Pasca Grand Oral

Berakhirnya masa SMA Butet memang menghadirkan banyak rasa. Anak yang dulu kalau berangkat PAUD dengan menangis-nangis di sepanjang perjalanan itu sudah menyatakan memilih perguruan tinggi yang jauh dari orang tuanya. Jauh, dan lagi-lagi tak mudah aksesnya. Ya, seperti abangnya!

Valenciennes terletak di bagian ujung utara Prancis. Kota besar yang terdekat adalah Lille ... dan Brussels. Ya, yang di Belgia itu! Untuk ke Valenciennes tidak ada kereta langsung ke sana dari Cannes. Yang paling praktis adalah berpesawat ke Lille, naik kereta ke kota, baru naik kereta lagi ke Valenciennes. Jangan lupa, dari Cannes harus ke bandara Nice dulu!

Ah, tapi itu dipikirkan nanti lagi saja! Sekarang saatnya menikmati dulu masa "kebebasan". Yang itu sudah kami mulai dari Kamis siang.

Heuuu. Sebenarnya pengumuman kelulusan SMA baru nanti tanggal 4 Juli. Tapi tak apa lah ya, menikmati kebebasan kecil ini.

Siang seusai Grand Oral, Butet meminta makan siang di luar. Kepengin bagel, katanya. Ya sudah, sekalian saja sebelum menonton film yang sudah kami rencanakan jauh hari sebelumnya.

Kami menonton film animasi Amélie et la Métaphysique des Tubes yang baru saja dirilis secara luas di Prancis mulai Rabu 25 Juni 2025. Sebelumnya, film ini sudah premier di Cannes saat masuk ke dalam seleksi Séances Sépeciales Festival Film Internasional Cannes 2025 yang lalu. 

Sepulang menonton film, kami ke Fnac. Butet tertarik untuk membaca buku yang menginspirasinya, meski dia mengaku memiliki kesan yang kurang positif terhadap penulisnya, Amélie Nothomb, yang memang terkenal eksentrik.

Kami memanfaatkan membeli pernak-pernik yang sedang diobral di toko yang sama. Memang soldes d'éte, obral besar musim panas, sudah dimulai sejak Rabu kemarin juga. Namun kami belum belanja. Tunggu gajian dulu lah ya! Hahaha.

Meski belum bisa belanja, kami tetap keliling-keliling toko. Window shopping. Antara iseng dan survey. Betul, survey! Survey di Darty, toko barang elektronik!

Jauh hari Butet sudah meminta dibelikan hair dryer, suatu saat kalau dia merantau. Tenang, tak harus Dyson kok. Itu sih saya minta dia beli sendiri kalau sudah kerja nanti! Hihihi. Bahkan Butet meminta yang biasa saja. Asal bisa mengeringkan rambutnya dengan baik.

Butet juga meminta rice cooker. Kalau yang ini, tanpa diminta pun akan saya belikan. Life hack paling penting dalam kehidupan sehari-hari, kan, rice cooker itu!?

Alhamdulillah di calon studionya nanti sudah ada dapur lengkap dengan kulkas kecil dan micro wave. Ada mesin cuci dan pengering dengan koin di dalam gedung asrama. Kami belum tahu apakah ada setrika di setiap kamar, tapi jelas disediakan di asramanya.  

Kalau kami tak langsung membeli hair dryer maupun rice cooker, itu bukan karena belum gajian! Dua barang itu jarang diobral. Dan kami berpikir akan membelinya di Valenciennes saja. Atau beli online dan dikirim ke asrama. Lebih praktis kan!?

Selain dua barang elektronik itu, ada satu lagi yang Butet minta. Kali ini spesifik kalau dia kuliah di bagian utara Prancis: payung! Yah, mengingat cuaca yang jelas beda dengan Cannes, ceritanya. Payungnya agak spesifik. Dia minta payung lipat dengan sistem otomatis. Sampai saat ini kami belum menemukannya. Dan belum serius mencarinya juga sih.

Jumat kami di rumah saja istirahat. Sabtu ini Butet ke rumah temannya. Mereka berencana maraton Harry Potter dari jam 10 pagi. Rencananya sih tak sampai malam. Sampai saat menulis ini, menjelang pukul 6 sore, anaknya belum ada kabar. Masih terang juga. Magrib baru datang pukul 21.20an.

Minggu siang Butet ke rumah temannya yang lain. Mereka mengadakan pesta. Menginap sampai Senin pagi yang dilanjutkan ke museum. Setelah itu, sepertinya istirahat lagi. Sampai tanggal 4 di mana ada pengumuman hasil bac, dan ada acara di lycée yang meski sudah mendaftar, Butet hanya akan datang jika hasil bac-nya bagus! Heu ....

Tak hanya Butet yang perlu istirahat. Kepadatan agenda akhir tahun ajaran ini melelahkan saya juga. Ditambah canicule (heat wave) yang melanda, membuat saya sebentar-sebentar harus berhenti untuk istirahat. Gerak sedikit saja langsung berkeringat. Padahal baru awal Juli. Semoga tidak berkepanjangan dan tidak makin parah saja.

Butet selesai Grand Oral, praktis berakhir juga rutinitas saya untuk harus berpikir keras menyusun variasi menu makan harian. Tak perlu mencari taktik menyelipkan masakan beresiko dalam menu mingguan. Tak perlu memastikan menu kesukaan Butet demi ketenangannya saat hari-hari ujian. Tak perlu lagi mengoordinasikan makan jam berapa demi menyesuaikan jadwal Butet dan papanya. Tak perlu lagi menyiapkan sup daging sapi dengan makaroni untuk sarapan ala Indonesia yang digemarinya.

Malam sesudah Grand Oral, saya bisa memasak lauk yang sudah saya impikan sekian lama tapi harus ditahan demi keamanan negara: Ayam Cabe Ijo! Hahaha!


Comments

Popular posts from this blog

Perjalanan Bela Bangsa

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Foto Kelas