Podcast KBK - Anchor
Sukses mengedit rekaman Pertemuan KBK dari input file Ogg menjadi output file MP3, saatnya mengunggah ke Anchor untuk kemudian dipublikasikan sebagai Podcast KBK.
Siapkan Materi
Sebelum membuka Anchor, siapkan dulu cover episode podcastnya.
Rata-rata ketulas sudah mahir menggunakan Canva. Saya tak khawatir soal itu. Apalagi Mbak Isti, salah satu anggota Tim KBK sudah menyiapkan template yang diadaptasi dari mood board yang sudah dibuat Uni Elsa dari Tim Medkom. Tinggal memodifikasi dengan menambahkan foto sesuai episode saja.
Di awal penyusunan Podcast KBK, cover episode menggunakan foto pengulas bersama bukunya, yang didapatkan dari screenshot pada saat pertemuan. Tidak mudah membuat ss yang memuaskan. Sulit mendapatkan momen yang pas. Dari rekaman sekalipun. Kualitas kamera dan koneksi internet peserta juga beragam. Kadang terjadi peserta tak bisa terus menyalakan kamera demi menjaga kelancaran koneksi, padahal belum sempat screenshot yang layak.
Belakangan saya memutuskan untuk meminta foto diri langsung ke pembicara saja. Sampul buku bisa dicari dengan Google. Apalagi template cover dari tahun lalu juga sudah memisahkan antara pengulas dan bukunya. Tak perlu, dan tak relevan lagi membuat foto pengulas bersama buku saat pertemuan, kan!?
Selain cover, siapkan juga caption yang akan dicantumkan sebagai deskripsi episode. Ini berguna untuk menghemat waktu dan menjamin koneksi. Karena semua tahapan publikasi di Anchor harus dilakukan secara online. Sayang kalau harus buang-buang data untuk memikirkan caption. Belum lagi resiko koneksi terputus.
Karenanya, lebih baik masuk ke Anchor saat semua materi yang akan diunggah siap.
Finalisasi Audio
Audio yang dipasang menjadi podcast KBK cukup beragam. Ada yang lurus-lurus saja per ulasan, ada yang dipotong-potong per bagian. Terserah pada selera penyunting.
Tahun lalu, saat bekerja sendiri, saya memutuskan untuk membuat kutipan di depan sebagai pembuka, lalu baru ulasan utuh. Itu adalah hasil diskusi dengan mbak Rein, satu-satunya partner di tim KBK 2022.
Awalnya, saya mencoba membuat kutipan saat sudah berada di dalam Anchor. Namun masih ada bug di Anchor. Beberapa kali sesudah dipublish, ternyata hasilnya berantakan. Kutipan tak terpisah, terulang di bagian utama, ... Karenanya saya putuskan untuk memisahkan kutipan pada saat penyuntingan di Audacity. Dengan bagian kutipan yang sudah siap (lengkap dengan jeda yang pas), saat masuk Anchor tinggal split.
Setelah menjadi dua bagian, pasang musik latar untuk masing-masing bagian, dan musik transisinya.
Dari hasil berbincang dengan mbak Isti, sepertinya lebih mudah jika bagian pembuka dibuat di file terpisah dengan bagian utama. Memang jadi harus mengunggah dua file. Tapi diharapkan ini menjamin tidak berubahnya file sesudah dipasang musik latar.
Tahun ini, untuk rekaman Februari sepertinya akan masih mengikuti pola tahun lalu; kutipan plus isi. Tapi berikutnya, terserah pada mbak Amie dan mbak Isti. Apakah dibuat pembukaan dengan judul, perkenalan dengan pengulas, ... apakah dibuat kalimat penutup, musik pembuka dan/atau penutup, ... atau dibuat lurus-lurus saja? Tergantung kreativitas tim!
Verifikasi Sebelum Publish
Urusan audio selesai, kita siap mem-publish episode. Menulis judul, membuat caption, dan jangan lupa unggah foto cover episodenya!
Biasanya, saya mengerjakan ini sambil mendengarkan hasil editan audio. Sudah pas atau belum? Musiknya sudah sesuai dengan bukunya? Dengan gaya bicara pengulasnya? Apakah perlu diubah?
Kalau perlu mengubah musik, perhatikan apakah split sebelumnya masih efektif. Beberapa kali kejadian, kalau kita kembali ke bagian edit audio, rekaman akan berantakan. Bagian utama akan kembali ke rekaman awal dengan kutipan yang masih ada.
Jika masih ada yang perlu diubah, jangan lupa safe draft. Jika semua dirasa sudah siap, episode siap dipublish.
Verifikasi Sesudah Publish
Perlu sekitar 10 menit sampai episode tampak di Spotify. Harus sabar memang. Karena penting untuk memastikan, apakah yang muncul benar-benar sesuai dengan yang sudah kita unggah sebelumnya.
Kalau sudah muncul, perhatikan cover dan captionnya, lalu dengarkan lagi. Tak perlu utuh dari awal sampai akhir. Cukup perhatikan saat mulai, kutipan (kalau ada), transisi, lalu selesainya episode. Pastikan kalau semua sudah sesuai harapan.
Ribet amat? Memang!
Sekali lagi, profil rekaman bakal podcast KBK ini spesial. Bukan sesuatu yang ada skenarionya. Tak ada pengkondisian saat merekam. Tak ada spesifikasi gadget perekamnya, apalagi ruang rekamannya!
Gadget bisa saja jatuh tersenggol. Anak bisa datang nyelonong sewaktu-waktu. Tukang paket bisa ngebel setiap saat. Peserta lain bisa tiba-tiba bersin kencang, lupa mute mikrofonnya. Koneksi internet bisa tau-tau ngadat. Banyak faktor tak terduga yang sulit dikendalikan. Dan mungkin itu juga yang menjadi karakter tersendiri dari Podcast KBK.
Tujuan Pengarsipan
Karena karakteristik spesial itulah, standar podcast KBK mungkin tak setinggi kanal podcast lain. Kembali ke tujuan awalnya: untuk pengarsipan! Sayang jika ulasan yang asik-asik dari Pertemuan KBK terbuang begitu saja. Siapa tau bisa menambah ide bacaan dan menarik untuk lebih banyak membaca!
Tetapi kalau memang bisa, kenapa tidak menaikkan standar juga kan. Dan itu yang diharapkan ke depannya; Podcast KBK semakin bagus saja!
Mantap! Sepertinya rekaman KBK berikut bakal ramai dan perlu pengaturan slot kalau melihat jumlah member di grup!
ReplyDeleteIyah. Deg2an liat pertambahan anggota telegrup kbk 😅
DeleteLengkap dan jelas banget mbak Alfi
ReplyDeleteBerkat partner diskusi yang menyenangkan 😉🤗😘
Delete