok sampai tak sempat menulis sama sekali? Pertanyaan itu muncul saat sudah menjelang jam 5. Padahal jam 6 saya sudah harus berangkat kursus. Dan saya pun segera membuka blog ulasan buku dan menyelesaikan draft yang sudah saya mulai beberapa hari yang lalu. Tak selesai, tentu saja. Saya melanjutkannya sepulang kursus—yang hanya dihadiri 3 peserta termasuk saya—dan buka puasa—hasil belanja Paksu di fastfood Asia—, dan langsung publish reviu La Végetarienne-nya Han Kang itu sebelum malah over thinking . Tak lupa sekalian setor ke KLIP, tentunya! Pikir-pikir, sebenarnya banyak yang saya lakukan hari ini. Meski tak antar-jemput Butet, tak masak, dan sempat tidur siang satu jam, saya sempat mencuci pakaian, menjemur hasil 3 putaran cucian, melipat jemuran yang sudah kering, beberes, ... mengerjakan PR kursus, membuat rekap pilihan perguruan tinggi Butet untuk melihat syarat k...

Ramadan 1446 H: Hari 26

Dan datang juga hari di mana saya tak terbangun pada saat seharusnya bangun!  Tenaaang. Tak telat sahur kok. Hanya saja, saya bangun 15 menit lebih lambat dari "seharusnya"! Saya sudah sempat cerita kan, kalau saya mengeset 3 macam alarm selama Ramadan ? Setiap malam, saya tak lupa memajukan masing-masing alarm 1-2 menit sesuai perkembangan jam Subuh. Begitupun semalam. Salahnya, saya lupa memajukan unit jamnya! Pagi ini adalah pertama kalinya berganti jam bangun dari jam 4-an ke jam 3-an. 3.58 sih. Tapi tetap saja kan: kalau lupa memajukan satuan jam, artinya alarm pertama saya terlambat satu jam! Saya sudah sempat terbangun jam 3.11 (saya mengecek jam) dan sadar: ah, masih setengah jam lebih. Tidur lagi saja. Setelah itu sempat terbangun beberapa kali. Tapi saya langsung tidur lagi tanpa mengecek jam. Sampai akhirnya saya terdorong untuk melihat jam, dan ... lah!!! sudah jam 4.12!!! Itu artinya masih ada satu jam lebih sebelum Subuh datang. Masih ada waktu untuk salat malam...

Ramadan 1446 H: Hari 25

Hari ini grup Whatsapp pengajian membahas soal kapan Lebaran. Senin seperti wacana yang luas beredar sampai saat ini, atau Minggu seperti hasil perhitungan astronomi sejak jauh hari yang entah kenapa tak terdengar gaungnya? Masjid Agung Paris sendiri mengumumkan sidang isbat akan diselenggarakan Sabtu sore, 29 Maret 2025. Kebetulan sekali, saya dan Paksu mendiskusikan tentang itu semalam. Terutama strategi untuk bisa ke konsulat di Marseille. Pasalnya, kalau dadakan begitu, tiket bus pasti bakal sulit didapat kan!? Bus memang jadi pilihan kami untuk ke Marseille. Selain murah, terminal bus antar kota ada di dekat rumah. Praktis. Bisa jalan kaki saja. Tiket kereta api ke Marseille, entah sejak kapan naik 50%. Kalau pergi pagi, bisa jadi belum ada bus untuk ke stasiun. Namun memang peluang keberadaan kursi lebih besar. Paling jelek kemungkinan, ya berdiri saja. Tapi semoga tidak sampai begitu lah. Lumayan juga, 2 jam perjalanan! Yang "jadi masalah" adalah si Butet. Minggu depan...

Ramadan 1446 H: Hari 24

Waktu cepat sekali berlalu dan sampailah kita pada seminggu terakhir Ramadan.  Setelah beberapa hari di rumah saja, hari ini saya ke luar. Tujuan utama ke swalayan. Namun saya berbelok dulu membuang sampah botol kaca ke tempat sampah khusus di dekat taman kota.  Sebenarnya masih ada banyak sampah kaca di rumah. Tapi saya tak mau terlalu mengotori tangan. Kan nggak langsung pulang, sesudahnya! Yang tadi saya buang adalah botol kaca bekas minyak zaitun, sirop, dan tentu saja kecap manis! Di rumah masih ada botol-botol bekas bumbu bubuk dan saus pasta. Ada pula beberapa bekas krim dessert dan yoghurt. Saya memang sengaja menumpuk terlebih dahulu sampah kaca. Dulu, ada tempat sampah khusus di jalur perjalanan ke swalayan, di jalan utama. Kami suka membawa sampah dan mampir membuangnya di sana sebelum belanja. Praktis.  Saya lupa sejak kapan tempat itu ditiadakan. Mungkin karena sering ada yang membuang sampah sembarangan sehingga membuat kotor pemandangan. Sejak itu kami haru...