Terpilih Menjadi Pantarlih

Senin siang 13 Februari yang lalu saya resmi dilantik menjadi salah satu Pantarlih, Panitia Pemutakhiran Data Pemilih, untuk Pemilu 2024, sebagai bagian dari Panitia Pemilihan Luar Negeri Perwakilan Marseille, yang menangani wilayah Perancis bagian selatan. 

Pelantikan dilakukan melalui Zoom. Hari gini. Semua memanfaatkan teknologi. Saya pun tak harus jauh-jauh ke Marseille. Dadakan, pula! SK pengangkatannya saja baru saya terima Senin pagi. Memang karena dijanjikan hampir semua bisa online itulah saya menerima tantangan mendaftar menjadi Pantarlih juga.

Panitia sudah memberitahukan sebelumnya, bahwa kalau saya terpilih, acara pelantikan diadakan Senin siang. Saya pun bersiap kosongkan agenda. Saya kabarkan pada Butet dan papanya. Makan siang tak boleh telat, dan saya minta tertib di ruang tengah selama acara.

Tapi ada satu yang belum mau saya siapkan: kostum!

Untuk pelantikan, diminta megenakan PSL. Apa itu PSL? Tentu saja saya nggak nanya ke panitia. Saya googling aja! Malu, nanya-nanya melulu! Hahaha. Dan nemu kok!

Jadi, PSL itu singkatan dari Pakaian Sipil Lengkap. Apa itu Pakaian Sipil Lengkap? Googling lagi. Dan ada peraturan mentrinya tuh! Yang terbaru adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 11 Tahun 2020. Di situ lengkap dijelaskan mengenai Pakaian Dinas Harian, Pakaian Sipil Lengkap, Pakaian Dinas Lapangan, dan Pakaian Dinas Upacara. Dunia yang tidak saya perhatikan sebelumnya! Padahal sebenarnya orang tua saya pegawai negeri.

Penjelasan tentang PSL wanita berjilbab ada di halaman 49. Kalau dilihat dari dokumentasi pelantikan Pantarlih PPLN KBRI Paris sih nggak strict-stric amat. Sepertinya saya bisa saja mengenakan cardigan. Cuma, memang sudah lamaaa sekali saya pengin beli jas! Ceritanya keempatan, gitu! Hahaha.

Sayangnya, masa soldes d'hiver (diskonan besar musim dingin) baru saja lewat. Kami tak banyak belanja pada soldes kali ini. Ada banyak sekali pengeluaran keuangan. Harus berhemat! Makanya meski sudah lama pengin jas, saya belum belanja juga. Untung saja. Karena jas yang saya inginkan bermotif. Bukan polos warna gelap seperti yang diatur sebagai PSL.

Karena didorong ada kebutuhan juga, plus saya lihat ada diskonan di Galleries Lafayette, saya pun buka tabungan. Tabungan di sini adalah uang kertas 100 euro, honor pertama sebagai pengajar BIPA yang belum saya gunakan sampai kemaren itu. Fix berniat membelanjakannya jadi jas!

Begitu dikabarkan lolos, saya segera ke kota. Kecepatan. Toko belum buka! Hahaha. Yang jelas saya pulang membawa jas hitam. Minimalis. Karena kebetulan hanya tinggal itu juga yang dapet diskon. Beruntung dapet ukurannya. Dan satu tshirt untuk Butet. Lho? Karena diskon hanya berlaku untuk minimal pembelian 2 item, Butet kecipratan rezeki tshirt murah meriah demi memenuhi kuota persyaratan diskon. Masih ada kembalian pula, dari uang kertas yang saya bayarkan! Hihihihi.  

Lalu, gimana pengalaman jadi Pantarlih?

Itu cerita lain lagi. Kerja juga baru mulai ini. Masih jauuuh! Nanti saja mungkin ya, kalau sudah selesai. Selesai dengan sukses, tentunya! Aamiin.

Cuma mungkin ada yang penasaran, apakah digaji? Ya, digaji! Enfin, seharusnya. Karena saya sendiri tak memperhatikan soal ini pada saat memutuskan untuk mendaftar. Tapi barusan saya cari informasinya, ada peraturan yang jelas. Lengkap komplit dituangkan dalam Surat Menteri Keuangan Nomor S-647/MK.02/2022 tertanggal 5 Agustus 2022 perihal Satuan Biaya Masukan Lainnya (SBML) Tahapan Pemilihan Umum dan Tahapan Pemilihan.

 

Di situ tertulis bahwa untuk Pantarlih di PPLN mendapatkan honor Rp 6,5 juta per bulan. Besar kalau dibanding dengan honor Pantarlih di dalam negeri yang cuma Rp 1 juta. Namun jelas jauh dari SMIC (salaire minimum interprofessionnel de croissance, UMR-nya Prancis) yang 1700 euro. Atau yang bersihnya, 1300 euro sekalipun. 

Tapi ya lumayan lah. Bisa buat beli jas lagi nantinya? Jas yang jelas, ga harus minimalis. Yang tanpa menunggu diskonan pun. Plus tshirt yang ga minimalis juga buat Butet? Bisa lebih dari satu, kalau dengan standar harga kami mah. Hmmm... Woiii! Kerja dulu woiii! Hehehe.

Namun dari awal, niat saya terutama adalah ingin berpartisipasi dalam sesuatu yang berkaitan dengan negara. Sudah lebih dari 20 tahun merantau kok kayaknya belum ada sumbangsih gitu lho. Patriotik? Ya, terserah lah. Yang jelas senang juga sudah mulai ngulik data calon pemilih. Semoga benar-benar membawa manfaat bagi negara dan saudara sebangsa. Aamiin.


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah